Kisah Wicak, Berprestasi sejak SD Mengantarnya Raih Beasiswa Unggulan Kuliah di IPB
Sabtu, 24 Desember 2022 - 16:46 WIB
JAKARTA - Kisah perjuangan mahasiswa IPB University asal Bali I Dewa Gede Wicaksana Prabaswara bisa menjadi inspirasi bagi para pejuang kuliah . Meski dari keluarga tak mampu, Wicak berhasil mengoleksi puluhan prestasi di kancah nasional dan internasional.
I Dewa Gede Wicaksana Prabaswara atau Wicak adalah remaja dari Bali yang telah meraih prestasi sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Misalnya ketika duduk di SD Negeri 4 Padangkerta Bali, juara bidang olimpiade Matematika, Olimpiade IPA, Siswa Berprestasi, masatua (bercerita Bahasa Bali), dan gerak jalan berhasil ia rebut. Tak berhenti di situ, Wicak kecil tetap menorehkan prestasi hingga SMP seperti Olimpiade Bahasa Indonesia, story telling Bahasa Inggris, Speech Contest, cerdas cermat, menulis opini, menulis cerpen, senam, Palang Merah Remaja (PMR), hingga menjadi Duta Anak.
Wicak kemudian menemukan passion baru di bidang ilmiah. Di SMA-nya dulu yang bernama SMA Negeri Bali Mandara, setiap peserta didik diwajibkan untuk memiliki prestasi dan melakukan penelitian. “Dalam mengejar prestasi, saya memilih jenis prestasi yang terdengar ‘keren’ dan jarang saya dengar sebelumnya, maka jadilah saya mencoba kompetisi penelitian,” ujarnya, dikutip dari laman Puspresnas Kemendikbudristek, Sabtu (24/12/2022).
Jatuh hati dengan dunia penelitian membawanya menjadi Finalis di ajang internasional yaitu Intel-ISEF (International Science and Engineering Fair) 2018 di Pittsburgh, Pensylvania, Amerika Serikat dengan judul penelitian Alat Pendeteksi Sapi Birahi (APEKSI). Wicak dan rekan setimnya dipilih untuk mewakili Indonesia ke ajang tersebut setelah berhasil meraih emas dalam ajang Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) Kemendikbudristek pada 2017.
Tidak hanya di bidang penelitian, prestasi di berbagai bidang diraih wicak saat SMA adalah Medali Perak FIKSI (Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia) tahun 2018 tingkat Nasional bidang Pengembangan Aplikasi dan Permainan Digital, Penghargaan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI sebagai Penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) Berprestasi Tahun 2018, Peserta (Undangan Kemdikbud) Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) 2018 di Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Pegawai Kemendikbud, Finalis YRCC IX (Youth Red Cross Competition) UKM-KSR PMI unit Undiksha PMR Wira se-Bali tahun 2016 tingkat Provinsi Bali, dan lain sebagainya.
Prestasi-prestasi yang diraihnya membawa Wicak memperoleh Beasiswa Unggulan untuk pendidikan S1 di Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University. “Saat itu pertama kali saya bepergian sendiri di tanah rantau, dan merupakan tantangan besar bagi orang kampung dan ‘buta arah’ seperti saya. Tapi pada akhirnya semua terlewati dan saya dapat fokus kuliah,” tutur Wicak.
Semangat berprestasi terus dibawa Wicak hingga kuliah. Penelitian terus ditekuninya hingga Wicak berhasil lolos sebagai finalis Pimnas sebanyak 2 kali dan memperoleh pendanaan 3 kali berturut-turut di ajang Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Terdapat cerita menarik tersendiri dalam membulatkan tekad untuk mengikuti Pimnas. “Di masa awal kehidupan kampus, saya merasa bukan orang yang terlalu brilian dalam menangkap materi perkuliahan. Karena tidak bisa menjadi ‘si paling pintar’ di kelas, saya mencari hal lain yang dapat membuat diri saya dilihat orang, yakni mengikuti Pimnas,” ungkapnya.
Di setiap ajang Pimnas yang diikuti, ia tak pernah fokus untuk meraih medali, melainkan untuk meraih tujuan-tujuan kecil yang memiliki manfaat berkelanjutan. Di ajang Pimnas tahun 2020, Wicak mengikuti Pimnas karena ingin dapat lebih dekat dengan dosen dan merasakan atmosfer kompetisi di kampus. Wicak menjadi finalis Pimnas bidang Karsa Cipta (KC) tahun 2020 dengan judul penelitian “Sistem Pemantau Dini dan Penanganan Cepat Stres Panas pada Sapi”. Selain itu, ia juga memperoleh pendanaan PKM di bidang Riset Eksakta (RE) dengan judul penelitian “Cleanser Wajah dari Bonggol Pisang dan Biji Alpukat sebagai Anti Polusi Kebakaran Hutan”.
Kemudian, pada 2021, ia mengikuti PKM karena ingin memberikan program pengabdian kepada masyarakat, terjun langsung ke masyarakat dan melihat feedback positif dari warga desa atas program yang dijalankannya dan timnya. Di tahun ini, Wicak memperoleh pendanaan di bidang Pengabdian Kepada Masyarakat (PM) dengan judul “Pemberdayaan Masyarakat dalam Pemanfaatan Limbah Sarana Persembahyangan oleh Masyarakat Desa di Bali”.
I Dewa Gede Wicaksana Prabaswara atau Wicak adalah remaja dari Bali yang telah meraih prestasi sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Misalnya ketika duduk di SD Negeri 4 Padangkerta Bali, juara bidang olimpiade Matematika, Olimpiade IPA, Siswa Berprestasi, masatua (bercerita Bahasa Bali), dan gerak jalan berhasil ia rebut. Tak berhenti di situ, Wicak kecil tetap menorehkan prestasi hingga SMP seperti Olimpiade Bahasa Indonesia, story telling Bahasa Inggris, Speech Contest, cerdas cermat, menulis opini, menulis cerpen, senam, Palang Merah Remaja (PMR), hingga menjadi Duta Anak.
Wicak kemudian menemukan passion baru di bidang ilmiah. Di SMA-nya dulu yang bernama SMA Negeri Bali Mandara, setiap peserta didik diwajibkan untuk memiliki prestasi dan melakukan penelitian. “Dalam mengejar prestasi, saya memilih jenis prestasi yang terdengar ‘keren’ dan jarang saya dengar sebelumnya, maka jadilah saya mencoba kompetisi penelitian,” ujarnya, dikutip dari laman Puspresnas Kemendikbudristek, Sabtu (24/12/2022).
Jatuh hati dengan dunia penelitian membawanya menjadi Finalis di ajang internasional yaitu Intel-ISEF (International Science and Engineering Fair) 2018 di Pittsburgh, Pensylvania, Amerika Serikat dengan judul penelitian Alat Pendeteksi Sapi Birahi (APEKSI). Wicak dan rekan setimnya dipilih untuk mewakili Indonesia ke ajang tersebut setelah berhasil meraih emas dalam ajang Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) Kemendikbudristek pada 2017.
Tidak hanya di bidang penelitian, prestasi di berbagai bidang diraih wicak saat SMA adalah Medali Perak FIKSI (Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia) tahun 2018 tingkat Nasional bidang Pengembangan Aplikasi dan Permainan Digital, Penghargaan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI sebagai Penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) Berprestasi Tahun 2018, Peserta (Undangan Kemdikbud) Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) 2018 di Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Pegawai Kemendikbud, Finalis YRCC IX (Youth Red Cross Competition) UKM-KSR PMI unit Undiksha PMR Wira se-Bali tahun 2016 tingkat Provinsi Bali, dan lain sebagainya.
Prestasi-prestasi yang diraihnya membawa Wicak memperoleh Beasiswa Unggulan untuk pendidikan S1 di Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University. “Saat itu pertama kali saya bepergian sendiri di tanah rantau, dan merupakan tantangan besar bagi orang kampung dan ‘buta arah’ seperti saya. Tapi pada akhirnya semua terlewati dan saya dapat fokus kuliah,” tutur Wicak.
Semangat berprestasi terus dibawa Wicak hingga kuliah. Penelitian terus ditekuninya hingga Wicak berhasil lolos sebagai finalis Pimnas sebanyak 2 kali dan memperoleh pendanaan 3 kali berturut-turut di ajang Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Terdapat cerita menarik tersendiri dalam membulatkan tekad untuk mengikuti Pimnas. “Di masa awal kehidupan kampus, saya merasa bukan orang yang terlalu brilian dalam menangkap materi perkuliahan. Karena tidak bisa menjadi ‘si paling pintar’ di kelas, saya mencari hal lain yang dapat membuat diri saya dilihat orang, yakni mengikuti Pimnas,” ungkapnya.
Di setiap ajang Pimnas yang diikuti, ia tak pernah fokus untuk meraih medali, melainkan untuk meraih tujuan-tujuan kecil yang memiliki manfaat berkelanjutan. Di ajang Pimnas tahun 2020, Wicak mengikuti Pimnas karena ingin dapat lebih dekat dengan dosen dan merasakan atmosfer kompetisi di kampus. Wicak menjadi finalis Pimnas bidang Karsa Cipta (KC) tahun 2020 dengan judul penelitian “Sistem Pemantau Dini dan Penanganan Cepat Stres Panas pada Sapi”. Selain itu, ia juga memperoleh pendanaan PKM di bidang Riset Eksakta (RE) dengan judul penelitian “Cleanser Wajah dari Bonggol Pisang dan Biji Alpukat sebagai Anti Polusi Kebakaran Hutan”.
Kemudian, pada 2021, ia mengikuti PKM karena ingin memberikan program pengabdian kepada masyarakat, terjun langsung ke masyarakat dan melihat feedback positif dari warga desa atas program yang dijalankannya dan timnya. Di tahun ini, Wicak memperoleh pendanaan di bidang Pengabdian Kepada Masyarakat (PM) dengan judul “Pemberdayaan Masyarakat dalam Pemanfaatan Limbah Sarana Persembahyangan oleh Masyarakat Desa di Bali”.
tulis komentar anda