Siswi MTsN 2 Sawahlunto Ciptakan Alat Sensor Gas Metana Berbasis IoT
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dua siswi Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 2 Kota Sawahlunto membuat alar sensor gas metana berbasis Internet of Things (IoT). Inovasi ini menjadi salah satu finalis Madrasah Young Researcher Supercamp (MYRES) 2023 di Kendari, Sulawesi Tenggara.
Kedua siswi tersebut adalah Bebrina Latif Azzahra dan Raisya Qurrata Aini. "Di Sawahlunto banyak tempat tambang, dan sering terjadi ledakan. Salah satunya, terjadi pada Desember 2022 lalu," kata Bebrina, dikutip dari laman Kemenag, Rabu (6/9/2023).
Sawahlunto, lokasi sekolah mereka yang terletak di Sumatra Barat memang dikenal lama sebagai Kota Tambang karena banyak pertambangan batubara yang beroperasi di kota tersebut.
Namun demikian, di Kota Sawahlunto juga kerap terjadi kecelakaan kerja akibat ledakan gas metan di pertambangan batu bara. Gas ini terbentuk secara alamiah dalam proses pembentukan batubara (coalification). Gas yang keluar tanpa bau, warna, dan mudah terbakar ini kerap tak disadari oleh para pekerja tambang sehingga banyak menimbulkan kecelakaan.
Baca juga: Wakili Indonesia, Santri Malhikdua Brebes Raih Juara 2 Lomba Debat Bahasa Arab di Qatar
“Kami mencari solusi bagaimana saat kadar gas metana terdeteksi melampaui batas akan memberikan peringatan kepada pekerja di tambang sehingga bisa menghindari terjadinya musibah ledakan dan adanya korban jiwa," terangnya.
Sebelumnya sudah ada alat pendeteksi serupa yang digunakan di tambang, akan tetapi, ujar Bebrina, alat tersebut tak terkoneksi melalui ponsel. Penggunaan alat sensor tersebut, tidak semudah ketika menggunakan alat yang terkoneksi langsung ke ponsel yang dapat langsung memberikan peringatan jika terdapat gas metana.
Baca juga: SMAN Unggulan MH Thamrin Antarkan DKI Jakarta Juara Umum OSN 2023
Kedua siswi MTsN 2 Sawahlunto ini pun mengembangkan alat pendeteksi yang bisa langsung tersambung pada ponsel untuk memberikan peringatan. Alat sensor ini berbasis IoT yakni teknologi yang mampu menghubungkan beberapa objek benda dalam hal sensor, piranti chip dan elektronik memalui jaringan internet, jadi penggunaannya sangat tergantung ada tidaknya jaringan internet. Untuk mengatasi keterbatasan internet di dalam tambang batu bara, maka solusi yang dilakukan adalah dengan memasukkan kabel LAN ke dalam tambang.
Kepala MTs 2 Kota Sawahlunto Tatis Arni mengaku sangat mendukung yang dilakukan siswanya. “Hasilnya nanti seperti apa, menang atau kalah tidak mengapa. Terpenting apa yang telah dilakukan ini merupakan prestasi sebab menghasilkan suatu karya yang semoga nantinya bermanfaat, juga menjadi pengalaman dalam berkompetisi,” ungkapnya.
Senada dengan Tatis, guru pembimbing, Seprian Yusril mengaku sangat bangga dengan hasil karya yang dihasilkan peserta didiknya ini. "Walaupun masih dalam tahap pengembangan untuk menyempurnakan alat ini, tapi sudah kita lakukan uji coba langsung di tambang-tambang yang ada di daerah kita," pungkas Seprian.
Kedua siswi tersebut adalah Bebrina Latif Azzahra dan Raisya Qurrata Aini. "Di Sawahlunto banyak tempat tambang, dan sering terjadi ledakan. Salah satunya, terjadi pada Desember 2022 lalu," kata Bebrina, dikutip dari laman Kemenag, Rabu (6/9/2023).
Sawahlunto, lokasi sekolah mereka yang terletak di Sumatra Barat memang dikenal lama sebagai Kota Tambang karena banyak pertambangan batubara yang beroperasi di kota tersebut.
Namun demikian, di Kota Sawahlunto juga kerap terjadi kecelakaan kerja akibat ledakan gas metan di pertambangan batu bara. Gas ini terbentuk secara alamiah dalam proses pembentukan batubara (coalification). Gas yang keluar tanpa bau, warna, dan mudah terbakar ini kerap tak disadari oleh para pekerja tambang sehingga banyak menimbulkan kecelakaan.
Baca juga: Wakili Indonesia, Santri Malhikdua Brebes Raih Juara 2 Lomba Debat Bahasa Arab di Qatar
“Kami mencari solusi bagaimana saat kadar gas metana terdeteksi melampaui batas akan memberikan peringatan kepada pekerja di tambang sehingga bisa menghindari terjadinya musibah ledakan dan adanya korban jiwa," terangnya.
Sebelumnya sudah ada alat pendeteksi serupa yang digunakan di tambang, akan tetapi, ujar Bebrina, alat tersebut tak terkoneksi melalui ponsel. Penggunaan alat sensor tersebut, tidak semudah ketika menggunakan alat yang terkoneksi langsung ke ponsel yang dapat langsung memberikan peringatan jika terdapat gas metana.
Baca juga: SMAN Unggulan MH Thamrin Antarkan DKI Jakarta Juara Umum OSN 2023
Kedua siswi MTsN 2 Sawahlunto ini pun mengembangkan alat pendeteksi yang bisa langsung tersambung pada ponsel untuk memberikan peringatan. Alat sensor ini berbasis IoT yakni teknologi yang mampu menghubungkan beberapa objek benda dalam hal sensor, piranti chip dan elektronik memalui jaringan internet, jadi penggunaannya sangat tergantung ada tidaknya jaringan internet. Untuk mengatasi keterbatasan internet di dalam tambang batu bara, maka solusi yang dilakukan adalah dengan memasukkan kabel LAN ke dalam tambang.
Kepala MTs 2 Kota Sawahlunto Tatis Arni mengaku sangat mendukung yang dilakukan siswanya. “Hasilnya nanti seperti apa, menang atau kalah tidak mengapa. Terpenting apa yang telah dilakukan ini merupakan prestasi sebab menghasilkan suatu karya yang semoga nantinya bermanfaat, juga menjadi pengalaman dalam berkompetisi,” ungkapnya.
Senada dengan Tatis, guru pembimbing, Seprian Yusril mengaku sangat bangga dengan hasil karya yang dihasilkan peserta didiknya ini. "Walaupun masih dalam tahap pengembangan untuk menyempurnakan alat ini, tapi sudah kita lakukan uji coba langsung di tambang-tambang yang ada di daerah kita," pungkas Seprian.
(nnz)