Perbedaan Sistem Pendidikan Indonesia Vs Jepang, Bagaimana Sistem Kelulusannya?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bicara mengenai negara dengan sistem pendidikan terbaik, Jepang tak luput dari perbincangan. Negara ini memiliki sistem pendidikan yang sangat baik, sehingga mampu mencetak sumber daya manusia berkualitas tinggi.
Diketahui, sumber daya manusia di Jepang terdepan di bidang matematika dan sains.
Pemerintah Jepang berupaya semaksimal mungkin untuk mampu menyediakan pendidikan yang bisa diakses oleh seluruh masyarakat dari berbagai golongan.
Jika dibandingkan dengan Indonesia, ada beberapa perbedaan sistem pendidikan Jepang yang menarik untuk dibahas. Dikutip dari berbagai sumber, berikut ulasannya.
Baca juga: Riwayat Pendidikan Anies Baswedan, Pernah Jadi Rektor Termuda di Usia 38 Tahun
Dilihat dari lamanya waktu sekolah, Jepang dan Indonesia menerapkan sistem yang hampir sama. Masa SD di Jepang adalah 6 tahun. Selanjutnya, SMP dan SMA masing-masing 3 tahun, serta masa kuliah atau perguruan tinggi selama 4 tahun.
Melansir Jurnal Exponential bertajuk ‘Perbandingan Sistem Pendidikan Indonesia dan Sistem Pendidikan Jepang: Memajukan Pendidikan Bangsa’ karya Dwi Hanggoro, hal yang membedakan adalah usia masuk SD bagi siswa.
Di Indonesia, pendidikan dasar hingga menengah dimulai ketika anak berusia 7 sampai 16 tahun. Sementara, pemerintah Jepang menerapkan aturan bahwa usia sekolah adalah 6 hingga 15 tahun.
Dalam mengimplementasikan sistem pembelajaran, sekolah-sekolah di Jepang lebih banyak menggunakan peer learning atau LS (Lesson Study) dengan bantuan tutor sebaya. Lain halnya dengan di Indonesia, yang menggunakan metode saintifik yakni mencoba, mengasosiasi, mengamati, dan bertanya.
Jam belajar siswa di Jepang rupanya juga lebih sedikit dibandingkan dengan Indonesia. Rata-rata waktu belajar di Jepang adalah 30 jam per minggu untuk setiap jenjang pendidikan. Di Indonesia, rata-rata jam belajar untuk siswa SD adalah 36 jam per minggu, SMP selama 38 jam per minggu, dan SMA adalah 44 jam per minggu.
Perbedaan lamanya waktu rata-rata belajar di Jepang dan Indonesia terjadi karena kepadatan mata pelajaran yang diberikan. Masih berpandu pada data yang ada di jurnal tersebut, ada 7 mata pelajaran yang diajarkan ke siswa SD, berkembang menjadi 10 mata pelajaran di SMP, dan lebih dari 11 mata pelajaran untuk siswa SMA.
Di Jepang, setiap sekolah cenderung diberi kebebasan untuk meramu sendiri kurikulum mata pelajaran yang ingin diberikan. Sementara itu, mata pelajaran yang ada berbasis pada standar nasional, seperti bahasa Jepang, sejarah, matematika, keterampilan, dan olahraga.
Baca juga: 10 Peluang Karier Lulusan Radiologi Beserta Gajinya, Cek di Sini
Kerukunan sosial merupakan nilai yang sangat ditekankan bagi siswa di Jepang. Hal itu dimaksudkan agar setiap siswa merasa nyaman saat belajar di sekolah.
Beranjak ke peran guru, Jepang bukan hanya menjadikan guru sebagai fasilitator. Namun, guru wajib menjalankan 3 prinsip mengajar yang sudah ditetapkan, seperti dekiru ko (anak harus bisa), Wakaru ko (anak harus mengerti), dan Tanoshii jugyou (kelas harus menyenangkan).
Di Indonesia, guru juga berperan sebagai fasilitator dengan 5 prinsip pembelajaran pada kurikulum yang terdiversifikasi.
Menurut informasi yang ada di laman Kemdikbud, kelima prinsip tersebut adalah mempertimbangkan tahapan dan capaian peserta didik, membangun kapasitas demi menjadi pembelajar sepanjang hayat, mendukung adanya perkembangan kompetensi dan karakter peserta didik, menerapkan pembelajaran yang berkesinambungan, dan berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan.
Sistem pendidikan antara Indonesia dan Jepang juga berbeda pada ujian akhir sekolah. Jika Indonesia menerapkan UAN (Ujian Akhir Sekolah) di setiap jenjang pendidikan, Jepang tidak melakukan itu.
Pemerintah Jepang meniadakan ujian nasional sebagai penentu kelulusan. Penilaian kelulusan siswa diakumulasi dari nilai-nilai ulangan harian, ujian tengah semester, dan ujian akhir di sekolah.
Ujian berskala nasional justru dilakukan saat ingin memasuki universitas. Ujian nasional masuk universitas di Jepang diselenggarakan dalam dua tahap, yakni secara nasional dan khusus universitas.
Dalam ujian nasional, soal-soal ujian disusun oleh Kementerian Pendidikan Jepang. Setelahnya, calon mahasiswa mengikuti ujian khusus universitas. Skor antara ujian 2 tahap tersebut digabung untuk menentukan keputusan akhir.
Lihat Juga: Universitas LIA-Kanda University of International Studies Perkuat Kemitraan Kerja Sama Internasional
Diketahui, sumber daya manusia di Jepang terdepan di bidang matematika dan sains.
Pemerintah Jepang berupaya semaksimal mungkin untuk mampu menyediakan pendidikan yang bisa diakses oleh seluruh masyarakat dari berbagai golongan.
Jika dibandingkan dengan Indonesia, ada beberapa perbedaan sistem pendidikan Jepang yang menarik untuk dibahas. Dikutip dari berbagai sumber, berikut ulasannya.
Baca juga: Riwayat Pendidikan Anies Baswedan, Pernah Jadi Rektor Termuda di Usia 38 Tahun
Perbedaan Sistem Pendidikan Indonesia Vs Jepang
1. Lama Sekolah
Dilihat dari lamanya waktu sekolah, Jepang dan Indonesia menerapkan sistem yang hampir sama. Masa SD di Jepang adalah 6 tahun. Selanjutnya, SMP dan SMA masing-masing 3 tahun, serta masa kuliah atau perguruan tinggi selama 4 tahun.
Melansir Jurnal Exponential bertajuk ‘Perbandingan Sistem Pendidikan Indonesia dan Sistem Pendidikan Jepang: Memajukan Pendidikan Bangsa’ karya Dwi Hanggoro, hal yang membedakan adalah usia masuk SD bagi siswa.
Di Indonesia, pendidikan dasar hingga menengah dimulai ketika anak berusia 7 sampai 16 tahun. Sementara, pemerintah Jepang menerapkan aturan bahwa usia sekolah adalah 6 hingga 15 tahun.
Dalam mengimplementasikan sistem pembelajaran, sekolah-sekolah di Jepang lebih banyak menggunakan peer learning atau LS (Lesson Study) dengan bantuan tutor sebaya. Lain halnya dengan di Indonesia, yang menggunakan metode saintifik yakni mencoba, mengasosiasi, mengamati, dan bertanya.
Jam belajar siswa di Jepang rupanya juga lebih sedikit dibandingkan dengan Indonesia. Rata-rata waktu belajar di Jepang adalah 30 jam per minggu untuk setiap jenjang pendidikan. Di Indonesia, rata-rata jam belajar untuk siswa SD adalah 36 jam per minggu, SMP selama 38 jam per minggu, dan SMA adalah 44 jam per minggu.
2. Pelajaran
Perbedaan lamanya waktu rata-rata belajar di Jepang dan Indonesia terjadi karena kepadatan mata pelajaran yang diberikan. Masih berpandu pada data yang ada di jurnal tersebut, ada 7 mata pelajaran yang diajarkan ke siswa SD, berkembang menjadi 10 mata pelajaran di SMP, dan lebih dari 11 mata pelajaran untuk siswa SMA.
Di Jepang, setiap sekolah cenderung diberi kebebasan untuk meramu sendiri kurikulum mata pelajaran yang ingin diberikan. Sementara itu, mata pelajaran yang ada berbasis pada standar nasional, seperti bahasa Jepang, sejarah, matematika, keterampilan, dan olahraga.
Baca juga: 10 Peluang Karier Lulusan Radiologi Beserta Gajinya, Cek di Sini
Kerukunan sosial merupakan nilai yang sangat ditekankan bagi siswa di Jepang. Hal itu dimaksudkan agar setiap siswa merasa nyaman saat belajar di sekolah.
3. Peran Guru
Beranjak ke peran guru, Jepang bukan hanya menjadikan guru sebagai fasilitator. Namun, guru wajib menjalankan 3 prinsip mengajar yang sudah ditetapkan, seperti dekiru ko (anak harus bisa), Wakaru ko (anak harus mengerti), dan Tanoshii jugyou (kelas harus menyenangkan).
Di Indonesia, guru juga berperan sebagai fasilitator dengan 5 prinsip pembelajaran pada kurikulum yang terdiversifikasi.
Menurut informasi yang ada di laman Kemdikbud, kelima prinsip tersebut adalah mempertimbangkan tahapan dan capaian peserta didik, membangun kapasitas demi menjadi pembelajar sepanjang hayat, mendukung adanya perkembangan kompetensi dan karakter peserta didik, menerapkan pembelajaran yang berkesinambungan, dan berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan.
4. Penentu Kelulusan
Sistem pendidikan antara Indonesia dan Jepang juga berbeda pada ujian akhir sekolah. Jika Indonesia menerapkan UAN (Ujian Akhir Sekolah) di setiap jenjang pendidikan, Jepang tidak melakukan itu.
Pemerintah Jepang meniadakan ujian nasional sebagai penentu kelulusan. Penilaian kelulusan siswa diakumulasi dari nilai-nilai ulangan harian, ujian tengah semester, dan ujian akhir di sekolah.
Ujian berskala nasional justru dilakukan saat ingin memasuki universitas. Ujian nasional masuk universitas di Jepang diselenggarakan dalam dua tahap, yakni secara nasional dan khusus universitas.
Dalam ujian nasional, soal-soal ujian disusun oleh Kementerian Pendidikan Jepang. Setelahnya, calon mahasiswa mengikuti ujian khusus universitas. Skor antara ujian 2 tahap tersebut digabung untuk menentukan keputusan akhir.
Lihat Juga: Universitas LIA-Kanda University of International Studies Perkuat Kemitraan Kerja Sama Internasional
(nnz)