Teliti Autentisitas Ganjar, Anies, Khofifah, dan Ridwan Kamil, Redaktur SINDOnews Raih Gelar Doktor UI
loading...
A
A
A
JAKARTA - Redaktur SINDOnews.com , Andika Hendra Mustaqim berhasil mendapatkan gelar Doktor Ilmu Komunikasi dari Universitas Indonesia (UI). Dia sukses mempertahankan disertasinya berjudul "AUTENTISITAS KEPEMIMPINAN POLITIK (Studi Forensik Komunikasi pada Pesan di Akun Media Sosial Gubernur DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur)" di hadapan penguji di Auditorium Juwono Sudarsono (AJS), FISIP UI, Depok, Kamis (20/7/2023).
Penelitian disertasi yang dilakukan Andika dengan bimbingan dan arahan promotor Prof Dr Ibnu Hamad dan kopromotor Prof Dr Karim Suryadi. Hasil temuan disertasi itu diujikan di depan ketua sidang promosi Prof Dr Semiarto Aji Purwanto, dan dewan penguji lainnya seperti Djayadi Hanan, PhD; Nyarwi Ahmad, PhD; Dr Sri Budi Eko Wardhani; Dr Irwansyah, MA; dan Dr Ummi Salamah, MSi.
Menurut Andika, penelitian ini dilatarbelakangi adanya tren dan fenomena masyarakat berjaringan yang didukung dengan penggunaan media sosial yang massif di masyarakat dan para pemimpin politik serta pemerintahan memunculkan kebutuhan dan tantangan autentisitas. Hal itu dikarenakan autentisitas itu berkaitan langsung dengan kepercayaan publik yang dikonstruksi melalui konten di media sosial.
Selain itu, tren sinisme, krisis, dan pandemi memicu munculnya pemimpin autentik yang ditunjukkan dengan survei yang rendah terhadap lembaga politik juga menjadi kesempatan bagi pemimpin untuk menunjukkan autentisitasnya. Ditambah dengan krisis pandemi Covid-19 justru menjadi kesempatan besar bagi pemimpin untuk menampilkan autentisitas sehingga disebut sebagai pemimpin autentik.
Autentisitas juga juga menjadi tren yang melekat pada para pemimpin lokal yang bersinar dalam kontestasi nasional seperti Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Khofifah Indar Parawansa, dan Ganjar Pranowo. Selain itu, autentisitas juga diidentikkan dengan tren populisme yang menjadi strategi bagi pemimpin politik.
Andika menjelaskan, hasil penelitian disertasi menunjukkan bahwa pemimpin politik mengonstruksi pola autentisitasnya untuk menunjukkan kepada publik mereka bisa berbeda dengan pemimpin autentik lainnya. "Pemimpin autentik mengonstruksi drama politik di media sosial dengan berbagai dialog, klimaks, dan emosi yang dimainkan dengan cara skenario dan spontanitas," kata Andika dalam sidang promosi.
Dengan media sosial, autentisitas bukan saja ditampilkan dalam bentuk kemasan oleh pemimpin politik, tetapi mengandung substansi yang membedakan antara satu pemimpin dengan pemimpin lainnya. Autentisitas bukan suatu ideologi, melainkan suatu strategi yang ditempuh seseorang pemimpin politik di media sosial untuk menunjukkan atau mempresentasikan dirinya. "Meskipun bukan suatu ideologi yang menjadi cara pandang dan pemikiran, autentisitas tetap mengandung nilai dan standar," ujar Andika.
Selain itu, penelitian terhadap akun media sosial Instagram milik Anies, Ganjar, Khofifah, dan Ridwan Kamil juga menunjukkan makna artefak komunikasi pada pemimpin politik itu menunjukkan keunikan dan perbedaan yang menonjol sebagai bukti dan klaim autentisitas pada berbagai narasi, cerita, konten, retorika, kode dan mode di media sosial.
"Autentisitas di media sosial merupakan suatu kontestasi untuk menentukan siapa yang paling autentik karena keempat gubernur tersebut dalam satu level yakni pemimpin provinsi," ungkap Andika.
"Motif pemimpin autentik akan menjadi katalis untuk membangkitkan pengaruh dan menunjukkan otoritasnya. Motif bagi pemimpin autentik juga menjadi justifikasi membenarkan suatu tujuan dalam kepemimpinan," tuturnya.
Selain itu, konstruksi motif autentisitas memperkuat pandangan bahwa pemimpin autentik yang autentik akan selalu melekatkan diri dengan pola tertentu. "Pemimpin autentik menampilkan diri sebagai pembaharu kebijakan yang berdampak langsung kepada masyarakat," paparnya.
Andika memberikan saran publik terutama pengguna media sosial untuk membangun kesadaran kolektif tentang arti penting autentisitas kepemimpinan politik. Masyarakat juga perlunya membangun jaringan kolektif di antara masyarakat dengan pemimpin politik. "Publik juga perlu mewujudkan gerakan kolektif untuk mengawasi pemimpin politik dan mendorong munculnya kepemimpinan autentik," saran Andika.
Bagi pemimpin politik dan pemerintahan, Andika menyatakan penelitiannya memberikan kontribusi tentang pentingnya autentisitas itu mendorong orientasi pemimpin agar bekerja untuk masyarakat. Kemudian, program dan kebijakan juga mengandung autentisitas yang menunjukkan kepemimpinan autentik.
"Autentisitas kepemimpinan politik merupakan konstruksi tentang bagaimana kerja dan kinerja pemimpin tersebut serta mengungkap orientasi dan pendekatan kepemimpinan," papar Andika.
Dia juga menambahkan, media sosial memiliki dampak besar dalam menyampaikan autentisitas pemimpin kepada publik.
Penelitian disertasi yang dilakukan Andika dengan bimbingan dan arahan promotor Prof Dr Ibnu Hamad dan kopromotor Prof Dr Karim Suryadi. Hasil temuan disertasi itu diujikan di depan ketua sidang promosi Prof Dr Semiarto Aji Purwanto, dan dewan penguji lainnya seperti Djayadi Hanan, PhD; Nyarwi Ahmad, PhD; Dr Sri Budi Eko Wardhani; Dr Irwansyah, MA; dan Dr Ummi Salamah, MSi.
Menurut Andika, penelitian ini dilatarbelakangi adanya tren dan fenomena masyarakat berjaringan yang didukung dengan penggunaan media sosial yang massif di masyarakat dan para pemimpin politik serta pemerintahan memunculkan kebutuhan dan tantangan autentisitas. Hal itu dikarenakan autentisitas itu berkaitan langsung dengan kepercayaan publik yang dikonstruksi melalui konten di media sosial.
Selain itu, tren sinisme, krisis, dan pandemi memicu munculnya pemimpin autentik yang ditunjukkan dengan survei yang rendah terhadap lembaga politik juga menjadi kesempatan bagi pemimpin untuk menunjukkan autentisitasnya. Ditambah dengan krisis pandemi Covid-19 justru menjadi kesempatan besar bagi pemimpin untuk menampilkan autentisitas sehingga disebut sebagai pemimpin autentik.
Autentisitas juga juga menjadi tren yang melekat pada para pemimpin lokal yang bersinar dalam kontestasi nasional seperti Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Khofifah Indar Parawansa, dan Ganjar Pranowo. Selain itu, autentisitas juga diidentikkan dengan tren populisme yang menjadi strategi bagi pemimpin politik.
Andika menjelaskan, hasil penelitian disertasi menunjukkan bahwa pemimpin politik mengonstruksi pola autentisitasnya untuk menunjukkan kepada publik mereka bisa berbeda dengan pemimpin autentik lainnya. "Pemimpin autentik mengonstruksi drama politik di media sosial dengan berbagai dialog, klimaks, dan emosi yang dimainkan dengan cara skenario dan spontanitas," kata Andika dalam sidang promosi.
Dengan media sosial, autentisitas bukan saja ditampilkan dalam bentuk kemasan oleh pemimpin politik, tetapi mengandung substansi yang membedakan antara satu pemimpin dengan pemimpin lainnya. Autentisitas bukan suatu ideologi, melainkan suatu strategi yang ditempuh seseorang pemimpin politik di media sosial untuk menunjukkan atau mempresentasikan dirinya. "Meskipun bukan suatu ideologi yang menjadi cara pandang dan pemikiran, autentisitas tetap mengandung nilai dan standar," ujar Andika.
Selain itu, penelitian terhadap akun media sosial Instagram milik Anies, Ganjar, Khofifah, dan Ridwan Kamil juga menunjukkan makna artefak komunikasi pada pemimpin politik itu menunjukkan keunikan dan perbedaan yang menonjol sebagai bukti dan klaim autentisitas pada berbagai narasi, cerita, konten, retorika, kode dan mode di media sosial.
"Autentisitas di media sosial merupakan suatu kontestasi untuk menentukan siapa yang paling autentik karena keempat gubernur tersebut dalam satu level yakni pemimpin provinsi," ungkap Andika.
"Motif pemimpin autentik akan menjadi katalis untuk membangkitkan pengaruh dan menunjukkan otoritasnya. Motif bagi pemimpin autentik juga menjadi justifikasi membenarkan suatu tujuan dalam kepemimpinan," tuturnya.
Selain itu, konstruksi motif autentisitas memperkuat pandangan bahwa pemimpin autentik yang autentik akan selalu melekatkan diri dengan pola tertentu. "Pemimpin autentik menampilkan diri sebagai pembaharu kebijakan yang berdampak langsung kepada masyarakat," paparnya.
Andika memberikan saran publik terutama pengguna media sosial untuk membangun kesadaran kolektif tentang arti penting autentisitas kepemimpinan politik. Masyarakat juga perlunya membangun jaringan kolektif di antara masyarakat dengan pemimpin politik. "Publik juga perlu mewujudkan gerakan kolektif untuk mengawasi pemimpin politik dan mendorong munculnya kepemimpinan autentik," saran Andika.
Bagi pemimpin politik dan pemerintahan, Andika menyatakan penelitiannya memberikan kontribusi tentang pentingnya autentisitas itu mendorong orientasi pemimpin agar bekerja untuk masyarakat. Kemudian, program dan kebijakan juga mengandung autentisitas yang menunjukkan kepemimpinan autentik.
"Autentisitas kepemimpinan politik merupakan konstruksi tentang bagaimana kerja dan kinerja pemimpin tersebut serta mengungkap orientasi dan pendekatan kepemimpinan," papar Andika.
Dia juga menambahkan, media sosial memiliki dampak besar dalam menyampaikan autentisitas pemimpin kepada publik.
(abd)