Mahasiswa UI Ditantang Kembangkan Riset untuk Kedaulatan RI

Kamis, 17 Agustus 2023 - 19:15 WIB
loading...
Mahasiswa UI Ditantang...
Dari kiri ke kanan: Vyan T. Afkar (Moderator), Dr. Dewi Susiloningtyas (Manajer Kemahasiswaan FMIPA UI), Petrus Tjandra, MBA., Prof. Bambang Brodjonegoro (Menristek RI 2019), Prof. Dr. rer. nat. Budiawan (Wakil Dekan I FMIPA UI), Prof. Muhamad Dimyati (Gu
A A A
JAKARTA - Petrus Tjandra menjadi narasumber pada Pengenalan Sistem Akademik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (PSAF FMIPA) di Universitas Indonesia (UI). Acara ini mengusung tema “Peran dan Kontribusi FMIPA UI dalam Pengembangan Riset dan Peningkatan Nilai Sawit Indonesia”.

Menyambut HUT ke-78 RI, di hadapan mahasiswa Petrus Tjandra memaparkan, sandang, pangan dan papan di negara ini masih belum seutuhnya berdaulat. Padahal, seharusnya dimulai dari tangan peneliti-lah kedaulatan dapat diwujudkan dengan dukungan segala sumber daya alam yang ada.

“Besok kita merayakan kemerdekaan negara kita yang ke-78. Tapi hingga saat ini kita belum berdaulat sepenuhnya atas sandang pangan dan papan. Pakaian yang kita pakai berasal dari kapas yang 100 persen impor. Tergantung impor terus mau sampai kapan?," katanya, dalam keterangan resmi, Kamis (17/8/2023).

Ia menjelaskan, dalam kapas berisi selulosa yang diolah menjadi fiber. Dalam satu hektar sawit itu bisa menghasilkan 31 ton biomassa dengan 34 persen di antaranya adalah selulosa.

Baca juga: Kisah Kartika, Anak Penjual Bubur Kacang Ijo Tembus Kedokteran Unair dengan KIP Kuliah

“Sehingga dibuat fiber gampang sekali. Karenanya kita tantang UI berpartisipasi dalam riset yang berguna untuk kepentingan bangsa ini,” tutur alumni UI ini.

Ia juga memaparkan bagaimana kondisi dinamis bangsa untuk menanggulangi ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan masa depan.

“Berbagai persoalan di depan mata perlu solusi segera, agar tidak menimbulkan dampak yang lebih kompleks dan merugikan,” ujar pengusaha kelahiran Lampung.

Tidak hanya itu, terdapat dua potensi energi yang dapat dihasilkan dari kelapa sawit, yaitu Biodiesel dan bensin sawit.

Menurut Petrus Tjandra terkait sawit, Menko Marvest RI Luhut Panjaitan pernah menjelaskan di Davos Swiss beberapa waktu lalu, Indonesia bisa stop penggunaan bahan bakar fosil dan beralih ke BBM sawit di 2045.

Baca juga: HUT ke-78 RI di IPB University, Prof Arif Satria: Mari Kerja Keras, Majukan Bangsa

"Harapan ini harus kita sambut dengan sungguh-sungguh, meski sejak ungkapan Luhut Panjaitan januari lalu, sampai dengan hari ini belum mendapatkan atensi yang berarti dari pemerintah maupun pengusaha terkait, bahkan mendapat kecaman dunia terkait issue deforestasi dan peningkatan emisi gas rumah kaca," ucapnya.

Tapi dalam kalkulasi awal, Petrus Tjandra optimistis, hal ini sangat mungkin bisa diwujudkan.

“Artinya di 2045 akan ada produksi 100 juta ton minyak sawit. Dan nilainya USD100 miliar. Dan 30 persennya untuk bahan pangan. Sehingga, di 2045 kita punya renewable energy. Tapi memang tidak semuanya setuju dengan pemaparan beliau (Luhut,red),” katanya.

Namun, menurut Petrus, yang lebih menantang adalah bagaimana cara mewujudkan program 100 juta ton CPO di tahun 2045 tanpa deforestasi dan peningkatan efek emisi gas rumah kaca.

Dalam hitung-hitungan pengusaha asal Teluk Betung Bandar Lampung ini, jika dirawat dengan sempurna, maka dalam satu hektar lahan bisa menghasilkan 30 hingga 36 ton tandan buah segar. “Tapi yang ada sekarang hanya 9 ton saja,” kata CEO Agro Investama ini.

Hal ini lantaran penanaman, perawatan dan panen tidak sesuai dengan prosedur yang baik. Misalnya, terkait bibit saja, harus mengambil dari pembuat benih agar menghasilkan sawit yang baik.

“Kerap kali saat terdesak kebutuhan maka buah yang masih mentah dipotong. Padahal kadar minyaknya baru 14 persen. Malah takut memetik saat matang karena petani khawatir busuk,” katanya.

Jika perawatan hingga panen dilakukan dengan sempurna saja, maka dalam satu hektare sawit bisa hasilkan 25 ton tandan buah segar sudah sangat baik.

“Misalnya 16 juta hektare lahan sawit saat ini dikali 25 ton tandan buah segar dikali kadar minyak 25 persen maka tercapai 100 juta ton minyak sawit. Bukan tidak mungkin apa yang beliau (Luhut,red) sampaikan terwujud,” kata pria yang mendaftar sebagai senator DPD RI Lampung ini.

Lantas bagaimana agar sawit yang dipetik benar-benar matang dan tidak ada kekhawatiran menjadi busuk ketika dikirim dari petani ke pabrik?

Solusi yang ditawarkan Petrus, pabrik harus lebih dekat dengan kebun. Sehingga memangkas jarak dan efesiensi waktu.

Dari sisi teknologi, pabrik juga harus meninggalkan sistem boiler dan beralih ke metode dry heated atau pengeringan dengan udara panas. Dengan menggunakan metode ini, menurutnya, bisa tidak menambah emisi gas rumah kaca.

Petrus Tjandra menutup pemaparan dengan mengajak para peneliti untuk mengambil peran dalam mewujudkan kedaulatan Republik Indonesia.

“Tapi, kalau saya meyakini para peneliti muda dari Indonesia termasuk dari Universitas Indonesia ini dapat mendukung target produksi 100 juta ton minyak sawit di tahun Indonesia Emas 2045,tanpa deforestasi dan tambahan emisi gas rumah kaca,” tutupnya.

Pada kesempatan yang sama, Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro juga memaparkan bahwa peneliti harus proaktif memublikasikan dan mempresentasikan hasil penelitiannya kepada pengusaha dan pemerintah supaya dapat diterapkan.

“Peneliti harus akrab dengan dunia swasta, seperti bapak Petrus Tjandra tadi, dengan (pelaku) industri, karena kalau kalian sibuk di lab, tapi hasilnya tidak pernah sampai ke industri, maka tidak akan ada orang yang merasakan manfaat dari hasil penelitian kalian (peneliti)” ujar anak bungsu dari rektor ke-6 Universitas Indonesia.

“Kami mahasiswa antusias mengikuti kegiatan ini terutama materi yang disampaikan Pak Petrus interaktif. Bahkan teman-teman yang di luar ruangan juga menyimak,” ujar Alexandra Samantha, mahasiswa FMIPA UI, di Aula Gedung Multidisiplin FMIPA UI pada Rabu (16/8/2023).

Lebih lanjut, Samantha selaku ketua pelaksana mengatakan pada kegiatan Pengenalan Sistem Akademik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (PSAF MIPA UI) bisa bermanfaat dan memberikan kontribusi melalui riset di bidang ilmu pengetahuan dan kelapa sawit.

“Semoga kegiatan hari ini bisa bermanfaat dan diresapi, harapannya kami bisa mencontoh apa yang dilakukan Pak Petrus Tjandra, dan melanjutkan perjalananannya dengan inovasi baru,” tandasnya.
(nnz)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4995 seconds (0.1#10.140)