Mahasiswa UMM Edukasi Petani Tengger Teknik Stek Benih Kentang
Jum'at, 18 Februari 2022 - 11:32 WIB
JAKARTA - Mahasiswa Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Malang ( UMM ) memberikan pelatihan dan edukasi pembibitan stek kentang kepada masyarakat di Kecamatan Tosari, Tengger, Pasuruan, selama Januari-Februari 2022.
Mereka adalah Adelya Putri Andarista, Deni Purnama Sudiya Makarya dan Herlina Dwi Rahayu. Program pengabdian masyarakat ini juga merupakan hasil mitra bersama salah satu dosen, Dr. Ir. Syarif Husen, MP.
Adelya, selaku ketua tim pelatihan menjelaskan bahwa masalah utama yang dihadapi petani Tengger yakni bibit kentang yang mahal. Selain itu kondisi green house yang dimiliki masih tergolong sempit dan beberapa sekat masih terbuka. Hal tersebut membuat pembibitan kentang seringkali gagal.
“Masalah-masalah itulah yang menggerakkan kami untuk memberikan pelatihan sehingga kegagalan dalam pembibitan dapat dikurangi,” katanya dalam keterangan pers, Jumat (18/2/2022).
Adel, sapaan akrabnya kembali menuturkan, pelatihan dan edukasi ini berkonsep praktek di lapangan sehingga petani dapat melakukannya secara langsung dan tidak kebingungan. Sebelumnya, para peserta juga diberi masukan dan materi terkait penyiapan green house yang sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP).
Begitupun dengan cara sterilisasi media untuk pembibitan. Pemindahan media planet kentang juga menjadi hal yang krusial karenan nantinya planet bisa distek pada usia satu bulan. “Dengan planet ini dan teknik stek ini, penanaman yang distek bisa dikembangkan menjadi empat bibit kentang,” tambah Adel.
Mahasiswa Agroteknologi ini menilai para peserta yang notabene petani merespon baik program ini. Terlihat dari upaya renovasi dan perluasan green house yang sedang dilakukan. Mereka juga senang karena mendapatkan pengetahuan baru sehingga produksi dan panen kentang sesuai dengan yang diharapkan.
Meski begitu, timnya sempat kesusahan saat cuaca hujan terus berlangsung. Hal itu berakibat pada planet menjadi layu sehingga sesekali harus menunda pelatihan. Arus air di green house juga dirasa kurang, sehingga harus menimba air terlebih dahulu sebelum memulai paparan dan praktek.
Mahasiswa asli Pasuruan ini berharap petani setempat dapat menjadi mandiri untuk memenuhi bibit kentang melalui teknik yang sudah diberikan. Hal itu dirasa bisa menekan angka pengeluaran dan menambah pemasukan dari para petani kentang.
“Program ini juga kami harapkan bisa meningkatkan pendapatan ekonomi warga setempat serta bisa memproduksi bibit kentang yang lebih banyak sehingga tidak begitu membutuhkan bibir dari pihak luar,” ungkapnya mengakhiri.
Mereka adalah Adelya Putri Andarista, Deni Purnama Sudiya Makarya dan Herlina Dwi Rahayu. Program pengabdian masyarakat ini juga merupakan hasil mitra bersama salah satu dosen, Dr. Ir. Syarif Husen, MP.
Adelya, selaku ketua tim pelatihan menjelaskan bahwa masalah utama yang dihadapi petani Tengger yakni bibit kentang yang mahal. Selain itu kondisi green house yang dimiliki masih tergolong sempit dan beberapa sekat masih terbuka. Hal tersebut membuat pembibitan kentang seringkali gagal.
“Masalah-masalah itulah yang menggerakkan kami untuk memberikan pelatihan sehingga kegagalan dalam pembibitan dapat dikurangi,” katanya dalam keterangan pers, Jumat (18/2/2022).
Adel, sapaan akrabnya kembali menuturkan, pelatihan dan edukasi ini berkonsep praktek di lapangan sehingga petani dapat melakukannya secara langsung dan tidak kebingungan. Sebelumnya, para peserta juga diberi masukan dan materi terkait penyiapan green house yang sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP).
Begitupun dengan cara sterilisasi media untuk pembibitan. Pemindahan media planet kentang juga menjadi hal yang krusial karenan nantinya planet bisa distek pada usia satu bulan. “Dengan planet ini dan teknik stek ini, penanaman yang distek bisa dikembangkan menjadi empat bibit kentang,” tambah Adel.
Mahasiswa Agroteknologi ini menilai para peserta yang notabene petani merespon baik program ini. Terlihat dari upaya renovasi dan perluasan green house yang sedang dilakukan. Mereka juga senang karena mendapatkan pengetahuan baru sehingga produksi dan panen kentang sesuai dengan yang diharapkan.
Meski begitu, timnya sempat kesusahan saat cuaca hujan terus berlangsung. Hal itu berakibat pada planet menjadi layu sehingga sesekali harus menunda pelatihan. Arus air di green house juga dirasa kurang, sehingga harus menimba air terlebih dahulu sebelum memulai paparan dan praktek.
Mahasiswa asli Pasuruan ini berharap petani setempat dapat menjadi mandiri untuk memenuhi bibit kentang melalui teknik yang sudah diberikan. Hal itu dirasa bisa menekan angka pengeluaran dan menambah pemasukan dari para petani kentang.
“Program ini juga kami harapkan bisa meningkatkan pendapatan ekonomi warga setempat serta bisa memproduksi bibit kentang yang lebih banyak sehingga tidak begitu membutuhkan bibir dari pihak luar,” ungkapnya mengakhiri.
(mpw)
tulis komentar anda