Profesor ITS Dorong Pemanfaatan AI untuk Pelestarian Naskah Kuno, Seperti Apa Penelitiannya?
loading...
A
A
A
Baca juga: 10 Perguruan Tinggi Islam Swasta Terfavorit di Indonesia, Tak Kalah dengan UIN
Selanjutnya dalam penelitiannya perihal pengenalan aksara Bali, Kepala Laboratorium Komputasi Cerdas dan Visi ini menilai prosesnya cukup menantang karena aksara berada di naskah lontar kuno.
Naskah lontar merupakan dokumen warisan sejarah Bali yang ditulis menggunakan pisau khusus (pengrupak) pada daun lontar kering. Meskipun begitu, Nanik tetap gigih melakukan penelitiannya. Nanik menilai pengaplikasian AI di sini akan memudahkan pelestarian budaya kuno ke depannya.
Nanik menganggap penelitiannya yang berfokus pada bahasa isyarat menjadi yang paling menantang. Hal tersebut dikarenakan dataset yang digunakan untuk AI berbentuk video, sehingga AI bekerja lebih banyak.
Guna menstabilkan kinerja AI, Nanik menggunakan teknik normalisasi Coordinate Recalculation untuk mengurangi variasi koordinat keypoints terhadap frame video, sehingga pengenalan AI lebih stabil terhadap gambar dan lebih akurat.
Di samping banyaknya peran dan manfaat yang diberikan visi komputer dalam AI, tidak lepas juga tantangan di baliknya. Lulusan magister dari Hiroshima University, Jepang ini menerangkan, masalah umumnya terdapat pada dataset yang masih kurang untuk melatih Deep Learning agar AI menyelesaikan tugasnya.
Meskipun begitu, Nanik menilai penelitiannya dapat dikatakan sukses. “Pada ujicoba pengenalan isyarat kata, AI menghasilkan kinerja akurasi tertinggi sebesar 99,90 persen,” tutur Nanik.
Terakhir, anggota Indonesia Artificial Intelligence Society ini melihat teknologi kecerdasan artifisial memberikan banyak hal yang positif.
Selama menjadi dosen di ITS, Nanik bersyukur karena penelitian AI semakin diperdalam seiring waktu. “Semoga melalui penelitian visi komputer saya ini dapat bermanfaat bagi bangsa dan membantu menaikkan kualitas tridharma perguruan tinggi,” pungkasnya penuh harap.
Selanjutnya dalam penelitiannya perihal pengenalan aksara Bali, Kepala Laboratorium Komputasi Cerdas dan Visi ini menilai prosesnya cukup menantang karena aksara berada di naskah lontar kuno.
Naskah lontar merupakan dokumen warisan sejarah Bali yang ditulis menggunakan pisau khusus (pengrupak) pada daun lontar kering. Meskipun begitu, Nanik tetap gigih melakukan penelitiannya. Nanik menilai pengaplikasian AI di sini akan memudahkan pelestarian budaya kuno ke depannya.
Nanik menganggap penelitiannya yang berfokus pada bahasa isyarat menjadi yang paling menantang. Hal tersebut dikarenakan dataset yang digunakan untuk AI berbentuk video, sehingga AI bekerja lebih banyak.
Guna menstabilkan kinerja AI, Nanik menggunakan teknik normalisasi Coordinate Recalculation untuk mengurangi variasi koordinat keypoints terhadap frame video, sehingga pengenalan AI lebih stabil terhadap gambar dan lebih akurat.
Di samping banyaknya peran dan manfaat yang diberikan visi komputer dalam AI, tidak lepas juga tantangan di baliknya. Lulusan magister dari Hiroshima University, Jepang ini menerangkan, masalah umumnya terdapat pada dataset yang masih kurang untuk melatih Deep Learning agar AI menyelesaikan tugasnya.
Meskipun begitu, Nanik menilai penelitiannya dapat dikatakan sukses. “Pada ujicoba pengenalan isyarat kata, AI menghasilkan kinerja akurasi tertinggi sebesar 99,90 persen,” tutur Nanik.
Terakhir, anggota Indonesia Artificial Intelligence Society ini melihat teknologi kecerdasan artifisial memberikan banyak hal yang positif.
Selama menjadi dosen di ITS, Nanik bersyukur karena penelitian AI semakin diperdalam seiring waktu. “Semoga melalui penelitian visi komputer saya ini dapat bermanfaat bagi bangsa dan membantu menaikkan kualitas tridharma perguruan tinggi,” pungkasnya penuh harap.
(nnz)