Kurikulum yang Berpusat pada Siswa Efektif Atasi Learning Loss Akibat Pandemi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pandemi COVID-19 telah membuat dampak buruk terhadap pendidikan anak Indonesia. Terutama learning loss atau yang mengacu pada hilangnya pengetahuan dan keterampilan anak, bahkan juga kemunduran proses akademik.
Menurut studi terbaru dari program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) menunjukkan adanya indikasi pemulihan pembelajaran yang positif melalui kurikulum yang berpusat pada siswa. INOVASI sendiri merupakan program kemitraan antara pemerintah Indonesia dan Australia.
Kurikulum yang berpusat pada siswa ini sesuai dengan karakteristik Kurikulum Merdeka ternyata efektif mengatasi learning loss di Indonesia akibat pandemi COVID-19.
“Penilaian diagnostik, pembelajaran berdiferensiasi, dan penyederhanaan kurikulum menjadi karakteristik utama Kurikulum Merdeka yang telah memberi kontribusi yang signifikan dalam pemulihan pembelajaran,” ungkap Direktur Program INOVASI, Mark Heyward pada Temu Puncak Forum Komunikasi Pimpinan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (Forkom FKIP) Negeri se-Indonesia di Ternate, Maluku Utara, Jumat (7/7/2023).
Dalam kegiatan yang diikuti ratusan dekan dan pimpinan jurusan ini, Mark Heyward mempresentasikan studi dari INOVASI bertajuk Bangkit Lebih Kuat: Pemulihan Pembelajaran Pasca Pandemi.
Studi ini menilai 4.103 siswa sekolah dasar dan 360 guru di 69 sekolah dari tujuh Kabupaten di Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur, dan Kalimantan Utara. Analisis studi ini menggunakan metode Item Response Theory (IRT), regresi OLS, serta penilaian ahli matematika dan ahli literasi Indonesia untuk membandingkan data hasil belajar siswa pada tahun 2020, 2021, dan 2022.
Hasilnya, ada indikasi menggembirakan dari proses pemulihan pembelajaran pasca pandemi yaitu ditemukan pemulihan pembelajaran selama dua bulan untuk kemampuan literasi dan numerasi. Secara khusus, kurikulum muncul sebagai salah satu faktor utama yang membedakan antara sekolah yang pulih lebih cepat dan yang tidak.
“Menanggapi pandemi COVID-19, Pemerintah Indonesia dengan cepat menerapkan kurikulum yang fleksibel dan berpusat pada peserta didik. Penyederhanaan kurikulum ini secara signifikan dapat meringankan beban belajar peserta didik dan beban mengajar guru yang terbukti sangat bermanfaat selama pandemi,” jelas Heyward.
Kurikulum yang disesuaikan menekankan keterampilan dasar literasi, numerasi, dan karakter yang penting untuk perkembangan peserta didik dalam proses pembelajaran. Kebijakan tersebut juga memberikan otonomi yang lebih besar kepada guru dalam memilih bahan ajar untuk peserta didik mereka.
Menurut studi terbaru dari program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) menunjukkan adanya indikasi pemulihan pembelajaran yang positif melalui kurikulum yang berpusat pada siswa. INOVASI sendiri merupakan program kemitraan antara pemerintah Indonesia dan Australia.
Kurikulum yang berpusat pada siswa ini sesuai dengan karakteristik Kurikulum Merdeka ternyata efektif mengatasi learning loss di Indonesia akibat pandemi COVID-19.
“Penilaian diagnostik, pembelajaran berdiferensiasi, dan penyederhanaan kurikulum menjadi karakteristik utama Kurikulum Merdeka yang telah memberi kontribusi yang signifikan dalam pemulihan pembelajaran,” ungkap Direktur Program INOVASI, Mark Heyward pada Temu Puncak Forum Komunikasi Pimpinan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (Forkom FKIP) Negeri se-Indonesia di Ternate, Maluku Utara, Jumat (7/7/2023).
Dalam kegiatan yang diikuti ratusan dekan dan pimpinan jurusan ini, Mark Heyward mempresentasikan studi dari INOVASI bertajuk Bangkit Lebih Kuat: Pemulihan Pembelajaran Pasca Pandemi.
Studi ini menilai 4.103 siswa sekolah dasar dan 360 guru di 69 sekolah dari tujuh Kabupaten di Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur, dan Kalimantan Utara. Analisis studi ini menggunakan metode Item Response Theory (IRT), regresi OLS, serta penilaian ahli matematika dan ahli literasi Indonesia untuk membandingkan data hasil belajar siswa pada tahun 2020, 2021, dan 2022.
Hasilnya, ada indikasi menggembirakan dari proses pemulihan pembelajaran pasca pandemi yaitu ditemukan pemulihan pembelajaran selama dua bulan untuk kemampuan literasi dan numerasi. Secara khusus, kurikulum muncul sebagai salah satu faktor utama yang membedakan antara sekolah yang pulih lebih cepat dan yang tidak.
“Menanggapi pandemi COVID-19, Pemerintah Indonesia dengan cepat menerapkan kurikulum yang fleksibel dan berpusat pada peserta didik. Penyederhanaan kurikulum ini secara signifikan dapat meringankan beban belajar peserta didik dan beban mengajar guru yang terbukti sangat bermanfaat selama pandemi,” jelas Heyward.
Kurikulum yang disesuaikan menekankan keterampilan dasar literasi, numerasi, dan karakter yang penting untuk perkembangan peserta didik dalam proses pembelajaran. Kebijakan tersebut juga memberikan otonomi yang lebih besar kepada guru dalam memilih bahan ajar untuk peserta didik mereka.