Banyak Diminati Penyair dan Pelajar, Puisi Esai Berjaya di Malaysia-Thailand
loading...
A
A
A
JAKARTA - Puisi Esai semakin mengembangkan sayap di Malaysia dan Thailand. Hingga kini, tercatat sudah belasan buku puisi esai yang diterbitkan oleh penyair dari kedua negara tetangga Indonesia tersebut.
Minat penyair Malaysia dan Thailand itu tidak lepas dari marketing yang dilakukan oleh pecinta genre puisi esai itu sendiri.
Hal itu disampaikan Penggagas Puisi Esai Denny JA dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (7/6/2023).
Hal tersebut ia sampaikan menjelang Festival Puisi Esai Antarbangsa ke-2 yang akan berlangsung di Kota Kinabalu, Negeri Sabah, Malaysia pada 16-18 Juni 2023.
Festival Puisi Esai yang tahun lalu juga berlangsung di Sabah ini akan diikuti peserta dari negara-negara ASEAN.
Sebagai informasi, puisi esai sendiri merupakan genre sastra baru di Indonesia yang memadukan dua jenis pemikiran, yaitu puisi dan esai.
Gagasan mengenai puisi esai pertama kali dikemukakan oleh Denny JA yang diwujudkan melalui buku pertama puisi esai berjudul "Atas Nama Cinta" yang diterbitkan pada 2012. Sejak saat itu, Komunitas Puisi Esai pun lahir dan berkembang hingga saat ini.
Kemudian pada tahun 2020, puisi esai resmi menjadi kosakata baru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Dalam kamus, puisi esai didefinisikan sebagai “ragam karya sastra yang mengandung pesan sosial dan moral melalui kata-kata sederhana dengan pola syair, berupa fakta, fiksi, dan catatan kaki”.
Kemudian menurut Denny JA, selain Indonesia dan Malaysia, Thailand adalah negara yang memiliki penulis puisi esai terbanyak. Awal tahun ini, sejumlah penyair dan mahasiswa Thailand menyatakan berminat menerbitkan buku puisi esai yang mereka tulis bersama.
Denny mengatakan, puisi esai diterima dengan lapang dada di Sabah, sehingga bisa tumbuh subur di Negeri Jiran tersebut. Bahkan, di antara mereka sudah ada yang meraih penghargaan tertinggi pada lomba puisi esai yang diselenggarakan secara internasional.
“Sabah telah diangkat menjadi ibu kota puisi esai. Sedangkan, Jakarta dianggap sebagai negeri asal puisi esai,” kata Denny JA mengutip Jamal D Rahman.
Denny menuturkan, Festival Puisi Esai Antarbangsa pertama berlangsung sangat meriah yang dibiayai oleh Pemerintah Sabah pada 23-25 September 2022. Penyelenggaranya adalah Badan Bahasa dan Sastera Sabah.
Diperkirakan, lebih dari 1.000 orang menghadiri acara ini, termasuk penyair dari berbagai negara. Acara utamanya digelar di tempat terbaik di Kota Sabah, yakni Grand Ballroom Hotel Promenade.
Festival ini semakin berarti karena dibuka oleh Ketua Menteri Sabah, YAB Datuk Seri Panglima Haji Hajiji bin Haji Noor.
Pada pembukaan Festival Puisi Esai Antarbangsa itu digelar hiburan yang meriah, di mana Malaysia, Indonesia, dan Brunei Darussalam menampilkan wakilnya di panggung utama untuk ikut menyemarakkan acara. Mulai dari pembacaan puisi esai, hingga pementasan drama oleh siswa Sekolah Indonesia Kota Kinabalu.
“Mereka memainkan drama yang diangkat dari Puisi Esai Karya Handry TM (Alm). Puisi Handry ini adalah pemenang lomba puisi esai se-ASEAN pertama pada 2020 yang mengisahkan tentang Max Havelaar,” ungkap Denny JA.
Denny menambahkan, pada hari berikutnya, panitia menggelar empat forum diskusi yang menjadi menu utama pada Festival Puisi Esai Antarbangsa. Forum ini adalah milik para akademisi, pengamat sastra, penyair, dan peminat sastra pada umumnya, terutama praktisi puisi esai.
Mereka menggelar diskusi dengan beragam topik, yaitu mengantarbangsakan puisi esai; puisi esai dalam sistem pendidikan negara; masa depan puisi esai; serta puisi esei, nilai seni, dan komersial.
Menurut Denny JA, pada setiap sesi diskusi selalu muncul gagasan besar dan menarik untuk ditindaklanjuti. Misalnya, bagaimana usaha pengantarbangsakan puisi esai.
“Pada sesi ini muncul gagasan jika menyebarkan puisi esai ke mancanegara, tentu puisi esai harus didefinisikan secara jelas agar semua pihak mempunyai persepsi yang sama tentang puisi esai,” terangnya.
Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena ini mengatakan, gagasan menarik lain juga muncul pada Forum Puisi Esai II, yakni tentang puisi esai dalam sistem pendidikan negeri. Pada topik ini ramai didiskusikan usaha memasukkan puisi esai ke dalam sistem pendidikan, dimulai dari negeri di Sabah.
Gagasan ini dikemukakan oleh Presiden Bahasa dan Satera Sabah sekaligus Presiden Komunitas Puisi Esai ASEAN, Datuk Jasni Matlani. Datuk Jasni sudah menerapkan pembelajaran sejarah menggunakan puisi esai di sekolah yang diasuh oleh istrinya.
“Hasilnya sangat menggembirakan, karena siswa menjadi lebih tertarik belajar sejarah,” sambungnya.
Menurut Denny, petimbangan yang dikemukakan oleh Datuk Jasni adalah keunikan puisi esai yang bisa ditulis oleh semua orang. Pelajaran menjadi lebih menyenangkan dan cepat diterima oleh siswa jika materi ditulis atau disampaikan dalam bentuk puisi esai.
“Cara ini mampu mengundang rasa ingin tahu siswa, sehingga mereka ingin mencoba menulis puisi esai,” ujarnya.
Gagasan Datuk Jasni juga mendapat sambutan dari para pembicara lain, termasuk penyair D Kemalawati dari Indonesia. Wanita yang merupakan seorang mantan guru ini berusaha mengenalkan puisi esai di sekolahnya dengan mempertimbangkan cara itu membantu menyampaikan materi pelajaran kepada siswa.
Selanjutnya, pada sesi masa depan puisi esai, para pembicara mempunyai rasa optimisme yang besar bahwa puisi esai akan berkembang dan mudah diterima oleh siapa pun di berbagai negara.
Hal ini bisa terjadi karena karakter puisi esai yang berbeda dengan puisi pada umumnya. Apalagi, ada keyakinan bahwa yang bukan penyair akan mudah menuliskan puisi esai.
“Atau ungkapan yang lebih populer adalah yang bukan penyair boleh ambil bagian,” kata Denny JA.
Minat penyair Malaysia dan Thailand itu tidak lepas dari marketing yang dilakukan oleh pecinta genre puisi esai itu sendiri.
Hal itu disampaikan Penggagas Puisi Esai Denny JA dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (7/6/2023).
Hal tersebut ia sampaikan menjelang Festival Puisi Esai Antarbangsa ke-2 yang akan berlangsung di Kota Kinabalu, Negeri Sabah, Malaysia pada 16-18 Juni 2023.
Festival Puisi Esai yang tahun lalu juga berlangsung di Sabah ini akan diikuti peserta dari negara-negara ASEAN.
Sebagai informasi, puisi esai sendiri merupakan genre sastra baru di Indonesia yang memadukan dua jenis pemikiran, yaitu puisi dan esai.
Gagasan mengenai puisi esai pertama kali dikemukakan oleh Denny JA yang diwujudkan melalui buku pertama puisi esai berjudul "Atas Nama Cinta" yang diterbitkan pada 2012. Sejak saat itu, Komunitas Puisi Esai pun lahir dan berkembang hingga saat ini.
Kemudian pada tahun 2020, puisi esai resmi menjadi kosakata baru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Dalam kamus, puisi esai didefinisikan sebagai “ragam karya sastra yang mengandung pesan sosial dan moral melalui kata-kata sederhana dengan pola syair, berupa fakta, fiksi, dan catatan kaki”.
Kemudian menurut Denny JA, selain Indonesia dan Malaysia, Thailand adalah negara yang memiliki penulis puisi esai terbanyak. Awal tahun ini, sejumlah penyair dan mahasiswa Thailand menyatakan berminat menerbitkan buku puisi esai yang mereka tulis bersama.
Denny mengatakan, puisi esai diterima dengan lapang dada di Sabah, sehingga bisa tumbuh subur di Negeri Jiran tersebut. Bahkan, di antara mereka sudah ada yang meraih penghargaan tertinggi pada lomba puisi esai yang diselenggarakan secara internasional.
“Sabah telah diangkat menjadi ibu kota puisi esai. Sedangkan, Jakarta dianggap sebagai negeri asal puisi esai,” kata Denny JA mengutip Jamal D Rahman.
Denny menuturkan, Festival Puisi Esai Antarbangsa pertama berlangsung sangat meriah yang dibiayai oleh Pemerintah Sabah pada 23-25 September 2022. Penyelenggaranya adalah Badan Bahasa dan Sastera Sabah.
Diperkirakan, lebih dari 1.000 orang menghadiri acara ini, termasuk penyair dari berbagai negara. Acara utamanya digelar di tempat terbaik di Kota Sabah, yakni Grand Ballroom Hotel Promenade.
Festival ini semakin berarti karena dibuka oleh Ketua Menteri Sabah, YAB Datuk Seri Panglima Haji Hajiji bin Haji Noor.
Pada pembukaan Festival Puisi Esai Antarbangsa itu digelar hiburan yang meriah, di mana Malaysia, Indonesia, dan Brunei Darussalam menampilkan wakilnya di panggung utama untuk ikut menyemarakkan acara. Mulai dari pembacaan puisi esai, hingga pementasan drama oleh siswa Sekolah Indonesia Kota Kinabalu.
“Mereka memainkan drama yang diangkat dari Puisi Esai Karya Handry TM (Alm). Puisi Handry ini adalah pemenang lomba puisi esai se-ASEAN pertama pada 2020 yang mengisahkan tentang Max Havelaar,” ungkap Denny JA.
Denny menambahkan, pada hari berikutnya, panitia menggelar empat forum diskusi yang menjadi menu utama pada Festival Puisi Esai Antarbangsa. Forum ini adalah milik para akademisi, pengamat sastra, penyair, dan peminat sastra pada umumnya, terutama praktisi puisi esai.
Mereka menggelar diskusi dengan beragam topik, yaitu mengantarbangsakan puisi esai; puisi esai dalam sistem pendidikan negara; masa depan puisi esai; serta puisi esei, nilai seni, dan komersial.
Menurut Denny JA, pada setiap sesi diskusi selalu muncul gagasan besar dan menarik untuk ditindaklanjuti. Misalnya, bagaimana usaha pengantarbangsakan puisi esai.
“Pada sesi ini muncul gagasan jika menyebarkan puisi esai ke mancanegara, tentu puisi esai harus didefinisikan secara jelas agar semua pihak mempunyai persepsi yang sama tentang puisi esai,” terangnya.
Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena ini mengatakan, gagasan menarik lain juga muncul pada Forum Puisi Esai II, yakni tentang puisi esai dalam sistem pendidikan negeri. Pada topik ini ramai didiskusikan usaha memasukkan puisi esai ke dalam sistem pendidikan, dimulai dari negeri di Sabah.
Gagasan ini dikemukakan oleh Presiden Bahasa dan Satera Sabah sekaligus Presiden Komunitas Puisi Esai ASEAN, Datuk Jasni Matlani. Datuk Jasni sudah menerapkan pembelajaran sejarah menggunakan puisi esai di sekolah yang diasuh oleh istrinya.
“Hasilnya sangat menggembirakan, karena siswa menjadi lebih tertarik belajar sejarah,” sambungnya.
Menurut Denny, petimbangan yang dikemukakan oleh Datuk Jasni adalah keunikan puisi esai yang bisa ditulis oleh semua orang. Pelajaran menjadi lebih menyenangkan dan cepat diterima oleh siswa jika materi ditulis atau disampaikan dalam bentuk puisi esai.
“Cara ini mampu mengundang rasa ingin tahu siswa, sehingga mereka ingin mencoba menulis puisi esai,” ujarnya.
Gagasan Datuk Jasni juga mendapat sambutan dari para pembicara lain, termasuk penyair D Kemalawati dari Indonesia. Wanita yang merupakan seorang mantan guru ini berusaha mengenalkan puisi esai di sekolahnya dengan mempertimbangkan cara itu membantu menyampaikan materi pelajaran kepada siswa.
Selanjutnya, pada sesi masa depan puisi esai, para pembicara mempunyai rasa optimisme yang besar bahwa puisi esai akan berkembang dan mudah diterima oleh siapa pun di berbagai negara.
Hal ini bisa terjadi karena karakter puisi esai yang berbeda dengan puisi pada umumnya. Apalagi, ada keyakinan bahwa yang bukan penyair akan mudah menuliskan puisi esai.
“Atau ungkapan yang lebih populer adalah yang bukan penyair boleh ambil bagian,” kata Denny JA.
(mpw)