Raih Gelar Doktor di Usia 26 Tahun dan IPK 3.93, Bagus Jadi Lulusan Termuda UNS
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dr. Muhammad Bagus Adi Wicaksono menjadi lulusan termuda program doktor di Universitas Sebelas Maret ( UNS ). Tidak hanya menjadi lulusan termuda namun dia meraih IPK 3.93 dan berhak menyandang status Cum Laude.
Bagus menjadi lulusan termuda program Doktor UNS saat dirinya kini berusia 26 tahun 7 bulan saat lulus. Lulusan termuda bukan pertama kalinya ia raih. Sebab ketika menyelesaikan studi Magister Hukum UNS, dia juga mendapat sebagai predikat serupa.
Bagus lulus dari program doktor dengan focus penelitian pada pemulihan lingkungan terhadap dampak pertambangan batu bara. Disertasi Bagus berjudul `Sistem Pengaturan Kewajiban Reklamasi Pascatambang terhadap Lubang Bekas Tambang (Void) Berbasis Keadilan Ekologis.
Baca juga: 4 Fakta Menarik STIN, Sekolah Kedinasan untuk Ahli Intelijen
“Di penelitian ini, saya mencoba untuk merumuskan bagaimana sistem pengaturan terhadap kewajiban reklamasi pascatambang yang berbasis keadilan ekologis,” katanya, dikutip dari laman UNS, Selasa (28/2/2023).
Dia mengaku bertanggung jawab dan berusaha keras dalam menyelesaikan studinya. Ia yakin tidak ada hal yang bersifat kebetulan dan semua sudah ditakdirkan sedemikian rupa termasuk ketika ia menempuh studi ilmu hukum.
Bagus saat ini juga merupakan dosen di Program Studi (Prodi) D-4 Studi Demografi dan Pencatatan Sipil Sekolah Vokasi (SV) UNS. Pasca kelulusannya, ia akan mengaplikasikan semua ilmu yang ia dapat dalam tri darma perguruan tinggi yang meliputi pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Baca juga: 4 PTN BH Raih Pendanaan untuk Hilirisasi Riset dan Teknologi
Ada momen menarik juga ketika Bagus mendapatkan momentum untuk wisuda bersama dengan sang Ibu. Dr. Novi Primadewi yang telah menyelesaikan Program Doktor Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran (FK) UNS. Uniknya, mereka berdua lulus dengan IPK serupa yakni 3.93. Kedua mendapatkan predikat cum laude atas pencapaian tersebut.
Bersama-sama dalam menyelesaikan studi, Bagus memandang ibunya sebagai sosok mahasiswa yang memiliki semangat juang tinggi. Ia bahkan mendapati ibundanya itu jarang tidur demi menyelesaikan studinya. Sebagai seorang anak yang berbakti, ia memberikan semangat dan dukungan hingga dapat lulus bersama di tahun ini.
“Dari awal masuk sampai dengan akhir beliau sangat berjuang dari menemui pembimbing atau promotor maupun co-promotornya sampai dengan ke tahap ujian terbuka,” pungkasnya.
Bagus menjadi lulusan termuda program Doktor UNS saat dirinya kini berusia 26 tahun 7 bulan saat lulus. Lulusan termuda bukan pertama kalinya ia raih. Sebab ketika menyelesaikan studi Magister Hukum UNS, dia juga mendapat sebagai predikat serupa.
Bagus lulus dari program doktor dengan focus penelitian pada pemulihan lingkungan terhadap dampak pertambangan batu bara. Disertasi Bagus berjudul `Sistem Pengaturan Kewajiban Reklamasi Pascatambang terhadap Lubang Bekas Tambang (Void) Berbasis Keadilan Ekologis.
Baca juga: 4 Fakta Menarik STIN, Sekolah Kedinasan untuk Ahli Intelijen
“Di penelitian ini, saya mencoba untuk merumuskan bagaimana sistem pengaturan terhadap kewajiban reklamasi pascatambang yang berbasis keadilan ekologis,” katanya, dikutip dari laman UNS, Selasa (28/2/2023).
Dia mengaku bertanggung jawab dan berusaha keras dalam menyelesaikan studinya. Ia yakin tidak ada hal yang bersifat kebetulan dan semua sudah ditakdirkan sedemikian rupa termasuk ketika ia menempuh studi ilmu hukum.
Bagus saat ini juga merupakan dosen di Program Studi (Prodi) D-4 Studi Demografi dan Pencatatan Sipil Sekolah Vokasi (SV) UNS. Pasca kelulusannya, ia akan mengaplikasikan semua ilmu yang ia dapat dalam tri darma perguruan tinggi yang meliputi pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Baca juga: 4 PTN BH Raih Pendanaan untuk Hilirisasi Riset dan Teknologi
Ada momen menarik juga ketika Bagus mendapatkan momentum untuk wisuda bersama dengan sang Ibu. Dr. Novi Primadewi yang telah menyelesaikan Program Doktor Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran (FK) UNS. Uniknya, mereka berdua lulus dengan IPK serupa yakni 3.93. Kedua mendapatkan predikat cum laude atas pencapaian tersebut.
Bersama-sama dalam menyelesaikan studi, Bagus memandang ibunya sebagai sosok mahasiswa yang memiliki semangat juang tinggi. Ia bahkan mendapati ibundanya itu jarang tidur demi menyelesaikan studinya. Sebagai seorang anak yang berbakti, ia memberikan semangat dan dukungan hingga dapat lulus bersama di tahun ini.
“Dari awal masuk sampai dengan akhir beliau sangat berjuang dari menemui pembimbing atau promotor maupun co-promotornya sampai dengan ke tahap ujian terbuka,” pungkasnya.
(nnz)