Mahasiswa UNS Gagas Biolistrik dari Lumpur Lapindo
Senin, 28 November 2022 - 18:30 WIB
Baca juga: Mahasiswa, Berikut Pertanyaan Sidang Skripsi yang Sering Muncul
Ide ini juga berawal dari dampak lumpur lapindo yang tak kunjung usai. Lumpur lapindo dimanfaatkan sebagai sumber katoda pada MFCs karena lumpur ini merupakan biomassa dengan berbagai kandungan logam berat.
Metode yang Mahasiswa UNS lakukan adalah isolasi selulosa dari eceng gondok yang didapatkan dari serbuk hijau muda. Kemudian, proses berlanjut dengan mengubah selulosa tersebut menjadi glukosa dengan bantuan trichoderma viride. Glukosa yang dihasilkan digunakan sebagai media tumbuh kembang dan makanan bagi bakteri Escherichia coli.
“Pembuatan reaktor MFCs dilakukan dengan sederhana terbuat dari 2 toples bekas yang disambungkan oleh jembatan garam. Toples bagian katoda diisi dengan lumpur lapindo dan toples bagian anoda diisi dengan bakteri Escherichia coli dan diukur menggunakan multimeter,” jelas Khoirun Nisa.
Penelitian yang dibimbing Prof. Venty Suryanti selaku Guru Besar UNS ini berhasil menciptakan listrik dari limbah eceng gondok yang dikombinasikan dengan lumpur lapindo dan bakteri Escherichia coli dengan data tertinggi tegangan listrik sebesar 256,6 MV, arus listrik sebesar 0,08 MA, serta power density yang dihasilkan sebesar 13,40 MW/m2.
Maka dari itu, mahasiswa UNS berharap dapat mengembangkan dan memproduksi listrik dalam jumlah besar di masa yang akan datang. Hal ini tidak lain untuk membantu mengurangi limbah serta jumlah lumpur lapindo yang meluas. Selain itu pemanfaatannya dapat dijadikan listrik yang ramah lingkungan untuk masa depan yang berkelanjutan.
Ide ini juga berawal dari dampak lumpur lapindo yang tak kunjung usai. Lumpur lapindo dimanfaatkan sebagai sumber katoda pada MFCs karena lumpur ini merupakan biomassa dengan berbagai kandungan logam berat.
Metode yang Mahasiswa UNS lakukan adalah isolasi selulosa dari eceng gondok yang didapatkan dari serbuk hijau muda. Kemudian, proses berlanjut dengan mengubah selulosa tersebut menjadi glukosa dengan bantuan trichoderma viride. Glukosa yang dihasilkan digunakan sebagai media tumbuh kembang dan makanan bagi bakteri Escherichia coli.
“Pembuatan reaktor MFCs dilakukan dengan sederhana terbuat dari 2 toples bekas yang disambungkan oleh jembatan garam. Toples bagian katoda diisi dengan lumpur lapindo dan toples bagian anoda diisi dengan bakteri Escherichia coli dan diukur menggunakan multimeter,” jelas Khoirun Nisa.
Penelitian yang dibimbing Prof. Venty Suryanti selaku Guru Besar UNS ini berhasil menciptakan listrik dari limbah eceng gondok yang dikombinasikan dengan lumpur lapindo dan bakteri Escherichia coli dengan data tertinggi tegangan listrik sebesar 256,6 MV, arus listrik sebesar 0,08 MA, serta power density yang dihasilkan sebesar 13,40 MW/m2.
Maka dari itu, mahasiswa UNS berharap dapat mengembangkan dan memproduksi listrik dalam jumlah besar di masa yang akan datang. Hal ini tidak lain untuk membantu mengurangi limbah serta jumlah lumpur lapindo yang meluas. Selain itu pemanfaatannya dapat dijadikan listrik yang ramah lingkungan untuk masa depan yang berkelanjutan.
(nnz)
Lihat Juga :
tulis komentar anda