Konflik Rusia-Ukraina, Ini Pandangan Sejumlah Pakar dan Akademisi
Selasa, 28 Juni 2022 - 20:57 WIB
JAKARTA - Pakar Geopolitik dan Politik Luar Negeri Indonesia dari Universitas Nasional, DR Hendrajit menilai, perang Rusia-Ukraina bukan sekadar persoalan kedua negara atau Rusia dengan blok Barat. Tetapi, juga ada hubungannya Rusia dengan China yang telah membentuk aliansi.
Namun, soal keberhasilan Indonesia mendamaikan Rusia-Ukraina , bergantung pada kondisi di Barat itu sendiri yang cukup dinamis. Apalagi, antar negara seperti Prancis juga ingin bikin kutub sendiri.
Pandangan tersebut terungkap dalam webinar bertajuk 'Pengaruh Konflik Rusia-Ukraina Terhadap Pelaksanaan Presidensi G20' yang digelar Salemba Institute, Senin, (27/6/2022).
Selain DR Hendrajit, sejumlah akademisi juga turut hadir di antaranya, pengamat Rusia Ahmad Fahrurodji, dan Pengamat Hubungan International/Dosen FISIP UMJ Dr. Asep Setiawan.
Menurut Hendrajit, kasus Ukraina hanya jadi pemantik permasalahan Rusia dengan blok Barat. Evolusi aliansi strategic Rusia dan China ini penting. Awalnya China dan Rusia sama-sama belum bisa menyaingi blok barat, namun sekarang bisa dilihat bagaimana mereka sudah bisa menyaingi blok Barat.
"Hubungan Rusia dan China menciptakan hubungan multipolar dan akhirnya bisa menjadi kutub. Dan ini menjadi momentum untuk bisa kembali mengaktifkan kembali gerakan Non Blok. Ini yang bisa didorong di G20 nanti. Gerakan non blok ini bisa jadi skema. G7 menjadi motor dari G20," tuturnya.
Hendrajit menambahkan, bahwa menghadapi fenomena multipolar, blok lama ini masih dalam skema lama yaitu blok Barat perspektif. Dari segi penanggaran blok barat dan blok China-Rusia punya perbedaan. Jika barat mayoritas dana diperbantukan lebih banyak ke ranah kerja militer, China-Rusia lebih banyak dalam ranah ekonomi.
Namun, soal keberhasilan Indonesia mendamaikan Rusia-Ukraina , bergantung pada kondisi di Barat itu sendiri yang cukup dinamis. Apalagi, antar negara seperti Prancis juga ingin bikin kutub sendiri.
Pandangan tersebut terungkap dalam webinar bertajuk 'Pengaruh Konflik Rusia-Ukraina Terhadap Pelaksanaan Presidensi G20' yang digelar Salemba Institute, Senin, (27/6/2022).
Selain DR Hendrajit, sejumlah akademisi juga turut hadir di antaranya, pengamat Rusia Ahmad Fahrurodji, dan Pengamat Hubungan International/Dosen FISIP UMJ Dr. Asep Setiawan.
Menurut Hendrajit, kasus Ukraina hanya jadi pemantik permasalahan Rusia dengan blok Barat. Evolusi aliansi strategic Rusia dan China ini penting. Awalnya China dan Rusia sama-sama belum bisa menyaingi blok barat, namun sekarang bisa dilihat bagaimana mereka sudah bisa menyaingi blok Barat.
"Hubungan Rusia dan China menciptakan hubungan multipolar dan akhirnya bisa menjadi kutub. Dan ini menjadi momentum untuk bisa kembali mengaktifkan kembali gerakan Non Blok. Ini yang bisa didorong di G20 nanti. Gerakan non blok ini bisa jadi skema. G7 menjadi motor dari G20," tuturnya.
Hendrajit menambahkan, bahwa menghadapi fenomena multipolar, blok lama ini masih dalam skema lama yaitu blok Barat perspektif. Dari segi penanggaran blok barat dan blok China-Rusia punya perbedaan. Jika barat mayoritas dana diperbantukan lebih banyak ke ranah kerja militer, China-Rusia lebih banyak dalam ranah ekonomi.
Lihat Juga :
tulis komentar anda