Unpad Tambah 11 Guru Besar Baru, Berikut Profil Singkatnya

Rabu, 25 Januari 2023 - 15:32 WIB
loading...
Unpad Tambah 11 Guru Besar Baru, Berikut Profil Singkatnya
Rektor Unpad Prof. Rina Indiastuti menyerahkan Surat Keputusan Mendikbudristek tentang Kenaikan Jabatan Akademik/Fungsional Dosen kepada 11 Guru Besar Baru Unpad. Foto/Laman Unpad.
A A A
JAKARTA - Rektor Unpad Prof. Rina Indiastuti menyerahkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI tentang Kenaikan Jabatan Akademik/Fungsional Dosen kepada 11 Guru Besar Baru Unpad di Executive Lounge, Gedung Rektorat Unpad, Jatinangor, Selasa (24/1/2023).

Surat Keputusan tersebut diserahkan kepada Prof. Dr. Med.Sc. Melisa Intan Berliana, S.Si., Apt., dari Fakultas Farmasi, Prof. Dr. Dra. Hj. Ninis Agustini Damayanti, M.Lib., dari Fakultas Ilmu Komunikasi, Prof. Dr. Nia Kurniati, S.H., M.Hum., dari Fakultas Hukum, Prof. Dr. Ir. Sumanti Debby Moody, M.S., dari Fakultas Teknologi Industri Pertanian,

Lalu Prof. Dr. Ir. Danar Dono, M.Si., dari Fakultas Pertanian, dan Prof. Dr. Ir. Abun, M.P., dari Fakultas Peternakan. Selanjutnya, Prof. Ida Widianingsih, S.I.P., M.A., PhD., dan Prof. Dr. Dra. R. Nunung Nurwati, M.S. dari FISIP, Prof. Dr. Ir. Rita Rostika, M.P., dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Prof. Dr. Didin Muhafidin, S.I.P, M.Si., dari FISIP, dan Prof. Dr. drg. Irna Sufiawati, Sp.PM. dari Fakultas Kedokteran Gigi.

Baca juga: 906 Mahasiswa Pascasarjana UGM Diwisuda, Ini Daftar Wisudawan Terbaiknya

Pada kesempatan tersebut, Rektor menyampaikan pentingnya peranan guru besar terhadap penguatan reputasi akademik Unpad. Guru besar merupakan seorang intelektual yang mampu mengembangkan otonomi keilmuannya. Upaya ini tidak dilakukan sendirian, melainkan bersama-sama. “Pentingnya peranan guru besar di dalam penguatan reputasi akademik Unpad itu adalah tidak bisa ditawar lagi,” katanya, dikutip dari laman Unpad, Rabu (25/1/2023).

Tantangan yang dihadapi saat ini pun semakin kompleks. Berbagai perubahan pasca pandemi telah terjadi, termasuk perubahan sikap dan perilaku sivitas akademika. Rektor berharap, Guru Besar dapat berperan dalam menghadapi situasi tersebut dengan menyatukan kekuatan tim secara kolektif, efisien, dan efektif.

Rektor juga berharap para Guru Besar bukan hanya meningkatkan produktivitas untuk diri sendiri, melainkan juga unit, departemen, fakultas, dan universitas menuju tataran dunia. “Silakan mengisi bagian untuk mewujudkan Unpad top 500 dunia,” jelasnya.

Prof. Melisa Intan Berliana diangkat sebagai Guru Besar bidang ilmu Biologi Farmasi, Prof. Ninis Agustini Damayanti pada bidang ilmu Komunikasi, Prof. Nia Kurniati pada bidang ilmu Hukum, Prof. Sumanti Debby Moody pada bidang ilmu Mikrobiologi Pangan, Prof. Danar Dono pada bidang ilmu Hama Tanaman, Prof. Abun pada bidang ilmu Nutrisi Unggas dan Teknologi Pakan, dan Prof. Ida Widianingsih pada bidang ilmu Administrasi Pembangunan Internasional.

Selanjutnya, Prof. R. Nunung Nurwati pada bidang ilmu Kesejahteraan Keluarga dan Anak, Prof. Rita Rostika pada bidang ilmu Akuakultur, Prof. Irna Sufiawati pada bidang Ilmu Penyakit Mulut, dan Prof. Didin Muhafidin pada bidang ilmu Kebijakan Publik.

Berikut ini profil singkat 11 guru besar baru Unpad.

Baca juga: Daftar 3 Program Beasiswa LPDP yang Dibuka pada 2023

1. Prof Melisa Intan Barliana

Prof. Melisa diangkat sebagai Guru Besar bidang Biologi Farmasi pada Fakultas Farmasi. Keilmuan yang digelutinya yaitu di bidang pharmacogenetic dan pharmacogenomic. Risetnya beberapa tahun terakhir berfokus mengobservasi respons pasien terhadap sebuah terapi, diantaranya untuk pasien tuberkulosis dan lupus.

Tujuannya untuk memaksimalkan terapi yang diberikan, sepeerti efek samping yang berkurang “Ini berbasis kepada genetik,” jelas Prof. Melisa. Ke depannya, ia dan tim akan menciptakan terapi yang personalize berdasarkan variasi genetik pasien. Risetnya sudah menggandeng FK Unpad sebagai mitra. Ke depannya, ia berharap dapat bekerja sama dengan lebih banyak fakultas.

2. Prof. Ninis Agustini Damayani

Prof. Ninis diangkat sebagai Guru Besar bidang ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Komunikasi. Selama lebih dari lima tahun, Prof. Ninis menggeluti riset yang berfokus pada preservasi, literasi, dan komunikasi. Ia menyakini pentingnya melestarikan informasi untuk generasi selanjutnya.

“Sehingga mereka bisa memanfaatkan, bisa memodifikasi, dan mengembangkannya menjadi pengetahuan yang baru,” ujar Prof. Ninis. Salah satu risetnya adalah mengenai literasi bencana di Pangandaran yang turut melibatkan pengetahuan masyarakat lokal tentang mitigasi bencana, termasuk bagaimana pelestarian lingkungan.

3. Prof. Nia Kurniati

Prof. Nia diangkat sebagai Guru Besar bidang ilmu Hukum pada Fakultas Hukum. Kepakarannya berfokus pada aspek pertanahan, khususnya mengenai penyelesaian sengketa tanah di luar pengadilan. Menurutnya, tanah dengan peranannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Mengingat ketersediaan tanah yang terbatas, maka dibutuhkan pengaturan oleh hukum agar tercipta ketertiban dan kepastian hukum. Prof. Nia pun berupaya menggabungkan mekanisme Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa untuk menciptakan mekanisme penyelesaian sengketa yang berkekuatan hukum tetap, mempunyai kepastian hukum, dan berkeadilan.

4. Prof. Sumanti Debby Moody

Prof. Sumanti diangkat sebagai Guru Besar bidang Mikrobiologi Pangan pada Fakultas Teknologi Industri Pertanian. Bidang ini telah ia tekuni sejak 15 tahun lalu. Dalam risetnya, Prof. Sumanti mengembangkan aneka produk pangan dari tepung komposit berbasis komoditas pangan lokal.

Baca juga: Dekan FEB UI Jelaskan Bagaimana Cukai Rokok Bisa Cegah Stunting dan Tingkatkan Pendidikan Anak

Hal ini dilakukannya sebagai wujud dukungan program ketahanan pangan yang digaungkan pemerintah. Salah satu produknya adalah biskuit dengan kandungan antioksidan yang dapat meningkatkan imun tubuh.

Selain itu, formulasinya dengan bakteri probiotik dapat pula menghasilkan produk simbiotik yang mampu menurunkan gula darah dan kolestrol hingga 40 persen. Saat ini dan ke depannya, Prof. Sumanti berupaya mengembangkan produk-produk pangan untuk mencegah stunting di Indonesia, khususnya di Jawa Barat.

5. Prof. Danar Dono

Prof. Danar diangkat sebagai Guru Besar bidang ilmu Hama Tanaman pada Fakultas Pertanian. Di bidangnya, ia bekerja mengembangkan insektisida nabati yang saat ini trennya mengarah ke produk yang lebih sehat dengan menghindari bahan-bahan sintetik.

Sejauh ini, Prof. Danar sudah mengajukan empat usulan Haki untuk formula yang ia kembangkan bersama pihak industri dan fakultas lain di Unpad. Ke depannya, Prof. Danar berharap dapat terus berinovasi menghadirkan produk-produk tani yang bermanfaat bagi masyarakat. Prof. Abun

6. Prof Abun

Prof. Abun diangkat sebagai Guru Besar bidang ilmu Nutrisi Unggas dan Teknologi Pakan pada Fakultas Peternakan. Dalam penelitiannya, Prof. Abun berupaya meningkatkan performa pakan untuk ternak unggas. “Fokus riset saya adalah berkenaan dengan feed additive dan feed suplement untuk pakan unggas khususnya unggas lokal,” ungkapnya.

Ia mengungkapkan, saat ini pakan ternak lebih banyak hasil impor. Untuk itu tantangannya bagaimana menciptakan bahan pakan yang terjaga kuantitas dan kualitasnya. Salah satu solusinya, adalah pemanfaatan limbah yang dapat diolah menjadi feed additive dan feed supplement bagi hewan ternak.

Selain itu, Prof. Abun juga meneliti rekayasa antibiotic growth promoter dengan menggunakan bahan alami sehingga tidak berbahaya bagi hewan dan konsumsi manusia. Prof. Ida Widianingsih

7. Prof. Ida Widianingsih

Prof. Ida diangkat sebagai Guru Besar bidang ilmu Administrasi Pembangunan Internasional pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Sejumlah riset yang dilakukan Prof. Ida banyak terkait mengenai isu-isu pembangunan di perkotaan dan perdesaan.

Saat ini roadmap penelitiannya adalah mengenai inklusivitas untuk pembangunan berkelanjutan berkolaborasi dengan berbagai mitra internasional. “Riset-riset yang dilakukan itu fokus kepada isu pembangunan. Bagaimana caranya pembangunan itu bisa didesain untuk lebih inklusif melibatkan kelompok-kelompok marginal dan tetap memperhatikan keberlanjutannya,” ungkap Prof. Ida. Prof. Ida pun berkolaborasi dengan berbagai bidang, mengingat penelitian mengenai inklusif tidak dapat bekerja sendiri di satu bidang.

8. Prof. Nunung Nurwati

Prof. Nunung diangkat sebagai Guru Besar bidang ilmu Kesejahteraan Keluarga dan Anak pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dalam kajiannya, Prof. Nunung fokus pada isu anak dan keluarga. Menurutnya, kehidupan anak sangat berharga dan sangat menentukan kehidupan kita di masa mendatang.

Dalam kenyataanya, ada banyak kondisi lingkungan yang tidak berpihak kepada anak sehingga anak menjadi tidak terpenuhi haknya. Hak yang tidak terpenuhi diantaranya adalah hak untuk bermain dan bersekolah. Fenomena yang ia soroti di antaranya adalah mengenai anak bekerja.

Menurutnya, penggulangan masalah tersebut memerlukan peran keluarganya. “Solusinya, keluarga harus memiliki ketahanan yang kuat,” kata Prof. Nunung. Selain itu,ketidakberdayaan anak untuk menolak sesuatu yang seharusnya tidak ia terima pun menjadi sorotan Prof. Nunung.

Ia juga berupaya mengefektifkan kontrol sosial untuk mengatasi masalah tersebut. Menurutnya, semua stakeholders harus berperan sesuai dengan fungsinya.

9. Prof Rita Rostika

Prof. Rita diangkat sebagai Guru Besar bidang ilmu Akuakultur pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Ia banyak mengkaji mengenai optimalisasi marikultur di Indonesia. Ia mengatakan bahwa budidaya perikanan laut atau disebut juga marikultur belum banyak diupayakan.

Padahal sumber daya alam utama yang sangat memadai, yakni garis pantai Indonesia no. 2 terpanjang di dunia dan ketersediaan ikan laut yang memadai sebagai benih. “Seharusnya kita bisa melakukan budidaya laut dengan lebih baik lagi,” ujar Prof. Rita.

Oleh karena itu, budidaya perikanan yang saat ini sedang ia geluti yakni komoditas finfish seperti kerapu cantang, bawal bintang, cobia, kakap putih, giant travelly atau kuwe dan dari golongan prawn yaitu lobster.

Prof. Rita pun menyebutkan bahwa marikultur merupakan raksasa yang masih tidur. Ia berharap, raksasa yang masih tidur ini segera bangun dan tumbuh untuk sebesar-besarnya kesejahteraan dan kemakmuran bangsa Indonesia.

10. Prof. Irna Sufiawati

Prof. Irna Sufiawati diangkat sebagai Guru Besar Bidang ilmu Penyakit Mulut pada Fakultas Kedokteran Gigi. Dikatakan Prof. Irna, ilmu penyakit mulut merupakan bidang ilmu yang menjadi perantara dan mampu mengintegrasikan antara ilmu kedokteran dengan kedokteran gigi.

“Fokus kepakaran keilmuan saya adalah penyakit infeksius dalam perspektif ilmu penyakit mulut, dengan tujuan untuk menyoroti masalah penyakit infeksius dan peran penting Ilmu Penyakit Mulut di masa depan layanan kesehatan, agar penyakit akibat infeksi mikroorganisme di rongga mulut menjadi lebih dikenal, dipahami dan diberi perhatian oleh masyarakat Indonesia dalam usaha penanggulangan penyakit ini secara nasional dan global,” ujar Prof. Irna.

Berbagai penelitian telah Prof. Irna lakukan dengan kolaborasi skala nasional dan internasional. Saat ini, ia dan tim dari Fakultas Kedokteran Gigi berkerja sama Fakultas Kedokteran, Fakultas Farmasi, dan Fakultas Psikologi meneliti dan mengembangkan efektifitas obat herbal untuk mengatasi infeksi mukosa mulut. Salah satu bahan yang digunakan adalah curcuma. Selain itu, ia dan tim juga mencoba mengembangkan media kultur untuk mikroba penyebab infeksi rongga mulut dari tanaman kentang granola Pangalengan.

11. Prof. Didin Muhafidin

Prof. Didin Muhafidin diangkat sebagai Guru Besar bidang ilmu Kebijakan Publik pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Berbagai penelitian telah ia lakukan mengenai kebijakan publik. Ia pun banyak diikutsertakan dalam penyusunan Undang-undang, salah satunya Undang-Undang Desa tahun 2006. Saat ini, Prof. Didin pun fokus dalam pendampingan pemerintah daerah untuk melakukan penyusunan sejumlah Peraturan Daerah.
(nnz)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3541 seconds (0.1#10.140)