Miris! Puluhan Siswa SD di Sikka NTT Nekat Terobos Sungai Banjir demi Sekolah
loading...
A
A
A
SIKKA - Siswa SD Inpres (SDI) Blawuk Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) setiap hari harus bertaruh nyawa menerjang derasnya arus banjir Sungai Nanga Gete demi bisa bersekolah.
Puluhan siswa yang tinggal di Dusun Wailoke, Desa Baokremot, dan Dusun Muding Kampung Wairbou, Desa Watuomok, Kecamatan Talibura, NTT, ini harus melawan derasnya arus Sungai Nganga Gete untuk bisa menjalankan kewajibannya sebagai pelajar.
Hal ini terpaksa dilakukan karena tidak ada jembatan yang bisa dilewati untuk sampai ke sekolah. Mereka harus menyeberangi sungai tanpa bantuan apa pun dan harus membuka seragam serta sepatunya agar tidak basah.
Saat tiba di tepi sungai, mereka akan mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian rumahan. Selanjutnya para siswa akan perlahan-lahan menyeberang derasnya arus sungai tersebut.
Selain itu, sebagian orang tua siswa pun terpaksa harus menggendong anak-anaknya untuk menyeberang melewati sungai.
"Setiap pagi harus berjalan kaki dari rumah dan menyeberangi kali. Kami tidak pakai sepatu dari rumah dan setelah menyeberangi kali, baru kami pakai sepatu. Kami harus pakai celana lain nanti baru seberang kali, ganti seragam sekolah agar bisa masuk sekolah," jelas Silvanus Kon, seorang siswa SDI Blawuk.
Ia berharap Pemerintah Kabupaten Sikkka segera membangun jembatan sehingga memudahkan ia dan teman-temannya pergi ke sekolah.
"Setiap hari kami pergi dan pulang sekolah menyeberang kali ini, sebenarnya takut, jika tiba-tiba banjir besar. Bahkan kalau sendiri nyeberang, kami tidak berani lewat," tambahnya.
Puluhan siswa yang tinggal di Dusun Wailoke, Desa Baokremot, dan Dusun Muding Kampung Wairbou, Desa Watuomok, Kecamatan Talibura, NTT, ini harus melawan derasnya arus Sungai Nganga Gete untuk bisa menjalankan kewajibannya sebagai pelajar.
Hal ini terpaksa dilakukan karena tidak ada jembatan yang bisa dilewati untuk sampai ke sekolah. Mereka harus menyeberangi sungai tanpa bantuan apa pun dan harus membuka seragam serta sepatunya agar tidak basah.
Saat tiba di tepi sungai, mereka akan mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian rumahan. Selanjutnya para siswa akan perlahan-lahan menyeberang derasnya arus sungai tersebut.
Selain itu, sebagian orang tua siswa pun terpaksa harus menggendong anak-anaknya untuk menyeberang melewati sungai.
"Setiap pagi harus berjalan kaki dari rumah dan menyeberangi kali. Kami tidak pakai sepatu dari rumah dan setelah menyeberangi kali, baru kami pakai sepatu. Kami harus pakai celana lain nanti baru seberang kali, ganti seragam sekolah agar bisa masuk sekolah," jelas Silvanus Kon, seorang siswa SDI Blawuk.
Ia berharap Pemerintah Kabupaten Sikkka segera membangun jembatan sehingga memudahkan ia dan teman-temannya pergi ke sekolah.
"Setiap hari kami pergi dan pulang sekolah menyeberang kali ini, sebenarnya takut, jika tiba-tiba banjir besar. Bahkan kalau sendiri nyeberang, kami tidak berani lewat," tambahnya.