Mahasiswa ITS Rancang Jembatan dengan Ketahanan Tinggi terhadap Bencana Alam
loading...

Visualisasi desain Jembatan Molihuto dari mahasiswa ITS. Foto/ITS.
A
A
A
JAKARTA - Tim mahasiswa ITS melahirkan inovasi rancangan desain jembatan yang memiliki ketahahan tinggi terhadap bencana alam. Rancangan mereka pun menyabet juara 1 International Bridge Design Competition Himpunan Mahasiswa Sipil Universitas Diponegoro (Undip).
Inovasi infrastruktur yang kokoh sebagai upaya mitigasi bencana alam ini dilahirkan oleh tim Ergo, yang terdiri atas Moch Choirul Akbar Majid, Vincent Hans Siputta, dan Gregorius Alexander yang berhasil mengembangkan desain jembatan dengan sebutan Jembatan Molihuto.
Akbar, salah satu anggota tim mengungkapkan, mereka menggunakan studi kasus Jembatan Molintogupo dari Desa Lombongo, Kecamatan Sumawa Tengah, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo.
Pada inovasinya, jembatan Molihuto didesain dengan prinsip mitigasi bencana sehingga mampu bertahan apabila terjadi bencana alam. Akbar menyampaikan bahwa kawasan Jembatan Molintogupo seringkali terjadi bencana alam banjir bandang dan gempa bumi yang mengakibatkan jembatan tersebut rawan roboh.
Baca juga: Unpad Terbangkan Dosen ke Kampus Top 500 Besar Dunia
“Oleh sebab itu, perlu dilakukan perencanaan pembangunan jembatan dengan mengantisipasi bencana alam tersebut,” jelasnya, dikutip dari laman ITS, Selasa (23/5/2023).
Mereka mendesain secara khusus jembatan ini dengan tipe jembatan pelengkung yang memiliki keunggulan sebagai jembatan yang kuat dan dapat berfungsi lama. Seperti memiliki tingkat ketahanan yang tinggi serta mampu menahan beban yang besar.
Selain itu, jembatan pelengkung memiliki struktur yang lebih kuat sehingga dapat meminimalkan penggunaan baja. “Kelebihan dari jembatan ini juga memiliki nilai estetika tersendiri,” ujarnya.
Fondasi jembatan ini juga dilengkapi dengan lapisan biotextile. Biotextile merupakan teknologi lapisan pelindung tanah yang dikembangkan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada 2022.
Biotextile berfungsi sebagai metode stabilisasi tanah untuk mencegah laju erosi pada permukaan tanah. Cara kerja teknologi ini yaitu dengan menurunkan debit air mengalir pada permukaan sehingga tidak akan terjadi longsor.
Baca juga: Mahasiswi BINUS International Menangkan Gold Award dalam Ajang Global Design Competition
Selain itu, jembatan Molihuto menggunakan struktur beton yang terbuat dari campuran fly ash dan abu sekam padi untuk meningkatkan kualitas serta ketahanan beton. Laki-laki asal Jombang ini menjelaskan penggunaan fly ash berfungsi sebagai bahan pengikat dalam beton serta membantu beton agar tahan korosi.
Sementara itu, abu sekam padi berperan sebagai bahan penguat beton sehingga memiliki ketahanan yang lebih tinggi. Perencanaan desain jembatan ini juga menerapkan pembangunan yang berkelanjutan.
Menurut Akbar, penggunaan beton campuran juga bertujuan untuk menekan emisi karbon yang dihasilkan oleh beton sehingga lebih ramah lingkungan.
Selain itu, Jembatan Molihuto juga dilengkapi dengan fitur sensor yang bertujuan untuk memudahkan proses pemeliharaan jembatan dan mengantisipasi kerusakan dini.
Inovasi infrastruktur yang kokoh sebagai upaya mitigasi bencana alam ini dilahirkan oleh tim Ergo, yang terdiri atas Moch Choirul Akbar Majid, Vincent Hans Siputta, dan Gregorius Alexander yang berhasil mengembangkan desain jembatan dengan sebutan Jembatan Molihuto.
Akbar, salah satu anggota tim mengungkapkan, mereka menggunakan studi kasus Jembatan Molintogupo dari Desa Lombongo, Kecamatan Sumawa Tengah, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo.
Pada inovasinya, jembatan Molihuto didesain dengan prinsip mitigasi bencana sehingga mampu bertahan apabila terjadi bencana alam. Akbar menyampaikan bahwa kawasan Jembatan Molintogupo seringkali terjadi bencana alam banjir bandang dan gempa bumi yang mengakibatkan jembatan tersebut rawan roboh.
Baca juga: Unpad Terbangkan Dosen ke Kampus Top 500 Besar Dunia
“Oleh sebab itu, perlu dilakukan perencanaan pembangunan jembatan dengan mengantisipasi bencana alam tersebut,” jelasnya, dikutip dari laman ITS, Selasa (23/5/2023).
Mereka mendesain secara khusus jembatan ini dengan tipe jembatan pelengkung yang memiliki keunggulan sebagai jembatan yang kuat dan dapat berfungsi lama. Seperti memiliki tingkat ketahanan yang tinggi serta mampu menahan beban yang besar.
Selain itu, jembatan pelengkung memiliki struktur yang lebih kuat sehingga dapat meminimalkan penggunaan baja. “Kelebihan dari jembatan ini juga memiliki nilai estetika tersendiri,” ujarnya.
Fondasi jembatan ini juga dilengkapi dengan lapisan biotextile. Biotextile merupakan teknologi lapisan pelindung tanah yang dikembangkan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada 2022.
Biotextile berfungsi sebagai metode stabilisasi tanah untuk mencegah laju erosi pada permukaan tanah. Cara kerja teknologi ini yaitu dengan menurunkan debit air mengalir pada permukaan sehingga tidak akan terjadi longsor.
Baca juga: Mahasiswi BINUS International Menangkan Gold Award dalam Ajang Global Design Competition
Selain itu, jembatan Molihuto menggunakan struktur beton yang terbuat dari campuran fly ash dan abu sekam padi untuk meningkatkan kualitas serta ketahanan beton. Laki-laki asal Jombang ini menjelaskan penggunaan fly ash berfungsi sebagai bahan pengikat dalam beton serta membantu beton agar tahan korosi.
Sementara itu, abu sekam padi berperan sebagai bahan penguat beton sehingga memiliki ketahanan yang lebih tinggi. Perencanaan desain jembatan ini juga menerapkan pembangunan yang berkelanjutan.
Menurut Akbar, penggunaan beton campuran juga bertujuan untuk menekan emisi karbon yang dihasilkan oleh beton sehingga lebih ramah lingkungan.
Selain itu, Jembatan Molihuto juga dilengkapi dengan fitur sensor yang bertujuan untuk memudahkan proses pemeliharaan jembatan dan mengantisipasi kerusakan dini.
(nnz)
Lihat Juga :