Masa Pandemi, Guru Ini Rela Datangi Setiap Murid untuk Belajar
loading...
A
A
A
KOTAWARINGIN BARAT - Setiap sekolah, memiliki pola tersendiri dalam menerapkan belajar di rumah (BDR) dimasa pandemi COVID-19 . Seperti yang dilakukan di SDN 1 Sungai Melawen, Kecamatan Pangkalan Lada, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Kalteng.
Para guru rela berkunjung ke rumah-rumah murid untuk mengajar dengan jadwal yang telah ditentukan.
Hal ini seolah menjadi jawaban bagi orang tua yang banyak mengeluh dengan sistim daring yang dianggap menguras dana karena harus membeli paket data internet. (Baca juga: Keluarga Peserta Didik Tak Mampu, KPAI Dorong Internet Gratis untuk PJJ )
Kepala Sekolah SDN 1 Sungai Melawen, Harni Purnamawati mengatakan, hal ini sengaja dilakukan agar orang tua tidak cemas dan anak-anak juga bisa kembali semangat dalam belajar.
Diakuinya, hal itu cukup merepotkan karena para guru harus berkunjung dan mengeluarkan tenaga lebih dibanding biasanya.
Meskipun harus tatap muka, para guru juga telah dibekali agar tetap menerapkan protokol kesehatan. Konsepnya, guru menentukan kelompok, dalam satu kelompok terdapat sekitar 3 atau 4 anak, kemudian ditentukan pertemuan di rumah salah satu siswa. (Baca juga: Rindu Tatap Muka, Puluhan Siswa SD di Ciamis Belajar di Masjid )
Kelompok itupun adalah anak yang rumahnya saling berdekatan. Kelompok lainnya juga seperti itu seterusnya. Sehingga guru keliling berkunjung ke rumah-rumah.
"Kita memberanikan seperti itu, karena SDN 1 Sungai Melawen muridnya adalah satu desa dan kebetulan desa kami zona hijau, itupun kami tetap menjaga dengan protokol kesehatan," ujar Harni.
Untuk tempat belajar biasanya tidak mesti di dalam rumah, namun bisa diteras, di bawah pohon atau di tempat-tempat terbuka.
"Meskipun durasinya tidak lama tetapi orang tua sangat senang , muridpun bersemangat karena bisa tatap muka langsung,"terangnya..
Salah seorang guru setempat, Herninawati menimpali apa yang disampaikan kepala sekolahnya, ia mengaku ada rasa haru ketika harus belajar dengan kondisi alakadarnya dan harus berkunjung ke rumah-rumah.
Terkadang, ia juga harus merelakan waktunya untuk mendatangi salah satu siswanya karena tidak bisa hadir di kelompok yang telah ditentukan.
"Kadang ada saja, alasan orang tua yang tidak ada kendaraan maka saya yang mengalah untuk mendatangi sendiri,"tuturnya.
Ia menyadari betul, betapa susahnya sebagian orang tua ketika harus memegang ponsel android, sementara kesehariannya belum pernah memiliki.
Jangankan untuk mengerjakan soal melalui sistim online, mengoperasikan ponselnya saja sebagian orangtua masih bingung. "Ia berharap dengan cara belajar dengan sistim kunjung ini bisa membuat lega para orang tua dan siswa semakin semangat.
Para guru rela berkunjung ke rumah-rumah murid untuk mengajar dengan jadwal yang telah ditentukan.
Hal ini seolah menjadi jawaban bagi orang tua yang banyak mengeluh dengan sistim daring yang dianggap menguras dana karena harus membeli paket data internet. (Baca juga: Keluarga Peserta Didik Tak Mampu, KPAI Dorong Internet Gratis untuk PJJ )
Kepala Sekolah SDN 1 Sungai Melawen, Harni Purnamawati mengatakan, hal ini sengaja dilakukan agar orang tua tidak cemas dan anak-anak juga bisa kembali semangat dalam belajar.
Diakuinya, hal itu cukup merepotkan karena para guru harus berkunjung dan mengeluarkan tenaga lebih dibanding biasanya.
Meskipun harus tatap muka, para guru juga telah dibekali agar tetap menerapkan protokol kesehatan. Konsepnya, guru menentukan kelompok, dalam satu kelompok terdapat sekitar 3 atau 4 anak, kemudian ditentukan pertemuan di rumah salah satu siswa. (Baca juga: Rindu Tatap Muka, Puluhan Siswa SD di Ciamis Belajar di Masjid )
Kelompok itupun adalah anak yang rumahnya saling berdekatan. Kelompok lainnya juga seperti itu seterusnya. Sehingga guru keliling berkunjung ke rumah-rumah.
"Kita memberanikan seperti itu, karena SDN 1 Sungai Melawen muridnya adalah satu desa dan kebetulan desa kami zona hijau, itupun kami tetap menjaga dengan protokol kesehatan," ujar Harni.
Untuk tempat belajar biasanya tidak mesti di dalam rumah, namun bisa diteras, di bawah pohon atau di tempat-tempat terbuka.
"Meskipun durasinya tidak lama tetapi orang tua sangat senang , muridpun bersemangat karena bisa tatap muka langsung,"terangnya..
Salah seorang guru setempat, Herninawati menimpali apa yang disampaikan kepala sekolahnya, ia mengaku ada rasa haru ketika harus belajar dengan kondisi alakadarnya dan harus berkunjung ke rumah-rumah.
Terkadang, ia juga harus merelakan waktunya untuk mendatangi salah satu siswanya karena tidak bisa hadir di kelompok yang telah ditentukan.
"Kadang ada saja, alasan orang tua yang tidak ada kendaraan maka saya yang mengalah untuk mendatangi sendiri,"tuturnya.
Ia menyadari betul, betapa susahnya sebagian orang tua ketika harus memegang ponsel android, sementara kesehariannya belum pernah memiliki.
Jangankan untuk mengerjakan soal melalui sistim online, mengoperasikan ponselnya saja sebagian orangtua masih bingung. "Ia berharap dengan cara belajar dengan sistim kunjung ini bisa membuat lega para orang tua dan siswa semakin semangat.
(mpw)