Mahasiswa UNS Gagas Biolistrik dari Lumpur Lapindo
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tim mahasiswa Universitas Sebelas Maret ( UNS ) Surakarta berhasil menciptakan listrik dari limbah eceng gondok yang dikombinasikan dengan lumpur lapindo dan bakteri Escherichia coli. Mereka adalah Khoirun Nisa Ashar, Abbilah Ero Mahdhani, Vicky Ahava Ferdinansyah, dan Alifiananda Rahmatul Dafa Kesuma.
Proyek keempat Mahasiswa Program Studi (Prodi) Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNS tersebut berhasil lolos dalam Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM). Mereka menuangkan gagasannya yang berjudul “Produksi Biolistrik dengan Elektroda Pb dari Lumpur Lapindo Berbasis Microbial Fuel Cells (MFCs) dengan Substrat Selulosa Eceng Gondok”.
Khoirun Nisa menyebutkan, penelitian ini dilatarbelakangi oleh semakin meningkatnya penggunaan bahan bakar fosil beberapa tahun terakhir, terutama batu bara. Batu bara digunakan untuk bahan baku pembuatan listrik berpotensi mengakibatkan krisis energi global. Di sisi lain, penggunaan energi listrik semakin banyak setiap harinya di masyarakat.
Baca juga: Tim IRIS ITS Sukses Juarai RoboCup Asia Pacific 2022
Produksi listrik oleh mahasiswa UNS memanfaatkan limbah seperti lumpur lapindo, eceng gondok, dan bakteri Escherichia coli. Potensi selulosa yang dimiliki eceng gondok sangat besar yaitu di angka 64.51%. Hal ini didukung dengan melimpahnya sumber daya eceng gondok karena pertumbuhan yang cepat.
Tingginya selulosa dapat memberikan kabar baik bagi peranannya dalam MFCs, yakni untuk memicu perkembangan bakteri. Kandungan selulosa eceng gondok juga dapat menanggulangi dampak negatif dari keberadaannya yang menutupi air.
“Kandungan selulosanya sebagai substrat bagi bakteri untuk menghasilkan listrik yang lebih tinggi dalam MFCs. Sehingga, ekosistem air terjaga dan energi terbarukan dapat ditemukan,” terang Khoirun Nisa, dikutip dari laman UNS, Senin (28/11/2022).
Escherichia coli merupakan jenis spesies utama bakteri gram negatif fakultatif anaerobic. Khoirun Nisa menambahkan, bakteri Escherichia coli dapat digunakan pada sistem MFCs dengan substrat glukosa atau sukrosa. Hal ini dapat menggunakan selulosa yang dikonversikan menjadi glukosa pada eceng gondok.
“Escherichia coli dipilih karena pemanfaatannya sebagai bahan baku MFCs kurang dilakukan karena pada umumnya adalah bakteri shewanella,” tambahnya.
Baca juga: Mahasiswa, Berikut Pertanyaan Sidang Skripsi yang Sering Muncul
Ide ini juga berawal dari dampak lumpur lapindo yang tak kunjung usai. Lumpur lapindo dimanfaatkan sebagai sumber katoda pada MFCs karena lumpur ini merupakan biomassa dengan berbagai kandungan logam berat.
Metode yang Mahasiswa UNS lakukan adalah isolasi selulosa dari eceng gondok yang didapatkan dari serbuk hijau muda. Kemudian, proses berlanjut dengan mengubah selulosa tersebut menjadi glukosa dengan bantuan trichoderma viride. Glukosa yang dihasilkan digunakan sebagai media tumbuh kembang dan makanan bagi bakteri Escherichia coli.
“Pembuatan reaktor MFCs dilakukan dengan sederhana terbuat dari 2 toples bekas yang disambungkan oleh jembatan garam. Toples bagian katoda diisi dengan lumpur lapindo dan toples bagian anoda diisi dengan bakteri Escherichia coli dan diukur menggunakan multimeter,” jelas Khoirun Nisa.
Penelitian yang dibimbing Prof. Venty Suryanti selaku Guru Besar UNS ini berhasil menciptakan listrik dari limbah eceng gondok yang dikombinasikan dengan lumpur lapindo dan bakteri Escherichia coli dengan data tertinggi tegangan listrik sebesar 256,6 MV, arus listrik sebesar 0,08 MA, serta power density yang dihasilkan sebesar 13,40 MW/m2.
Maka dari itu, mahasiswa UNS berharap dapat mengembangkan dan memproduksi listrik dalam jumlah besar di masa yang akan datang. Hal ini tidak lain untuk membantu mengurangi limbah serta jumlah lumpur lapindo yang meluas. Selain itu pemanfaatannya dapat dijadikan listrik yang ramah lingkungan untuk masa depan yang berkelanjutan.
Proyek keempat Mahasiswa Program Studi (Prodi) Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNS tersebut berhasil lolos dalam Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM). Mereka menuangkan gagasannya yang berjudul “Produksi Biolistrik dengan Elektroda Pb dari Lumpur Lapindo Berbasis Microbial Fuel Cells (MFCs) dengan Substrat Selulosa Eceng Gondok”.
Khoirun Nisa menyebutkan, penelitian ini dilatarbelakangi oleh semakin meningkatnya penggunaan bahan bakar fosil beberapa tahun terakhir, terutama batu bara. Batu bara digunakan untuk bahan baku pembuatan listrik berpotensi mengakibatkan krisis energi global. Di sisi lain, penggunaan energi listrik semakin banyak setiap harinya di masyarakat.
Baca juga: Tim IRIS ITS Sukses Juarai RoboCup Asia Pacific 2022
Produksi listrik oleh mahasiswa UNS memanfaatkan limbah seperti lumpur lapindo, eceng gondok, dan bakteri Escherichia coli. Potensi selulosa yang dimiliki eceng gondok sangat besar yaitu di angka 64.51%. Hal ini didukung dengan melimpahnya sumber daya eceng gondok karena pertumbuhan yang cepat.
Tingginya selulosa dapat memberikan kabar baik bagi peranannya dalam MFCs, yakni untuk memicu perkembangan bakteri. Kandungan selulosa eceng gondok juga dapat menanggulangi dampak negatif dari keberadaannya yang menutupi air.
“Kandungan selulosanya sebagai substrat bagi bakteri untuk menghasilkan listrik yang lebih tinggi dalam MFCs. Sehingga, ekosistem air terjaga dan energi terbarukan dapat ditemukan,” terang Khoirun Nisa, dikutip dari laman UNS, Senin (28/11/2022).
Escherichia coli merupakan jenis spesies utama bakteri gram negatif fakultatif anaerobic. Khoirun Nisa menambahkan, bakteri Escherichia coli dapat digunakan pada sistem MFCs dengan substrat glukosa atau sukrosa. Hal ini dapat menggunakan selulosa yang dikonversikan menjadi glukosa pada eceng gondok.
“Escherichia coli dipilih karena pemanfaatannya sebagai bahan baku MFCs kurang dilakukan karena pada umumnya adalah bakteri shewanella,” tambahnya.
Baca juga: Mahasiswa, Berikut Pertanyaan Sidang Skripsi yang Sering Muncul
Ide ini juga berawal dari dampak lumpur lapindo yang tak kunjung usai. Lumpur lapindo dimanfaatkan sebagai sumber katoda pada MFCs karena lumpur ini merupakan biomassa dengan berbagai kandungan logam berat.
Metode yang Mahasiswa UNS lakukan adalah isolasi selulosa dari eceng gondok yang didapatkan dari serbuk hijau muda. Kemudian, proses berlanjut dengan mengubah selulosa tersebut menjadi glukosa dengan bantuan trichoderma viride. Glukosa yang dihasilkan digunakan sebagai media tumbuh kembang dan makanan bagi bakteri Escherichia coli.
“Pembuatan reaktor MFCs dilakukan dengan sederhana terbuat dari 2 toples bekas yang disambungkan oleh jembatan garam. Toples bagian katoda diisi dengan lumpur lapindo dan toples bagian anoda diisi dengan bakteri Escherichia coli dan diukur menggunakan multimeter,” jelas Khoirun Nisa.
Penelitian yang dibimbing Prof. Venty Suryanti selaku Guru Besar UNS ini berhasil menciptakan listrik dari limbah eceng gondok yang dikombinasikan dengan lumpur lapindo dan bakteri Escherichia coli dengan data tertinggi tegangan listrik sebesar 256,6 MV, arus listrik sebesar 0,08 MA, serta power density yang dihasilkan sebesar 13,40 MW/m2.
Maka dari itu, mahasiswa UNS berharap dapat mengembangkan dan memproduksi listrik dalam jumlah besar di masa yang akan datang. Hal ini tidak lain untuk membantu mengurangi limbah serta jumlah lumpur lapindo yang meluas. Selain itu pemanfaatannya dapat dijadikan listrik yang ramah lingkungan untuk masa depan yang berkelanjutan.
(nnz)