Tim Mahasiswa ITB Ciptakan Aplikasi Guna Cegah Perundungan di Sekolah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tim mahasiswa ITB dari jurusan berbeda menciptakan aplikasi bernama Bersuara. Aplikasi yang mereka buat bermanfaat mencegah perundungan di sekolah.
Mereka menamakan timnya IDE. Tim terdiri dari Deftendy Virgiatman dari jurusan Teknik Fisika, Eli Sulistyowati dari jurusan Manajemen, dan Indira Akmalia Hendri dari jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota.
Aplikasi yang mereka buat berhasil menorehkan prestasi dalam acara "Ideathon Inovasi Sosial 2023: Muda Urun Ide untuk Kota Bandung" yang diselenggarakan oleh World Resources Institute (WRI) Indonesia.
Mereka berhasil meraih gelar juara 1 pada Proyek Safe and Sound Cities (S2Cities) yang merupakan tema besar dalam acara Ideathon tersebut.
Proyek Safe and Sound Cities (S2Cities) yang diadakan oleh WRI Indonesia memiliki fokus pada solusi inovatif terkait isu-isu spesifik yang terjadi di Kota Bandung.
Baca juga: 5 Prospek Kerja Jurusan Pendidikan Agama Islam, Tak Melulu Jadi Pengajar
Dalam Ideathon ini, peserta diminta untuk mengirimkan proposal mengenai solusi inovatif dalam tiga tema spesifik, yaitu perundungan di lingkungan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat, pengelolaan sampah yang melibatkan pemuda, serta penciptaan ruang publik (placemaking) di Kelurahan Kopo, Kecamatan Bojongloa Kaler.
Salah satu anggota tim, Deftendy Virgiatman mengatakan tim mereka mempresentasikan inovasi berupa aplikasi bernama Bersuara. Aplikasi ini akan terintegrasi untuk memulihkan korban perundungan melalui pendekatan dari seorang psikiater sekaligus peneliti, Judith Herman.
“Pendekatan ini menjelaskan bahwa terdapat beberapa tahapan dalam model penerimaan dari trauma yang dialami oleh korban perundungan, yaitu tahap security, reconciliation, reconsolidation, dan transformation,” katanya, dikutip dari laman ITB, Jumat (14/7/2023).
Lebih lanjut, Deftendy menjelaskan bahwa aplikasi Bersuara memiliki tiga fitur utama, yaitu report, feedback, dan community. Pada tahap security, aplikasi ini menciptakan keamanan bagi korban untuk menyampaikan pengalaman mereka melalui fitur report.
Laporan yang masuk akan langsung ditangani oleh Pusat Pembinaan dan Pemberdayaan Anak (P3A) dan Bimbingan Konseling (BK) Sekolah. Pada tahap rekonsiliasi, korban diharapkan dapat memahami dan menerima kejadian yang terjadi melalui fitur feedback.
Fitur ini memungkinkan korban untuk melakukan konseling dengan para pakar yang terintegrasi dengan P3A, guru BK, dan konselor sebaya.
Selanjutnya, pada tahap rekonsolidasi, korban dapat memulai kembali kehidupan mereka setelah mengalami trauma. Hal ini diimplementasikan melalui fitur community yang memungkinkan para korban untuk saling mendukung satu sama lain.
Baca juga: Ini 15 Jurusan IPS yang Dibutuhkan 5 Tahun ke Depan, Siapkan Yuk Biar Tak Menyesal
Fitur ini bekerja sama dengan Forum OSIS Kota Bandung (FOTBAN), Forum Komunikasi Anak Kota Bandung (FOKAB), dan akademi perlindungan anak.
Sementara itu, pada tahap terakhir, yaitu tahap transformasi, hasil pemulihan trauma korban akan tetap dijangkau melalui komunitas mereka sebagai bukti bahwa setiap korban perundungan dapat pulih kembali. Fitur ini juga bekerja sama dengan FOTBAN dan FOKAB.
Selain aplikasi Bersuara, tim IDE juga mengusulkan ide solusi berupa kampanye media sosial untuk membagikan pengalaman korban yang telah melewati keempat tahapan tersebut. Dengan harapan, kampanye ini dapat menjadi inspirasi bagi korban perundungan lainnya.
Keberhasilan tim IDE dalam mengajukan ide solusi inovatif melalui aplikasi Bersuara dan kampanye media sosial yang mereka usulkan mendapatkan apresiasi tinggi dari juri Ideathon Inovasi Sosial 2023.
Prestasi mereka sebagai juara 1 pada Proyek Safe and Sound Cities (S2Cities) menunjukkan dedikasi dan kemampuan tim IDE dalam memberikan solusi yang relevan terhadap isu perundungan di SMA dan sederajat di Kota Bandung.
“Harapannya, implementasi dari ide dan inovasi yang mereka usulkan dapat memberikan dampak positif dan membantu membangun kota Bandung yang aman dan nyaman bagi semua warganya,” pungkasnya.
Lihat Juga: Aipda Ambarita dan Ipda Ibas Jadi Guest Teacher Sosialisasi Pencegahan Bullying di SDN Gunung 05
Mereka menamakan timnya IDE. Tim terdiri dari Deftendy Virgiatman dari jurusan Teknik Fisika, Eli Sulistyowati dari jurusan Manajemen, dan Indira Akmalia Hendri dari jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota.
Aplikasi yang mereka buat berhasil menorehkan prestasi dalam acara "Ideathon Inovasi Sosial 2023: Muda Urun Ide untuk Kota Bandung" yang diselenggarakan oleh World Resources Institute (WRI) Indonesia.
Mereka berhasil meraih gelar juara 1 pada Proyek Safe and Sound Cities (S2Cities) yang merupakan tema besar dalam acara Ideathon tersebut.
Proyek Safe and Sound Cities (S2Cities) yang diadakan oleh WRI Indonesia memiliki fokus pada solusi inovatif terkait isu-isu spesifik yang terjadi di Kota Bandung.
Baca juga: 5 Prospek Kerja Jurusan Pendidikan Agama Islam, Tak Melulu Jadi Pengajar
Dalam Ideathon ini, peserta diminta untuk mengirimkan proposal mengenai solusi inovatif dalam tiga tema spesifik, yaitu perundungan di lingkungan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat, pengelolaan sampah yang melibatkan pemuda, serta penciptaan ruang publik (placemaking) di Kelurahan Kopo, Kecamatan Bojongloa Kaler.
Salah satu anggota tim, Deftendy Virgiatman mengatakan tim mereka mempresentasikan inovasi berupa aplikasi bernama Bersuara. Aplikasi ini akan terintegrasi untuk memulihkan korban perundungan melalui pendekatan dari seorang psikiater sekaligus peneliti, Judith Herman.
“Pendekatan ini menjelaskan bahwa terdapat beberapa tahapan dalam model penerimaan dari trauma yang dialami oleh korban perundungan, yaitu tahap security, reconciliation, reconsolidation, dan transformation,” katanya, dikutip dari laman ITB, Jumat (14/7/2023).
Lebih lanjut, Deftendy menjelaskan bahwa aplikasi Bersuara memiliki tiga fitur utama, yaitu report, feedback, dan community. Pada tahap security, aplikasi ini menciptakan keamanan bagi korban untuk menyampaikan pengalaman mereka melalui fitur report.
Laporan yang masuk akan langsung ditangani oleh Pusat Pembinaan dan Pemberdayaan Anak (P3A) dan Bimbingan Konseling (BK) Sekolah. Pada tahap rekonsiliasi, korban diharapkan dapat memahami dan menerima kejadian yang terjadi melalui fitur feedback.
Fitur ini memungkinkan korban untuk melakukan konseling dengan para pakar yang terintegrasi dengan P3A, guru BK, dan konselor sebaya.
Selanjutnya, pada tahap rekonsolidasi, korban dapat memulai kembali kehidupan mereka setelah mengalami trauma. Hal ini diimplementasikan melalui fitur community yang memungkinkan para korban untuk saling mendukung satu sama lain.
Baca juga: Ini 15 Jurusan IPS yang Dibutuhkan 5 Tahun ke Depan, Siapkan Yuk Biar Tak Menyesal
Fitur ini bekerja sama dengan Forum OSIS Kota Bandung (FOTBAN), Forum Komunikasi Anak Kota Bandung (FOKAB), dan akademi perlindungan anak.
Sementara itu, pada tahap terakhir, yaitu tahap transformasi, hasil pemulihan trauma korban akan tetap dijangkau melalui komunitas mereka sebagai bukti bahwa setiap korban perundungan dapat pulih kembali. Fitur ini juga bekerja sama dengan FOTBAN dan FOKAB.
Selain aplikasi Bersuara, tim IDE juga mengusulkan ide solusi berupa kampanye media sosial untuk membagikan pengalaman korban yang telah melewati keempat tahapan tersebut. Dengan harapan, kampanye ini dapat menjadi inspirasi bagi korban perundungan lainnya.
Keberhasilan tim IDE dalam mengajukan ide solusi inovatif melalui aplikasi Bersuara dan kampanye media sosial yang mereka usulkan mendapatkan apresiasi tinggi dari juri Ideathon Inovasi Sosial 2023.
Prestasi mereka sebagai juara 1 pada Proyek Safe and Sound Cities (S2Cities) menunjukkan dedikasi dan kemampuan tim IDE dalam memberikan solusi yang relevan terhadap isu perundungan di SMA dan sederajat di Kota Bandung.
“Harapannya, implementasi dari ide dan inovasi yang mereka usulkan dapat memberikan dampak positif dan membantu membangun kota Bandung yang aman dan nyaman bagi semua warganya,” pungkasnya.
Lihat Juga: Aipda Ambarita dan Ipda Ibas Jadi Guest Teacher Sosialisasi Pencegahan Bullying di SDN Gunung 05
(nnz)