PPM School of Management Gelar Seminar dan Workshop DEI Road Show bagi Siswa SMA

Selasa, 14 Maret 2023 - 09:55 WIB
loading...
PPM School of Management...
PPM School of Management (PPM SoM) menggelar seminar dan workshop DEI Road Show: Creating Inclusive Agents from School bagi siswa SMA. Foto/Dok/PPM SoM
A A A
JAKARTA - PPM School of Management ( PPM SoM ) menggelar seminar dan workshop Diversity, Equality dan Inklusi (DEI) Road Show: Creating Inclusive Agents from School di Kampus PPM SoM di Menteng, Jakarta Pusat, Senin (13/3/2023).

DEI Road Show menghadirkan pembicara: Co-founder @feministhemis, Nissi Taruli F Naibaho; Director of Youth Development MyBlockMyHoodMyCity Chicago, Amerika Serikat (AS), Nathaniel Viets-VanLear; Vas Dean of Academic Affair PPM SoM Dr Eva Hotnaidah Saragih; dan Teacher, Coordinator for Diversity at Canisius College.



Diversity, Equality and Inklusi (DEI) merupakan konsep keanekaragaman, kesetaraan dan inklusi dalam ilmu pengetahuan yang diartikan untuk menggambarkan program dan kebijakan demi mendorong keterwakilan dan partisipasi berbagai kelompok orang.

Termasuk orang-orang dari berbagai jenis kelamin, ras dan etnis, kemampuan dan kecacatan, agama, budaya, usia, dan seksualitas, PPM School of Management (SoM), berbagi pengetahuan kepada generasi penerus dalam gelaran Program DEI Roadshow 2023 yang dikelola oleh kelompok mahasiswa dan dosen dari PPM SoM.

Social Entrepreneurship Lecturer from PPM School of Management Anggun Pesona Intan, menjelaskan, seminar dan workshop yang digelar PPM SoM ini diperuntukan bagi anak-anak usia sekolah SMA di Jakarta yang bertujuan untuk memberikan awareness yang sama kepada anak-anak muda yaitu anak-anak SMA.



“Ternyata terlihat di seminar, mereka (siswa SMA) bahkan belum pernah terpapar sama isu ini. Sementara dari kacamata kami isu ini sudah urgent banget. Semua orang itu harus tahu terkait DEI, karena apa? supaya kita di Indonesia bisa hidup berdampingan lebih inklusif. Iu DEI ini jika kita lihat lebih banyak dibicarakan di level atas, di wordplace, di kantor atau di lingkungan yang lebih komunitas tapi kalau di anak SMA ternyata mereka belum,” kata Anggun, dalam keterangan pers, Selasa (14/3/2023).

Menurut Anggun, untuk tingkat SMA ternyata mungkin isu ini belum banyak terpapar. Dia juga menggaris bawahi, untuk beberapa sekolah yang biasanya seragam atau lebih homogeny. Sehingga isu DEI belum terlalu banyak terpapar, atau terbiasa di lingkungan yang sangat beragam yang bukan cuma ngomongin agama yang berbeda, tetapi juga suku.

“Acara ini juga berbicara soal latar belakang sosial ekonomi sampai ke disabilitas. Jadi tujuannya acara ini adalah itu jadi seminar dan kemudian workshop. Seminar tujuannya untuk lebih boosting awareness sama pembicara-pembicara yang kompeten,” kata dia.

Anggun mengatakan, di tanah air walaupun ada mata pelajaran yang serupa dengan hal DEI, dia menilai masih sebatas dalam textbook.

“Jadi penerapannya juga mungkin teman-teman yang di SMA masih bingung, karena sekitaran mereka juga homogeny. Jadi gimana cara mereka menerapkan. Jadi seharusnya itu bisa apa bisa lebih di ejawantahkan ke dalam program-program lebih spesifik gimana Mereka bisa eksperias langsung,” kata dia.

Anggun mengungkapkan, di isu DEI sejatinya telah diterapkan dalam lingkungan PPM SoM. PPM sendiri menurutnya sudah menerapkan bukan hanya dalam bentuk seminar saja, tetapi dalam hal merekrut mahasiswa pihaknya membuat program-program untuk mahasiswa, memberikan beasiswa untuk mahasiswa dan itu selalu menggunakan prinsip DEI.

“Jadi yang paling bisa membawa banyak warna buat PPM. Jadi sebenarnya untuk di DEI, PPM sudah melakukan itu. Nah untuk ke depannya seminar-seminar ini sebenarnya hanya satu rangkaian seminar, karena sisanya itu semua sudah include di kurikulum kami melalui berbagai macam program,” kata dia.

Anggun menjelaskan, bagaimana keadaaan seseorang akan berbeda-beda dalam kesempatan hidupnya. Tidak semuanya punya porsi sebagai seorang aktivis, terutama di bagian bidang DEI. Karena untuk beberapa hal di Indonesia isu DEI yang lumayan sensitive.

“Mungkin tidak semua orang bisa berani mengambil risiko. Tetapi at least yang bisa dilakukan semua orang, semua kalangan adalah mempelajari lebih banyak dan membuat kita semua familiar sama hal tertentu," jelas Anggun.

Misalnya bukan hanya konteksnya beragama dan berbudaya, tetapi juga dengan teman-teman disabilitas. "Kita harus mulai banyak diskusi dan dialog kepada banyak orang yang bukan hanya anggota kelompok kita, tetapi juga orang-orang yang berbeda sama kita,” tambahnya.

“Jadi itu tidak cuma di atas kertas saja. Tetapi memang benar-benar kita sudah praktekan. Yang kedua, kalau misalnya kita tidak bisa menjadi seorang aktivis, tapi at least kita bisa training awareness dengan sosial media yang kita punya, itu kayaknya yang kita bisa lakukan,” pungkas Anggun.
(mpw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2295 seconds (0.1#10.140)