Mengenal Clareta Milena, Mahasiswa Peraih IPK Tertinggi pada Wisuda April ITB 2023
loading...
A
A
A
JAKARTA - Clareta Milena, mahasiswa jurusan Program Studi Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB dinobatkan sebagai mahasiswa dengan IPK tertinggi pada Wisuda Kedua ITB Tahun Akademik 2022/2023, Sabtu (8/4/2023). Clareta berhasil lulus dari ITB dengan predikat cumlaude dan memperoleh IPK 3,97 dari 4,00 dalam waktu 4,5 tahun perkuliahan.
Mahasiswa yang hobi menggambar ini, telah tertarik dengan dunia batik sejak duduk di bangku SMP. Hal tersebutlah yang membawanya berkuliah di jurusan Kriya ITB. Menurutnya, batik merupakan kekayaan Indonesia yang patut untuk dilestarikan namun hanya sebagian kecil anak muda yang tertarik mempelajarinya. Setelah menjadi Mahasiswa ITB, Clareta mulai kenal dan menjadi suka dengan sustainable fashion seperti bioplastik dan serat alam.
“Selain itu, aku juga tertarik dengan konservasi dan restorasi tekstil karena aku lihat banyak tekstil tradisional yang teknik pembuatannya sangat rumit dan delicate, dan kita bisa belajar banyak dari tekstil-tekstil tersebut namun belum digali informasi lebih jauh,” ujarnya dalam keterangan pers, Senin (17/4/2023).
Ketika ditanya terkait cara konsisten belajar hingga memperoleh IPK tinggi, Clareta membagikan beberapa tips yang ia lakukan selama menjadi mahasiswa di ITB. Pertama, senangi ilmunya. Menurut Clareta, ketika menyukai suatu ilmu, kita akan enjoy dalam proses belajar. Apabila sudah enjoy belajar, beban belajar akan hilang dan akan berganti menjadi rasa ingin tahu.
Selain menyenangi ilmunya, mencatat materi kuliah dan penjelasan dosen juga merupakan metode belajar yang diterapkan Clareta. Menurutnya metode belajar dengan mencatat merupakan cara belajar paling efektif dan mampu membantu kita saat ujian tiba. Tips berikutnya adalah disiplin.
Clareta mengaku jika dosen di FSRD ITB sangat menghargai waktu dan kedisiplinan dalam pengumpulan tugas. Tips terakhir yang Clareta bagikan adalah berusaha mengupayakan yang terbaik dalam mengerjakan tugas.
“Dalam mengerjakan tugas tidak boleh setengah-setengah harus all out. Saat mengerjakan tugas, aku harus fokus, pikiranku harus di situ untuk mengerjakan tugas. Dan aku harus puas terhadap apa yang aku kerjakan sebelum dikumpulkan,” terang Clareta.
Buah dari kesungguhannya dalam belajar, Clareta berhasil menjadi Mahasiswa Terbaik Program Studi Kriya Tahun 2021 dan menjuarai beberapa kompetisi seperti juara 3 National Digital Poster Competition dan finalis di Lomba Perancangan Aksesori (LPA), Jakarta Fashion Week tahun 2023. Di ajang tersebut, Clareta mengikut sertakan Tugas Akhirnya (TA) yaitu perhiasan yang berbahan dasar bioplastik dan pewarna alam.
Selain belajar di kelas, Clareta juga aktif dalam mengikuti beberapa kepanitiaan dan organisasi dalam maupun luar kampus. Salah satu organisasi dan kepanitiaan yang pernah Clareta ikuti adalah ITB Student Orchestra dan konferensi mahasiswa tingkat ASEAN tentang sustainable industry di bagian departemen Media dan Marketing.
Di kepanitiaan tersebut, Clareta bertugas engagement orang-orang misalnya promosi melalui media sosial.
Clareta juga pernah terlibat dalam beberapa proyek dan exhibition. Ia pernah magang selama tiga bulan di Smart Textile (SMARTEX) di Gent University, Belgia. Di sana, Clareta banyak menghabiskan waktu di laboratorium untuk mengetes kekuatan dari serat-serat tekstil.
Menurutnya smart textile ini bisa menjadi masa depan dari industri tekstil karena kemampuannya untuk bereaksi terhadap stimulus eksternal sehingga tekstil yang dihasilkan tidak hanya indah namun juga fungsional.
Selanjutnya, Clareta juga pernah menjadi peserta di Biomaterial Exhibition on Sparc Campus by Playo Material Labrary dan Binar: Explorative Craft oleh Himpunan Mahasiswa TERIKAT ITB pada tahun 2021. Di pameran tersebut, Clareta mengikutsertakan tugas-tugas kuliahnya dan banyak belajar tentang hal-hal baru, salah satunya adalah tentang pewarna alam.
Menurut Clareta, pewarna alam memiliki keunikan tersendiri karena pewarna alam sudah lama digunakan manusia, namun masih banyak yang bisa diteliti mengingat potensinya yang melimpah di Indonesia.
Memasuki semester 7, Clareta mulai menyusun tugas akhirnya. Sempat mengubah topik, akhirnya Clareta mantap menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Eksplorasi Pewarna Alam pada Bioplastik sebagai Tekstil Alternatif untuk Produk Kriya”. Di dalam TA tersebut, Clareta mencoba mengaplikasikan pewarna alam tingi, tegeran, jalawe, dan indigo pada bioplastik homemade yang dibuat dari alat-alat dapur.
Tujuan dari penelitiannya ini adalah sebagai material alternatif pengganti tekstil yang biodegradable. Hasilnya, diperoleh formula bioplastik dari campuran gelatin, tapioka, dan agar-agar yang memiliki karakter seperti tekstil yaitu dapat ditekuk ke berbagai arah, dapat dijahit, dapat digunting.
Produk kriya yang dibuat pada TA Clareta adalah perhiasan dengan judul “Alumarekah”. Perhiasannya terdiri dari dua sub koleksi yaitu Alum dan Rekah yang menceritakan siklus hidup yang juga selaras dengan sifat bioplastik yang diciptakan yaitu larut dalam air dan mudah terurai ke tanah. “Sesuatu yang mekar di suatu saat akan layu atau mati,” ujarnya.
Mahasiswa yang sudah bekerja di jenama lokal “Sejauh Mata Memandang” ini, berharap ke depannya dapat melanjutkan kembali pendidikannya ke tingkat S2 untuk menyambung pengetahuannya kemudian pada akhirnya bisa membangun jenama sendiri yang concern dan menyelesaikan permasalahan sosial dan lingkungan.
Clareta berpesan, “Hidup itu proses yang harus dinikmati baik pahit maupun manis, karena setelah badai pasti ada pelangi, kemudian harus selalu bersyukur dengan kehidupan yang kamu miliki namun jangan terlalu nyaman harus tetap bergerak dan berproses juga karena kehidupan itu berputar,” pesan Clareta.
Mahasiswa yang hobi menggambar ini, telah tertarik dengan dunia batik sejak duduk di bangku SMP. Hal tersebutlah yang membawanya berkuliah di jurusan Kriya ITB. Menurutnya, batik merupakan kekayaan Indonesia yang patut untuk dilestarikan namun hanya sebagian kecil anak muda yang tertarik mempelajarinya. Setelah menjadi Mahasiswa ITB, Clareta mulai kenal dan menjadi suka dengan sustainable fashion seperti bioplastik dan serat alam.
“Selain itu, aku juga tertarik dengan konservasi dan restorasi tekstil karena aku lihat banyak tekstil tradisional yang teknik pembuatannya sangat rumit dan delicate, dan kita bisa belajar banyak dari tekstil-tekstil tersebut namun belum digali informasi lebih jauh,” ujarnya dalam keterangan pers, Senin (17/4/2023).
Ketika ditanya terkait cara konsisten belajar hingga memperoleh IPK tinggi, Clareta membagikan beberapa tips yang ia lakukan selama menjadi mahasiswa di ITB. Pertama, senangi ilmunya. Menurut Clareta, ketika menyukai suatu ilmu, kita akan enjoy dalam proses belajar. Apabila sudah enjoy belajar, beban belajar akan hilang dan akan berganti menjadi rasa ingin tahu.
Selain menyenangi ilmunya, mencatat materi kuliah dan penjelasan dosen juga merupakan metode belajar yang diterapkan Clareta. Menurutnya metode belajar dengan mencatat merupakan cara belajar paling efektif dan mampu membantu kita saat ujian tiba. Tips berikutnya adalah disiplin.
Clareta mengaku jika dosen di FSRD ITB sangat menghargai waktu dan kedisiplinan dalam pengumpulan tugas. Tips terakhir yang Clareta bagikan adalah berusaha mengupayakan yang terbaik dalam mengerjakan tugas.
“Dalam mengerjakan tugas tidak boleh setengah-setengah harus all out. Saat mengerjakan tugas, aku harus fokus, pikiranku harus di situ untuk mengerjakan tugas. Dan aku harus puas terhadap apa yang aku kerjakan sebelum dikumpulkan,” terang Clareta.
Buah dari kesungguhannya dalam belajar, Clareta berhasil menjadi Mahasiswa Terbaik Program Studi Kriya Tahun 2021 dan menjuarai beberapa kompetisi seperti juara 3 National Digital Poster Competition dan finalis di Lomba Perancangan Aksesori (LPA), Jakarta Fashion Week tahun 2023. Di ajang tersebut, Clareta mengikut sertakan Tugas Akhirnya (TA) yaitu perhiasan yang berbahan dasar bioplastik dan pewarna alam.
Selain belajar di kelas, Clareta juga aktif dalam mengikuti beberapa kepanitiaan dan organisasi dalam maupun luar kampus. Salah satu organisasi dan kepanitiaan yang pernah Clareta ikuti adalah ITB Student Orchestra dan konferensi mahasiswa tingkat ASEAN tentang sustainable industry di bagian departemen Media dan Marketing.
Di kepanitiaan tersebut, Clareta bertugas engagement orang-orang misalnya promosi melalui media sosial.
Clareta juga pernah terlibat dalam beberapa proyek dan exhibition. Ia pernah magang selama tiga bulan di Smart Textile (SMARTEX) di Gent University, Belgia. Di sana, Clareta banyak menghabiskan waktu di laboratorium untuk mengetes kekuatan dari serat-serat tekstil.
Menurutnya smart textile ini bisa menjadi masa depan dari industri tekstil karena kemampuannya untuk bereaksi terhadap stimulus eksternal sehingga tekstil yang dihasilkan tidak hanya indah namun juga fungsional.
Selanjutnya, Clareta juga pernah menjadi peserta di Biomaterial Exhibition on Sparc Campus by Playo Material Labrary dan Binar: Explorative Craft oleh Himpunan Mahasiswa TERIKAT ITB pada tahun 2021. Di pameran tersebut, Clareta mengikutsertakan tugas-tugas kuliahnya dan banyak belajar tentang hal-hal baru, salah satunya adalah tentang pewarna alam.
Menurut Clareta, pewarna alam memiliki keunikan tersendiri karena pewarna alam sudah lama digunakan manusia, namun masih banyak yang bisa diteliti mengingat potensinya yang melimpah di Indonesia.
Memasuki semester 7, Clareta mulai menyusun tugas akhirnya. Sempat mengubah topik, akhirnya Clareta mantap menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Eksplorasi Pewarna Alam pada Bioplastik sebagai Tekstil Alternatif untuk Produk Kriya”. Di dalam TA tersebut, Clareta mencoba mengaplikasikan pewarna alam tingi, tegeran, jalawe, dan indigo pada bioplastik homemade yang dibuat dari alat-alat dapur.
Tujuan dari penelitiannya ini adalah sebagai material alternatif pengganti tekstil yang biodegradable. Hasilnya, diperoleh formula bioplastik dari campuran gelatin, tapioka, dan agar-agar yang memiliki karakter seperti tekstil yaitu dapat ditekuk ke berbagai arah, dapat dijahit, dapat digunting.
Produk kriya yang dibuat pada TA Clareta adalah perhiasan dengan judul “Alumarekah”. Perhiasannya terdiri dari dua sub koleksi yaitu Alum dan Rekah yang menceritakan siklus hidup yang juga selaras dengan sifat bioplastik yang diciptakan yaitu larut dalam air dan mudah terurai ke tanah. “Sesuatu yang mekar di suatu saat akan layu atau mati,” ujarnya.
Mahasiswa yang sudah bekerja di jenama lokal “Sejauh Mata Memandang” ini, berharap ke depannya dapat melanjutkan kembali pendidikannya ke tingkat S2 untuk menyambung pengetahuannya kemudian pada akhirnya bisa membangun jenama sendiri yang concern dan menyelesaikan permasalahan sosial dan lingkungan.
Clareta berpesan, “Hidup itu proses yang harus dinikmati baik pahit maupun manis, karena setelah badai pasti ada pelangi, kemudian harus selalu bersyukur dengan kehidupan yang kamu miliki namun jangan terlalu nyaman harus tetap bergerak dan berproses juga karena kehidupan itu berputar,” pesan Clareta.
(mpw)