Mengenal 4 Doktor Termuda di Indonesia dan Disertasinya
Selasa, 31 Mei 2022 - 13:35 WIB
Tidak hanya berhasil meraih gelar doktor dengan predikat terbaik, perempuan asal Palembang, Sumatera Selatan ini juga telah menulis dan mempublikasikan tujuh artikel pada beberapa jurnal internasional yang terindex scopus dan mengikuti 5 konferensi internasional di beberapa Negara.
Salah satu artikelnya, “Solar Absorption Chiller System Performance Prediction based on Principal Component Analysis” telah dipublikasikan Jurnal Case Studies on Thermal Engineering yang terindeks Q1 Scopus.
4. Rendra Panca Anugraha
Ada yang istimewa dalam gelaran Wisuda ke-119 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pada 16 – 17 Maret 2019. Yakni, adanya salah satu wisudawan yang merupakan doktor termuda di usia 24 tahun 4 bulan bernama Rendra Panca Anugraha dari Departemen Teknik Kimia ITS.
Dikutip dari laman ITS, cerita berawal dari usulan dosen pembimbingnya di masa studi sarjana (S1), untuk mengikuti sebuah program beasiswa bernama Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) Kemenristekdikti pada 2015 yang menantang para sarjana unggulan untuk menyambung studi mereka hingga ke tingkat doktoral dalam kurun empat tahun.
Siapa sangka, pemuda kelahiran Bondowoso, 25 November 1994 ini malah merampungkan tantangan tersebut hanya dalam kurun waktu 3,5 tahun saja. Selama kurun waktu itu pula, mahasiswa bimbingan Prof Dr Ir Gede Wibawa dan Prof Dr Ir Ali Altway ini berhasil melakukan publikasi penelitian di tiga jurnal ilmiah internasional bereputasi, serta dua seminar internasional.
Dalam disertasinya, Rendra terfokus pada pemanfaatan Dimethyl Carbonate (DMC) dan Diethyl Carbonate (DEC) sebagai zat aditif pada bahan bakar bensin. Alasannya, Indonesia memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap bahan bakar fosil (terutama bensin atau gasoline), padahal sumber daya tersebut sangat terbatas. Oleh karenanya, ia menawarkan gagasan untuk mengurangi ketergantungan ini dengan menambahkan DMC dan DEC yang dapat diproduksi dari sumber biomassa.
Salah satu artikelnya, “Solar Absorption Chiller System Performance Prediction based on Principal Component Analysis” telah dipublikasikan Jurnal Case Studies on Thermal Engineering yang terindeks Q1 Scopus.
4. Rendra Panca Anugraha
Ada yang istimewa dalam gelaran Wisuda ke-119 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pada 16 – 17 Maret 2019. Yakni, adanya salah satu wisudawan yang merupakan doktor termuda di usia 24 tahun 4 bulan bernama Rendra Panca Anugraha dari Departemen Teknik Kimia ITS.
Dikutip dari laman ITS, cerita berawal dari usulan dosen pembimbingnya di masa studi sarjana (S1), untuk mengikuti sebuah program beasiswa bernama Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) Kemenristekdikti pada 2015 yang menantang para sarjana unggulan untuk menyambung studi mereka hingga ke tingkat doktoral dalam kurun empat tahun.
Siapa sangka, pemuda kelahiran Bondowoso, 25 November 1994 ini malah merampungkan tantangan tersebut hanya dalam kurun waktu 3,5 tahun saja. Selama kurun waktu itu pula, mahasiswa bimbingan Prof Dr Ir Gede Wibawa dan Prof Dr Ir Ali Altway ini berhasil melakukan publikasi penelitian di tiga jurnal ilmiah internasional bereputasi, serta dua seminar internasional.
Dalam disertasinya, Rendra terfokus pada pemanfaatan Dimethyl Carbonate (DMC) dan Diethyl Carbonate (DEC) sebagai zat aditif pada bahan bakar bensin. Alasannya, Indonesia memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap bahan bakar fosil (terutama bensin atau gasoline), padahal sumber daya tersebut sangat terbatas. Oleh karenanya, ia menawarkan gagasan untuk mengurangi ketergantungan ini dengan menambahkan DMC dan DEC yang dapat diproduksi dari sumber biomassa.
(nnz)
tulis komentar anda