Bertema Merawat Bumi Merawat Kebudayaan, PKN 2023 Usung Visi Budaya dan Alam Berjalan Beriringan

Rabu, 06 September 2023 - 15:25 WIB
loading...
Bertema Merawat Bumi Merawat Kebudayaan, PKN 2023 Usung Visi Budaya dan Alam Berjalan Beriringan
Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2023 mengusung tema Merawat Bumi, Merawat Kebudayaan. PKN 2023 melibatkan berbagai aspek mulai dari lingkungan, pegiat budaya hingga masyarakat. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemenbudristek) Republik Indonesia kembali mengelar Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2023. PKN tahun ini menghadirkan semangat pengenalan praktik baik kebudayaan yang dijadikan dalam serangkaian kegiatan wadah kolektif.

Serangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai aspek mulai dari lingkungan, pegiat budaya hingga masyarakat. Di tahun ini, PKN mengangkat tema “Merawat Bumi, Merawat Kebudayaan” dengan maksud memberikan makna dan relevansi tiap aksi berkesenian dan berkebudayaan yang mana tetap berakar pada nilai budaya dan kearifan lokal.

"Tema ini merupakan sebuah refleksi dari visi kita tentang bagaimana budaya dan alam bisa dan harus berjalan beriringan. Ketika kita berbicara tentang merawat budaya. Kita juga berbicara tentang etos dan nilai yang mengajarkan bangsa ini untuk merawat bumi sebagai satu-satunya rumah kita,” kata Direktur Jenderal Kebudayaan (Dirjenbud), Kemendikbudristek, Hilmar Farid, di Jakarta, Selasa (5/9/2023).

Baca juga:Kuatkan Kebudayaan Nasional, Kominfo dan Kemendikbudristek Gulirkan Gerakan Seniman Masuk Sekolah

Menurut Hilmar, PKN 2023 ini bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga sebuah misi. Misi untuk mengingatkan masyarakat bahwa kebudayaan turut berperan dalam dalam menciptakan masa depan bumi yang berkelanjutan. "Dalam keanekaragaman budaya kita, terdapat solusi dan inovasi lokal yang bisa kita aplikasikan untuk menjaga keberlanjutan lingkungan," ucapnya.

Di sisi lain, menurut Ketua Dewan Kurator PKN 2023, Ade Darmawan,perhelatan PKN 2023 ini akan mengusung filosofi 'Lumbung' yang mana lumbung dikenal dalam kebudayaan masyarakat dan juga keseharian masyarakat Indonesia diartikan dalam nilai lumbung sebagai ruang penyimpanan, domestik dan urun rembuk, serta elemen sosialnya.

"Perwujudan ‘lumbung’ yang digagas oleh para dewan kurator menggambarkan bahwa PKN akan menjadi suatu wadah kolektif dari rangkaian kegiatan yang dirancang, diselenggarakan, dan melibatkan para pelaku seni dan kebudayaan maupun masyarakat umum. "Praktik baik lumbung dalam konteks ini adalah upaya dalam mendukung pemajuan budaya secara kolektif dan kolaboratif secara luas,” imbuhnya.

Ade melanjutkan, lumbung adalah wadah kolektif yanh identik bagi masyarakat Indonesia. Tempat semua sumber daya yang dimiliki oleh berbagai pihak disimpan dan dikelola. Dengan begitu, lumbung menjadi kekuatan pendorong utama dan mendasari kerja kolaborasi untuk memaknai dan mengelola sumber daya, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud.

“Dalam konteks PKN, lumbung bukan sekadar tema, tetapi sebuah cara kerja. Praktik ini mendorong pembagian sumber daya dan kuasa kepada banyak praktik di berbagai lokalitas lain di Indonesia untuk saling belajar, berjejaring dan saling memperkuat antarekosistem,” ujar Ade.

Pelaksanaan PKN terbagi dalam tiga fase, yakni Rawat, Panen, dan Bagi. Tahap puncak sepanjang September-Oktober 2023, di mana seluruh karya dibagikan melalui pameran, tur, perjamuan, pagelaran, konferensi, lokakarya, hingga penerbitan untuk dapat dikonsumsi publik. Puncak acara, pada fase “Bagi,” akan diadakan pada 20-29 Oktober 2023 dengan serangkaian pameran dan acara publik seperti Pasar Ilmu, Bazaar Barter, dan Festival Layar Tancap.
(wyn)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3629 seconds (0.1#10.140)