Teliti Kebakaran Lahan Gambut, Mahasiswa UI Raih Best Student di Oslo
Rabu, 22 Juni 2022 - 20:38 WIB
JAKARTA - Kebakaran lahan gambut menyita perhatian Bintang Farhan Muhammad, mahasiswa Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) angkatan 2017, untuk dijadikan obyek penelitiannya. Penelitian inilah yang mengantarnya meraih penghargaan Best Student Presenter pada the 10th International Seminar on Fire and Explosion Hazard (ISFEH 10).
Selain dia, penghargaan yang sama juga diberikan kepada dua mahasiswa dari Ghent University, Belgia, dan Ulster University, UK. ISFEH 10 diselenggarakan di Oslo, Norwegia pada tanggal 22-27 Mei 2022 dan diikuti oleh 56 pemakalah dari seluruh dunia, tiga di antaranya dari UI.
Pada ISFEH 10, Bintang Farhan Muhammad –saat ini telah menyelesaikan studi dari FTUI– mempresentasikan makalah berjudul “Estimation of Smoldering Peat Fire CO and CO2 Emission Factors by Multidimensional Spread and Elemental Variables”. Makalah ini memfokuskan penelitian pada estimasi emisi CO dan CO2 pada kebakaran lahan gambut.
Baca: Kisah Sukses Alumni UPER: Raih Beasiswa hingga Kerja di Perusahaan Ternama
Bintang melakukan penelitian bersama tim dibawah bimbingan Prof. Ir. Yulianto S. Nugroho, Guru Besar Departemen Teknik Mesin, dan kemudian hasilnya dituangkan dalam artikel ilmiah yang ditulis bersama Hafizha Mulyasih dan Dr. Ing. Ridho Irwansyah.
Berdasarkan data dari PBB tahun 2017, kebakaran lahan gambut di daerah Asia Khatulistiwa (daerah tropis) turut berkontribusi pada emisi karbon global. Munculnya fenomena El Niño pada area-area tersebut juga memperparah kondisi kebakaran. Fenomena ini yang merupakan anomali suhu permukaan laut yang tinggi, menyebabkan kondisi lebih hangat dan kering yang tidak biasa di berbagai wilayah rawan kebakaran di seluruh dunia termasuk lahan gambut.
“Kebakaran pada lahan gambut melepaskan emisi gas dan asap yang mengakibatkan kerugian dari segi sosial, kesehatan, ekonomi, maupun lingkungan. Pada penelitian ini, Bintang, Hafizha, dan tim mencoba untuk menggunakan metode terintegrasi untuk mendapatkan nilai Emission Factor (EF) dengan menggunakan Buoyancy Calorimeter. EF menggambarkan jumlah polutan yang dilepas ke atmosfer dari peristiwa kebakaran hutan, termasuk kebakaran membara (smoldering) yang terjadi di lahan gambut,” kata Prof. Yulianto, melalui siaran pers, Rabu (22/6/2022).
Dalam penelitiannya, Bintang dan tim mencoba untuk meminimalisir ketidakpastian yang disebabkan oleh variasi komposisi kimia gambut serta ketidakpastian yang disebabkan oleh estimasi satu dimensi (menggunakan citra satelit). “Dari hasil penelitian, diketahui bahwa untuk sampel gambut dari lahan yang berbeda memiliki perbedaan pada komposisi kimia gambut. Sampel yang diambil dari lahan gambut di Jambi memiliki komposisi yang berbeda dengan sampel yang berasal dari lahan gambut di Papua ataupun Palangkaraya (Kalimantan Tengah)," ujarnya.
Sementara pencitraan jarak jauh menggunakan satelit yang selama ini digunakan untuk memperkirakan luas lahan gambut yang terbakar, memiliki keterbatasan karena hanya menampilkan citra berupa permukaan dan tidak secara langsung mengukur kedalaman dampak kebakaran (burned depth) di lahan gambut,” lanjut Bintang.
Selain dia, penghargaan yang sama juga diberikan kepada dua mahasiswa dari Ghent University, Belgia, dan Ulster University, UK. ISFEH 10 diselenggarakan di Oslo, Norwegia pada tanggal 22-27 Mei 2022 dan diikuti oleh 56 pemakalah dari seluruh dunia, tiga di antaranya dari UI.
Pada ISFEH 10, Bintang Farhan Muhammad –saat ini telah menyelesaikan studi dari FTUI– mempresentasikan makalah berjudul “Estimation of Smoldering Peat Fire CO and CO2 Emission Factors by Multidimensional Spread and Elemental Variables”. Makalah ini memfokuskan penelitian pada estimasi emisi CO dan CO2 pada kebakaran lahan gambut.
Baca: Kisah Sukses Alumni UPER: Raih Beasiswa hingga Kerja di Perusahaan Ternama
Bintang melakukan penelitian bersama tim dibawah bimbingan Prof. Ir. Yulianto S. Nugroho, Guru Besar Departemen Teknik Mesin, dan kemudian hasilnya dituangkan dalam artikel ilmiah yang ditulis bersama Hafizha Mulyasih dan Dr. Ing. Ridho Irwansyah.
Berdasarkan data dari PBB tahun 2017, kebakaran lahan gambut di daerah Asia Khatulistiwa (daerah tropis) turut berkontribusi pada emisi karbon global. Munculnya fenomena El Niño pada area-area tersebut juga memperparah kondisi kebakaran. Fenomena ini yang merupakan anomali suhu permukaan laut yang tinggi, menyebabkan kondisi lebih hangat dan kering yang tidak biasa di berbagai wilayah rawan kebakaran di seluruh dunia termasuk lahan gambut.
“Kebakaran pada lahan gambut melepaskan emisi gas dan asap yang mengakibatkan kerugian dari segi sosial, kesehatan, ekonomi, maupun lingkungan. Pada penelitian ini, Bintang, Hafizha, dan tim mencoba untuk menggunakan metode terintegrasi untuk mendapatkan nilai Emission Factor (EF) dengan menggunakan Buoyancy Calorimeter. EF menggambarkan jumlah polutan yang dilepas ke atmosfer dari peristiwa kebakaran hutan, termasuk kebakaran membara (smoldering) yang terjadi di lahan gambut,” kata Prof. Yulianto, melalui siaran pers, Rabu (22/6/2022).
Dalam penelitiannya, Bintang dan tim mencoba untuk meminimalisir ketidakpastian yang disebabkan oleh variasi komposisi kimia gambut serta ketidakpastian yang disebabkan oleh estimasi satu dimensi (menggunakan citra satelit). “Dari hasil penelitian, diketahui bahwa untuk sampel gambut dari lahan yang berbeda memiliki perbedaan pada komposisi kimia gambut. Sampel yang diambil dari lahan gambut di Jambi memiliki komposisi yang berbeda dengan sampel yang berasal dari lahan gambut di Papua ataupun Palangkaraya (Kalimantan Tengah)," ujarnya.
Sementara pencitraan jarak jauh menggunakan satelit yang selama ini digunakan untuk memperkirakan luas lahan gambut yang terbakar, memiliki keterbatasan karena hanya menampilkan citra berupa permukaan dan tidak secara langsung mengukur kedalaman dampak kebakaran (burned depth) di lahan gambut,” lanjut Bintang.
Lihat Juga :
tulis komentar anda