Kisah Inspiratif 3 Pendidik Berjuang Pulihkan Pembelajaran untuk Atasi Learning Loss
Rabu, 07 Desember 2022 - 11:54 WIB
Baca juga: Kreatif, Siswa MAN 2 Banyumas Buat Modifikasi Sepeda Listrik Keren
Vamelia Ibrahim selaku Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Tana Tidung, Kalimantan Utara, juga berbagi pengalaman terkait upaya percepatan pemulihan pembelajaran di Tana Tidung. Proses pemulihan pembelajaran itu dilakukan melalui dua jalur, yakni sekolah dan masyarakat. Khusus untuk pemulihan pembelajaran melalui jalur masyarakat, pengoptimalan fungsi TBM menjadi pilihan. Dalam waktu satu tahun, Vamelia berhasil mendorong berdirinya 38 TBM di seluruh desa di Tana Tidung.
“Kami melakukan pengambilan data di SD 13 Tana Tidung. Anak yang dulunya belum bisa baca, setelah ke TBM, mereka mulai lancar membaca. Data per Juli – Oktober 2022 di SD tersebut menujukkan ada sebanyak 55% siswa kelas awal telah lulus kompetensi literasi dasar atau siswa sudah lancar membaca. Kemudian, 85% siswa kelas tinggi telah sampai level pemahaman membaca secara mandiri atau siswa mampu menjawab pertanya yang jawabannya ekplisit dan implisit,” ujar dia.
Selain kisah inspiratif dari daerah, Temu Inovasi ke-14 juga diisi dengan sesi diskusi. Sejumlah topik yang dibahas dalam sesi diskusi tersebut antara lain capaian keterampilan dasar siswa Indonesia, upaya pemulihan pembelajaran, dan kesenjangan yang dihadapi kelompok rentan dalam pendidikan di Indonesia.
Temu Inovasi ke-14 menjadi ajang bertukar pengetahuan dan pengalaman guna merumusan rekomendasi bagi upaya mendorong transformasi pembelajaran. Diskusi tersebut didasarkan pada temuan dari seri laporan studi kesenjangan hasil belajar siswa yang dilakukan Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan, Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi(Kemendikbudristek) dan Program Inovasi.
Kepala BSKAP Kemendikbudristek Anindito Aditomo. Anindito mengatakan, tujuan studi adalah agar semua anak di Indonesia memiliki kesempatan untuk mendapat pengalaman dan kesempatan belajar yang sama, serta membangun kapasitas dan keterampilan-keterampilan dasar yang memampukan mereka untuk menjadi manusia mandiri di masa depan.
“Kecakapan adalah menjadi dasar kelulusan, tujuan pembelajaran. Konten adalah sarana. Yang penting dalam pendidikan adalah semua anak belajar dan menjadi mandiri,” kata Anindito.
Direktur Program INOVASI, Mark Heyward memaparkan hasil Studi Kesenjangan Pembelajaran. Studi yang dilaksanakan oleh BSKAP dan pihaknya dimulai sejak 2020. Sebanyak 18.370 siswa kelas 1 – 3 sekolah dasar dengan proporsi gender setara dari 612 sekolah yang dipilih secara acak berpartisipasi di dalam studi ini.
Mereka berasal dari 11 kabupaten di provinsi Jawa Timur, Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Untuk memberikan cakupan dan keseimbangan dalam seluruh aspek sistem pendidikan Indonesia, ditambahkan pula delapan kabupaten non-mitra INOVASI, yakni dari provinsi Jambi, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Selatan dan Maluku Utara.
Temuan studi tersebut dilaporkan dalam tiga seri. Di seri pertama yang berjudul Studi Kesenjangan Pembelajaran – 1, Tak Sekedar Huruf dan Angka: Pengaruh Pandemi Covid-19 dan Fondasi Dasar Literasi dan Numerasi di Indonesia, salah satu temuan utamanya adalah banyak siswa di Indonesia yang belum menguasai keterampilan dasar literasi dan numerasi. Padahal, siswa yang belum menguasai kemampuan dasar di jenjang tertentu akan semakin tertinggal di jenjang-jenjang berikutnya.
Vamelia Ibrahim selaku Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Tana Tidung, Kalimantan Utara, juga berbagi pengalaman terkait upaya percepatan pemulihan pembelajaran di Tana Tidung. Proses pemulihan pembelajaran itu dilakukan melalui dua jalur, yakni sekolah dan masyarakat. Khusus untuk pemulihan pembelajaran melalui jalur masyarakat, pengoptimalan fungsi TBM menjadi pilihan. Dalam waktu satu tahun, Vamelia berhasil mendorong berdirinya 38 TBM di seluruh desa di Tana Tidung.
“Kami melakukan pengambilan data di SD 13 Tana Tidung. Anak yang dulunya belum bisa baca, setelah ke TBM, mereka mulai lancar membaca. Data per Juli – Oktober 2022 di SD tersebut menujukkan ada sebanyak 55% siswa kelas awal telah lulus kompetensi literasi dasar atau siswa sudah lancar membaca. Kemudian, 85% siswa kelas tinggi telah sampai level pemahaman membaca secara mandiri atau siswa mampu menjawab pertanya yang jawabannya ekplisit dan implisit,” ujar dia.
Selain kisah inspiratif dari daerah, Temu Inovasi ke-14 juga diisi dengan sesi diskusi. Sejumlah topik yang dibahas dalam sesi diskusi tersebut antara lain capaian keterampilan dasar siswa Indonesia, upaya pemulihan pembelajaran, dan kesenjangan yang dihadapi kelompok rentan dalam pendidikan di Indonesia.
Temu Inovasi ke-14 menjadi ajang bertukar pengetahuan dan pengalaman guna merumusan rekomendasi bagi upaya mendorong transformasi pembelajaran. Diskusi tersebut didasarkan pada temuan dari seri laporan studi kesenjangan hasil belajar siswa yang dilakukan Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan, Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi(Kemendikbudristek) dan Program Inovasi.
Kepala BSKAP Kemendikbudristek Anindito Aditomo. Anindito mengatakan, tujuan studi adalah agar semua anak di Indonesia memiliki kesempatan untuk mendapat pengalaman dan kesempatan belajar yang sama, serta membangun kapasitas dan keterampilan-keterampilan dasar yang memampukan mereka untuk menjadi manusia mandiri di masa depan.
“Kecakapan adalah menjadi dasar kelulusan, tujuan pembelajaran. Konten adalah sarana. Yang penting dalam pendidikan adalah semua anak belajar dan menjadi mandiri,” kata Anindito.
Direktur Program INOVASI, Mark Heyward memaparkan hasil Studi Kesenjangan Pembelajaran. Studi yang dilaksanakan oleh BSKAP dan pihaknya dimulai sejak 2020. Sebanyak 18.370 siswa kelas 1 – 3 sekolah dasar dengan proporsi gender setara dari 612 sekolah yang dipilih secara acak berpartisipasi di dalam studi ini.
Mereka berasal dari 11 kabupaten di provinsi Jawa Timur, Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Untuk memberikan cakupan dan keseimbangan dalam seluruh aspek sistem pendidikan Indonesia, ditambahkan pula delapan kabupaten non-mitra INOVASI, yakni dari provinsi Jambi, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Selatan dan Maluku Utara.
Temuan studi tersebut dilaporkan dalam tiga seri. Di seri pertama yang berjudul Studi Kesenjangan Pembelajaran – 1, Tak Sekedar Huruf dan Angka: Pengaruh Pandemi Covid-19 dan Fondasi Dasar Literasi dan Numerasi di Indonesia, salah satu temuan utamanya adalah banyak siswa di Indonesia yang belum menguasai keterampilan dasar literasi dan numerasi. Padahal, siswa yang belum menguasai kemampuan dasar di jenjang tertentu akan semakin tertinggal di jenjang-jenjang berikutnya.
tulis komentar anda