Suplai Listrik, PLTS Portabel Buatan Mahasiswa ITB Raih Juara 1
Kamis, 09 Desember 2021 - 12:32 WIB
JAKARTA - Berangkat dari latar belakang intensitas dan potensi bencana alam yang cukup besar di Indonesia, mahasiswa ITB membuat inovasi SPITS (Solar Power Plant with Internet of Things System). Inovasi SPITS tersebut berhasil mengantarkan tim ITB meraih juara 1 Marine Paper Competition 2021.
Ketiga mahasiswa yang tergabung dalam Tim SPITS itu terdiri dari dua mahasiswa Teknik Telekomunikasi 17, yakni Muhammad Miqdad Nadra dan Dicky Dwi Putra, serta Ramadani Putri (Teknik Geodesi dan Geomatika 18).
“Pada umumnya, bencana yang sering terjadi adalah gempa bumi dan tsunami karena kondisi geografis Indonesia. Berdasarkan kasus gempa bumi dan tsunami di Palu pada 2018 lalu, beberapa gardu listrik mengalami kerusakan pascabencana sehingga memengaruhi pasokan energi listrik. Perbaikannya pun membutuhkan waktu yang lama, sedangkan kebutuhan masyarakat terkait energi listrik menjadi prioritas,” kata Dicky melansir laman resmi ITB di itb.ac.id, Kamis (9/12/2021).
Di sisi lain, mereka menilai potensi energi terbarukan di Indonesia cukup tinggi, salah satunya energi surya yang belum dioptimalkan potensinya. SPITS tidak hanya dapat diandalkan ketika bencana, tetapi juga bisa diterapkan di daerah 3T yang masih terbatas akses listriknya.
Secara garis besar, SPITS memiliki dua sistem, yaitu photovoltaic off grid dan sistem manajemen energi. Kedua sistem ini saling terintegrasi. Panel surya akan menangkap intensitas cahaya matahari dan energi yang didapatkan akan disimpan pada baterai yang selanjutnya dapat dimanfaatkan masyarakat. Alat ini mampu menghasilkan daya 80 watt.
“Sistem manajemen energi akan membantu pengguna untuk mengetahui besar daya, tegangan, dan arus yang digunakan, serta kapasitas daya pada baterai,” imbuh Dicky.
Kelebihan yang ditawarkan alat ini adalah memiliki tegangan AC (220 V) dan DC (12 V) sehingga dapat digunakan untuk berbagai peralatan listrik, memiliki sistem manajemen energi, bersifat portable, ramah lingkungan, dan tidak berisik. Harga pokok produksinya senilai Rp3.465.000.
Ketiga mahasiswa yang tergabung dalam Tim SPITS itu terdiri dari dua mahasiswa Teknik Telekomunikasi 17, yakni Muhammad Miqdad Nadra dan Dicky Dwi Putra, serta Ramadani Putri (Teknik Geodesi dan Geomatika 18).
“Pada umumnya, bencana yang sering terjadi adalah gempa bumi dan tsunami karena kondisi geografis Indonesia. Berdasarkan kasus gempa bumi dan tsunami di Palu pada 2018 lalu, beberapa gardu listrik mengalami kerusakan pascabencana sehingga memengaruhi pasokan energi listrik. Perbaikannya pun membutuhkan waktu yang lama, sedangkan kebutuhan masyarakat terkait energi listrik menjadi prioritas,” kata Dicky melansir laman resmi ITB di itb.ac.id, Kamis (9/12/2021).
Di sisi lain, mereka menilai potensi energi terbarukan di Indonesia cukup tinggi, salah satunya energi surya yang belum dioptimalkan potensinya. SPITS tidak hanya dapat diandalkan ketika bencana, tetapi juga bisa diterapkan di daerah 3T yang masih terbatas akses listriknya.
Secara garis besar, SPITS memiliki dua sistem, yaitu photovoltaic off grid dan sistem manajemen energi. Kedua sistem ini saling terintegrasi. Panel surya akan menangkap intensitas cahaya matahari dan energi yang didapatkan akan disimpan pada baterai yang selanjutnya dapat dimanfaatkan masyarakat. Alat ini mampu menghasilkan daya 80 watt.
“Sistem manajemen energi akan membantu pengguna untuk mengetahui besar daya, tegangan, dan arus yang digunakan, serta kapasitas daya pada baterai,” imbuh Dicky.
Kelebihan yang ditawarkan alat ini adalah memiliki tegangan AC (220 V) dan DC (12 V) sehingga dapat digunakan untuk berbagai peralatan listrik, memiliki sistem manajemen energi, bersifat portable, ramah lingkungan, dan tidak berisik. Harga pokok produksinya senilai Rp3.465.000.
Lihat Juga :
tulis komentar anda