Cerita Wisudawan Terbaik Vokasi Unair, Ubah Stigma Negatif Jadi Motivasi
Senin, 06 Desember 2021 - 17:42 WIB
JAKARTA - Cessara Raam Musrianik mengaku terkejut dan bersyukur ketika terpilih menjadi wisudawan terbaik Fakultas Vokasi Universitas Airlangga (Unair) periode Desember 2021. Jurusan fisioterapi yang diambilnya mendapat stereotip negatif justru menjadi motivasinya untuk meraih prestasi.
Cessara lulus kuliah dengan IPK 3,82. Menurutnya, program studi yang meluluskannya saat ini bukan pilihan utamanya. Sebab lingkungannya kerap menyematkan stereotip negatif kepada jurusan fisioterapi yang ditempuhnya.“Ngapain cewe sekolah tinggi-tinggi kalau pas lulus jadi tukang pijat?,” tiru Cessara melansir laman resmi Unair di unair.ac.id, Senin (6/12/2021).
Namun, semakin banyak komentar negatif tentang fisioterapi, rupanya membuat Cessara makin termotivasi untuk mematahkan stereotip itu. Hingga pada 2019, ia bersama kedua temannya nekad mengikuti konferensi di Taiwan yang akhirnya menjadi titik baliknya dalam menekuni bidang fisioterapi.
“Peserta di sana sangat bangga dengan jurusan mereka. Mereka bangga jadi bagian dari masa depan fisioterapi, dan saya tahu saya masih tertinggal jauh,” jelasnya.
Ia berkeinginan untuk menyadarkan masyarakat kalau fisioterapi bukanlah tukang pijat, namun merupakan tenaga kesehatan profesional yang mempelajari ilmu terapan lain. “Fisioterapi punya banyak spesialisasi, contohnya di bidang olahraga, muskuloskeletal, fisioterapi anak, jantung, dan sebagainya,” sebutnya.
Tak hanya tekun berkuliah, wisudawan kelahiran 1999 ini juga diketahui menggeluti cabang olahraga Badminton. Kegemarannya tersebut rupanya mengantarkan Cessara mengharumkan nama Unair, saat meraih peringkat runner-up di LIMA Badminton : McDonald’s East Java Conference Season 6.
Selain itu, prestasinya dalam olahraga bulutangkis juga dibuktikan dengan capaian juara satu pada Badminton Rektor Cup Universitas Airlangga 2019. Kesukaannya dengan bulutangkis justru tak membuatnya jauh dari ilmu fisioterapi yang dipelajarinya.
“Karena ilmu fisioterapi ini ilmu yang aplikatif, jadi sangat berguna saat bertemu dengan teman-teman atlet, karena bisa membantu menjelaskan soal kondisi, tips, sekaligus menyarankan rehab yang dilakukan,” jelas wisudawan asal kota delta itu.
Di akhir masa studi D4-nya, mahasiswa yang tidak memiliki target IPK tersebut, diberikan kepercayaan oleh dosen untuk mengoordinir dan menulis buku bersama teman-teman satu jurusan.
Diterbitkannya buku berjudul “Pendidikan Interprofesional Gangguan Muskuloskeletal” tersebut menjadi bukti pencapaian sekaligus kerja keras yang dilakukan Cessara sebagai mahasiswa yang bangga menjadi bagian dari program studi Fisioterapi Unair.
Cessara lulus kuliah dengan IPK 3,82. Menurutnya, program studi yang meluluskannya saat ini bukan pilihan utamanya. Sebab lingkungannya kerap menyematkan stereotip negatif kepada jurusan fisioterapi yang ditempuhnya.“Ngapain cewe sekolah tinggi-tinggi kalau pas lulus jadi tukang pijat?,” tiru Cessara melansir laman resmi Unair di unair.ac.id, Senin (6/12/2021).
Namun, semakin banyak komentar negatif tentang fisioterapi, rupanya membuat Cessara makin termotivasi untuk mematahkan stereotip itu. Hingga pada 2019, ia bersama kedua temannya nekad mengikuti konferensi di Taiwan yang akhirnya menjadi titik baliknya dalam menekuni bidang fisioterapi.
“Peserta di sana sangat bangga dengan jurusan mereka. Mereka bangga jadi bagian dari masa depan fisioterapi, dan saya tahu saya masih tertinggal jauh,” jelasnya.
Ia berkeinginan untuk menyadarkan masyarakat kalau fisioterapi bukanlah tukang pijat, namun merupakan tenaga kesehatan profesional yang mempelajari ilmu terapan lain. “Fisioterapi punya banyak spesialisasi, contohnya di bidang olahraga, muskuloskeletal, fisioterapi anak, jantung, dan sebagainya,” sebutnya.
Baca Juga
Tak hanya tekun berkuliah, wisudawan kelahiran 1999 ini juga diketahui menggeluti cabang olahraga Badminton. Kegemarannya tersebut rupanya mengantarkan Cessara mengharumkan nama Unair, saat meraih peringkat runner-up di LIMA Badminton : McDonald’s East Java Conference Season 6.
Selain itu, prestasinya dalam olahraga bulutangkis juga dibuktikan dengan capaian juara satu pada Badminton Rektor Cup Universitas Airlangga 2019. Kesukaannya dengan bulutangkis justru tak membuatnya jauh dari ilmu fisioterapi yang dipelajarinya.
“Karena ilmu fisioterapi ini ilmu yang aplikatif, jadi sangat berguna saat bertemu dengan teman-teman atlet, karena bisa membantu menjelaskan soal kondisi, tips, sekaligus menyarankan rehab yang dilakukan,” jelas wisudawan asal kota delta itu.
Di akhir masa studi D4-nya, mahasiswa yang tidak memiliki target IPK tersebut, diberikan kepercayaan oleh dosen untuk mengoordinir dan menulis buku bersama teman-teman satu jurusan.
Diterbitkannya buku berjudul “Pendidikan Interprofesional Gangguan Muskuloskeletal” tersebut menjadi bukti pencapaian sekaligus kerja keras yang dilakukan Cessara sebagai mahasiswa yang bangga menjadi bagian dari program studi Fisioterapi Unair.
(mpw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda