Belajar Daring Penuh Tantangan? Begini 5 Solusi Efektif dari Psikolog
Kamis, 07 April 2022 - 17:07 WIB
JAKARTA - Banyak pro dan kontra yang muncul selama hampir dua tahun diterapkannya pembelajaran secara daring. Tak bisa dipungkiri, belajar daring adalah solusi terbaik di tengah pandemi, meski banyak tantangan tersendiri baik untuk anak maupun orang tua .
Pada 26 Maret 2022 lalu, platform edukasi berbasis teknologi Zenius, melalui ZeniusLand mengadakan webinar gratis bertajuk “Pentingnya #BelajarRasaMain untuk Anak” yang menghadirkan dua pembicara, yakni Artika Sari Devi (mom influencer dan Puteri Indonesia 2004) dan Samanta Elsener (psikolog anak dan keluarga).
Setidaknya, terdapat tiga tantangan yang dirasakan oleh anak. Pertama, emosi dan motivasi yang menurun. Mungkin pada awalnya, anak merasa senang karena tidak perlu bangun sepagi biasanya dan bebas dari kemacetan yang sebelumnya harus dilalui setiap pagi. Namun lama-kelamaan, anak mulai merasa jenuh duduk di depan layar selama berjam-jam tanpa interaksi langsung dengan teman dan guru.
Terlebih, tantangan kedua yaitu terbatasnya durasi konsentrasi yang dimiliki anak. Menurut Samanta, anak SD kelas 1 hingga kelas 2 biasanya memiliki rentang konsentrasi selama 40 menit saja. Sedangkan, anak kelas 3 ke atas, memiliki rentang waktu konsentrasi 60 menit ke atas, bila dalam lingkungan belajar tatap muka.
Sementara itu, learning loss atau hilangnya pengetahuan dan kemampuan siswa (The Glossary of Education Reform, 2013, seperti yang dikutip pada blog Zenius, 2021), menjadi tantangan ketiga. Pada dasarnya, learning loss dapat terjadi karena berbagai faktor. Misalnya, karena kendala teknis seperti koneksi internet yang buruk maupun kurangnya pendampingan orang tua.
Baca: Kamila, Siswi MAN 4 Jakarta Diterima di 6 Universitas Ternama Luar Negeri
“Bagi anak yang baru kelas 1 SD di awal pandemi, mungkin tidak menemui masalah ketika belajar baca tulis secara daring di rumah. Ketika mulai naik kelas, materi pelajaran semakin sulit, sehingga rentan membuat anak merasa kesulitan. Anak pun jadi malas belajar karena rasa kompetensi dari anak menurun drastis,” ujar Psikolog Anak dan Keluarga Samanta Elsener, melalui siaran pers, dikutip Kamis (7/4/2022).
Lantas, bagaimana solusi yang bisa diupayakan orang tua untuk berbagai tantangan tersebut?
Pada 26 Maret 2022 lalu, platform edukasi berbasis teknologi Zenius, melalui ZeniusLand mengadakan webinar gratis bertajuk “Pentingnya #BelajarRasaMain untuk Anak” yang menghadirkan dua pembicara, yakni Artika Sari Devi (mom influencer dan Puteri Indonesia 2004) dan Samanta Elsener (psikolog anak dan keluarga).
Setidaknya, terdapat tiga tantangan yang dirasakan oleh anak. Pertama, emosi dan motivasi yang menurun. Mungkin pada awalnya, anak merasa senang karena tidak perlu bangun sepagi biasanya dan bebas dari kemacetan yang sebelumnya harus dilalui setiap pagi. Namun lama-kelamaan, anak mulai merasa jenuh duduk di depan layar selama berjam-jam tanpa interaksi langsung dengan teman dan guru.
Terlebih, tantangan kedua yaitu terbatasnya durasi konsentrasi yang dimiliki anak. Menurut Samanta, anak SD kelas 1 hingga kelas 2 biasanya memiliki rentang konsentrasi selama 40 menit saja. Sedangkan, anak kelas 3 ke atas, memiliki rentang waktu konsentrasi 60 menit ke atas, bila dalam lingkungan belajar tatap muka.
Sementara itu, learning loss atau hilangnya pengetahuan dan kemampuan siswa (The Glossary of Education Reform, 2013, seperti yang dikutip pada blog Zenius, 2021), menjadi tantangan ketiga. Pada dasarnya, learning loss dapat terjadi karena berbagai faktor. Misalnya, karena kendala teknis seperti koneksi internet yang buruk maupun kurangnya pendampingan orang tua.
Baca: Kamila, Siswi MAN 4 Jakarta Diterima di 6 Universitas Ternama Luar Negeri
“Bagi anak yang baru kelas 1 SD di awal pandemi, mungkin tidak menemui masalah ketika belajar baca tulis secara daring di rumah. Ketika mulai naik kelas, materi pelajaran semakin sulit, sehingga rentan membuat anak merasa kesulitan. Anak pun jadi malas belajar karena rasa kompetensi dari anak menurun drastis,” ujar Psikolog Anak dan Keluarga Samanta Elsener, melalui siaran pers, dikutip Kamis (7/4/2022).
Lantas, bagaimana solusi yang bisa diupayakan orang tua untuk berbagai tantangan tersebut?
Lihat Juga :
tulis komentar anda