Inovasi Keren, Petani Milenial Ini Kembangkan Smart Farming Drip Irigation System
Senin, 21 Februari 2022 - 23:47 WIB
JAKARTA - Yoseph Nong, seorang mahasiswa sekaligus petani milenial di Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), tak bosan-bosannya mendorong anak-anak muda untuk mengubah mindset tentang pola pertanian yang modern.
Berbekal pengetahuannya di kampus, Yoseph Nong, yang akrab disapa Yance Maring, saat ini mengembangkan sistem irigasi tetes otomatis (smart farming drip irigation system).
Yosep menjelaskan, sistem irigasi ciptaannya dapat menentukan volume air, sistim pengairan, sensor NPK tanah, sensor PH tanah, sensor kelembaban tanah, sensor suhu, sensor water level dan sensor flow water. Semua itu dikendalikan dalam satu aplikasi android.
Yance mengatakan, saat ini ia sedang melakukan budidaya tomat. Dengan teknologi ini hasilnya sangat menjanjikan. Baru-baru ini dari hasil panen satu ton ia mendapatkan uang dari hasil penjualan sebanyak Rp90 juta. Sebuah nilai perjuangan dan nilai ekonomis yang tak kecil.
Tentang biaya, Yance mengatakan untuk areal seluas satu hektare menelan biaya kurang lebih Rp100 juta. Syaratnya harus ada listrik dan internet. Tapi, hasil selanjutnya akan berlipat ganda.
Mengubah mindset petani muda NTT bahwa pertanian bisa melibatkan teknologi sehingga hasil lebih banyak dan efektif merupakan tantangan terbesarnya. Namun, bukan milenial bila lekas menyerah.
Yance pun berupaya menjalin kerja sama dan pelatihan pembuatan pascapanen dengan pihak-pihak terkait seperti kampus dan balai pelatihan.
Berbekal pengetahuannya di kampus, Yoseph Nong, yang akrab disapa Yance Maring, saat ini mengembangkan sistem irigasi tetes otomatis (smart farming drip irigation system).
Yosep menjelaskan, sistem irigasi ciptaannya dapat menentukan volume air, sistim pengairan, sensor NPK tanah, sensor PH tanah, sensor kelembaban tanah, sensor suhu, sensor water level dan sensor flow water. Semua itu dikendalikan dalam satu aplikasi android.
Yance mengatakan, saat ini ia sedang melakukan budidaya tomat. Dengan teknologi ini hasilnya sangat menjanjikan. Baru-baru ini dari hasil panen satu ton ia mendapatkan uang dari hasil penjualan sebanyak Rp90 juta. Sebuah nilai perjuangan dan nilai ekonomis yang tak kecil.
Tentang biaya, Yance mengatakan untuk areal seluas satu hektare menelan biaya kurang lebih Rp100 juta. Syaratnya harus ada listrik dan internet. Tapi, hasil selanjutnya akan berlipat ganda.
Baca Juga
Mengubah mindset petani muda NTT bahwa pertanian bisa melibatkan teknologi sehingga hasil lebih banyak dan efektif merupakan tantangan terbesarnya. Namun, bukan milenial bila lekas menyerah.
Yance pun berupaya menjalin kerja sama dan pelatihan pembuatan pascapanen dengan pihak-pihak terkait seperti kampus dan balai pelatihan.
tulis komentar anda