Ratusan Guru dan Dosen Ikuti Seminar KGSB Soal Pengajaran Inklusi bagi Siswa ABK

Sabtu, 04 Maret 2023 - 23:07 WIB
loading...
Ratusan Guru dan Dosen...
Founder RGBK dan Widyaiswara Balai Besar Guru Penggerak Jawa Barat Kemendikbudristek, Ana Susanti saat memberikan materi di Webinar KGSB, Sabtu (4/3/2023). Foto/Dok/KGSB
A A A
JAKARTA - Menurut data statistik yang dipublikasikan Kemenko PMK pada Juni 2022, angka kisaran disabilitas anak usia 5-19 tahun adalah 3,3 persen. Sedangkan jumlah penduduk pada usia tersebut (2021) adalah 66,6 juta jiwa.

Dengan demikian, jumlah anak usia 5-19 tahun penyandang disabilitas berkisar 2.197.833 jiwa. Kemudian, data Kemendikburistek per Agustus 2021 menunjukkan jumlah peserta didik pada jalur Sekolah Luar Biasa (SLB) dan inklusif adalah 269.398 anak.

Baca juga: Mulai Maret, 59.852 Santri Pesantren Salafiyah Ikuti Ujian Pendidikan Kesetaraan

Dengan data tersebut, presentase anak penyandang disabilitas yang menempuh pendidikan formal baru sejumlah 12.26 persen. Artinya masih sangat sedikit dari anak penyandang disabilitas atau anak berkebutuhan khusus (ABK) di Indonesia yang seharusnya mendapatkan akses pendidikan inklusif, padahal dari tahun ke tahun jumlahnya terus meningkat.

ABK juga memiliki hak layanan pendidikan yang sama seperti anak pada umumnya. Dalam pendidikan inklusi terdapat berbagai tantangan yang menjadi hambatan dalam pelaksanaannya. Salah satunya adalah kurangnya keterampilan dan pemahaman para tenaga pendidik dalam menangani ABK, sedangkan guru atau tenaga pendidik merupakan elemen penting dalam pendidikan.

Demikian halnya dengan peran orang tua, keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak adalah faktor pendorong dan penentu dalam pengembangan pendidikan inklusi. Mulai dari pengambilan keputusan mengenai penempatan sekolah, hingga kolaborasi antara pihak sekolah dan orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus.

Baca juga: Gadis Asal Papua Ini Berhasil Jadi Dokter dengan Beasiswa ADik, Apa Kunci Suksesnya?

Berlandaskan hal tersebut, Komunitas Guru Satkaara Berbagi (KGSB) dan RGBK mengadakan Webinar “Konseling Bagi Keluarga dan Anak Berkebutuhan Khusus”, Sabtu (4/3/2023).

Webinar menghadirkan pemateri Dosen Departemen Psikologi Universitas Brawijaya, Unita Werdi Rahajeng, S.Psi., M.Psi. Psikolog dan Founder Rumah Guru BK dan Widyaiswara Balai Besar Guru Penggerak Provinsi Jawa Barat Kemendikbudristek, Ana Susanti, M.Pd. CEP, CHt.

Kegiatan webinar ini diikuti oleh ratusan pengajar dari tingkat PAUD hingga Perguruan Tinggi di Indonesia dan Timor Leste serta orang tua murid yang memiliki ABK. Salah satu pembahasan utama mengenai “Menemukenali Siswa Anak Berkebutuhan Khusus dan Praktik Baik Pengajaran Inklusi.”

Founder KGSB, Ruth Andriani mengatakan KGSB berupaya memfasilitasi para tenaga pendidik dan orang tua dalam meningkatkan pemahaman terkait ABK. Peran orang tua yang positif berpengaruh terhadap penyelenggaraan sekolah inklusi.

Selain anak berkebutuhan khusus, keluarga dari anak berkebutuhan khusus juga membutuhkan pendampingan konseling yang tepat agar dapat mendukung anaknya secara maksimal”

“Semoga webinar ini bisa menginspirasi para tenaga pendidik dan orang tua agar mampu menerapkan pengajaran inklusi untuk anak didik dengan metode yang tepat. Karena layanan bimbingan konseling bagi ABK bertujuan agar anak dapat mencapai penyesuaian dan perkembangan yang optimal sesuai dengan kemampuannya, bakat, dan nilai-nilai yang dimilikinya. Mengingat setiap anak memiliki kelebihan dan keunikan tersendiri,” ujar Ruth.

Founder Rumah Guru BK, Ana Susanti M.Pd. CEP, CHt dalam paparannya menjelaskan bahwa layanan pendidikan inklusif menjadi paradigma baru yang menuntut sistem di sekolah harus menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan belajar peserta didik. Namun salah satu yang menjadi kendala sekolah reguler yang baru menyelenggarakan pendidikan inklusif adalah mengidentifikasi atau menemukenali ABK yang terdapat di sekolah mereka.

Menemukenali ABK menjadi sebuah cara untuk mengetahui kondisi kelainan atau penyimpangan seorang anak seperti kelainan fisik, intelektual, sosial, emosional dan atau sensoris neurologis dengan membandingkan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak yang seusianya.

Hal ini bisa dimulai dari mengenali secara sederhana perbedaan tumbuh kembang ABK dengan anak yang seusianya semisal balita tanpa merangkak, kontrol emosi yang buruk sering tantrum serta hambatan dalam mengenali huruf, benda dan angka.

Setelah ABK dikenali melalui cara sederhana bisa dilanjutkan dengan asesmen yang dilakukan oleh tenaga profesional seperti dokter, psikolog, neurolog, orthopedagog, terapis dan lainnya. Salah satu asesmen yang dapat diterapkan adalah asesmen yang menggali potensi ABK.

“Dari hasil menemukenali ABK tadi kita dapat membuat data untuk menghimpun informasi penting. Hal ini sangat dibutuhkan untuk dapat mengenali potensi dari masing-masing ABK, sehingga kita dapat menentukan metode pengajaran yang tepat. Tidak hanya guru, saya juga berharap kita bisa menjadi orang tua berdaya yang menyadari kondisi anak kita tanpa harus malu akan kondisinya. Karena sejatinya setiap anak istimewa,” terang Ana.

Tantangan yang kerap dihadapi oleh ABK dan keluarganya adalah sering terjadi pandangan yang keliru tentang ABK dan mitos-mitos yang melingkupi ABK. Hal ini terjadi karena kurangnya literasi dan kesadaran masyarakat mengenai disabilitas. Kondisi ini diperburuk dengan perlakuan diskriminasi terhadap ABK dengan tidak menyediakan kesempatan yang layak dan perlakuan adil.

Menurut Dosen Departemen Psikologi Universitas Brawijaya, Unita Werdi Rahajeng, S.Psi., M.Psi. Psikolog, kebutuhan ABK dapat terpenuhi bila didukung dengan aksesibiltas dan akomodasi. Aksesibiltas agar mereka mendapatkan kesempatan dan dukungan mendapatkan hak yang setara dengan warga negara lainnya, misalnya Universal Design Learning (UDL).

Akomodasi bagi ABK agar bisa menikmati kesempatan yang setara walaupun dengan cara yang berbeda, misalnya harus ada penjelasan dalam bahasa isyarat agar Tuli dapat memahami materi yang disampaikan di sekolah.

“Sekolah dapat menjadi partner keluarga dalam pengasuhan ABK, mengadvokasi haknya dan menjadikan ABK serta keluarganya untuk berdaya. Perlunya kolaborasi dari semua pihak untuk bersama-sama dapat memberikan layanan pendidikan yang sama bagi ABK," kata Unita Werdi.

"Kiranya guru dapat menjadi pelopor untuk menginisiasi pembentukan Unit Layanan Disabilitas di masing-masing sekolah,” tambah Unita saat menyampaikan paparan di webinar Konseling Bagi Keluarga dan ABK.

Aulianti, guru dari SMAN 76 Jakarta yang menjadi salah satu peserta Webinar KGSB Konseling Bagi Keluarga dan Anak Berkebutuhan Khusus menyampaikan

“Saya bersyukur dapat mengikuti kegiatan yang bermanfaat sekali dalam memahami anak-anak spesial. Mengingat semua sekolah wajib memberikan hak layanan pendidikan yang sama bagi ABK, sedangkan kami sebagai tenaga pengajar masih belum memahami secara tepat penanganan ABK," terangnya.

"Sebagai Guru BK untuk ABK, saya akan membuat dan mempraktekan program Layanan Khusus bergandengan tangan dengan orangtua untuk mencapai kesuksesan menemukan potensi diri anak-anak,“ pungkas Aulianti.
(mpw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Dulu Ditahan karena...
Dulu Ditahan karena Tuduhan Aniaya Murid, Kini Guru Supriyani Resmi Jadi PPPK
Unesa Buka Pendaftaran...
Unesa Buka Pendaftaran Seleksi Mandiri 2025, Jalur Prestasi dan Disabilitas!
Syarat dan Cara Daftar...
Syarat dan Cara Daftar PPG Dalam Jabatan Guru Madrasah 2025, Sudah Dibuka!
7 Cara Mudah Lapor Diri...
7 Cara Mudah Lapor Diri PPG Guru Tertentu 2025, Cek Berkas yang Harus Diupload
PPG bagi Guru Tertentu...
PPG bagi Guru Tertentu 2025 Dibuka, Ini Jadwal dan Kriteria Pesertanya
Momen Haru Guru Bimbel...
Momen Haru Guru Bimbel di Depok Raih Hadiah Utama Mobil dari Produsen Keju Ternama
Hasil Riset P3M: Masjid...
Hasil Riset P3M: Masjid Instansi Pemerintah Belum Ramah Disabilitas
Dukung Gizi Anak, Pengusaha...
Dukung Gizi Anak, Pengusaha Muda Bagikan Susu ke Disabilitas
Gaji PPPK Lulusan SMA...
Gaji PPPK Lulusan SMA 2025, Cek Besaran dan Tunjangannya
Rekomendasi
Saul Canelo Alvarez...
Saul Canelo Alvarez vs Terence Crawford: Bud Jenius, Menyulitkan di Kelas 76,2 Kg
Ketua PC PMII Ciputat...
Ketua PC PMII Ciputat Fauzan Bahasuan Masa Bakti 2025–2026 Resmi Dilantik
Sinopsis Layar Drama...
Sinopsis Layar Drama Indonesia Mencintaimu Sekali Lagi Eps 152: Terungkapnya Aditya sebagai Pembeli Rumah Kecil Lingga
6 Pelaku Kasus Grup...
6 Pelaku Kasus Grup Fantasi Sedarah Ditangkap, Ini Perannya
India Kerahkan Tank...
India Kerahkan Tank Tempur T-72 Rusia untuk Melawan Pakistan
Mendiktisaintek Diminta...
Mendiktisaintek Diminta Beri Perhatian Khusus Pemilihan Rektor UHO Kendari
Berita Terkini
Pengumuman SNBT 2025...
Pengumuman SNBT 2025 Resmi Dirilis 28 Mei Pukul 15.00 WIB, Cek Hasil di 41 Link Ini
Transformasi Pendidikan...
Transformasi Pendidikan Berbasis STEM Jadi Kunci Terwujudnya Generasi Unggul untuk Indonesia Emas
SPMB Jateng 2025, 56...
SPMB Jateng 2025, 56 SMA Swasta Ini Gratis Biaya Sekolah sampai Lulus
5 Sekolah Kedinasan...
5 Sekolah Kedinasan Terbaik di Surabaya, Mau Jadi Perwira atau CPNS?
Riwayat Pendidikan Ibrahim...
Riwayat Pendidikan Ibrahim Sjarief Assegaf, Suami Najwa Shihab yang Meninggal Dunia Hari Ini
5 Sekolah Kedinasan...
5 Sekolah Kedinasan Gratis Langsung Kerja setelah Lulus, Mana Saja Itu?
Infografis
Mahasiswi ITB Ditangkap...
Mahasiswi ITB Ditangkap Gara-gara Meme Prabowo dan Jokowi
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved