Menristek Dorong FKUI Cetak Startup Bidang Kesehatan
loading...
A
A
A
DEPOK - Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) memperingati 100 tahun berdirinya Gedung FKUI Kampus Salemba melalui penyelenggaraan serangkaian webinar yang membahas secara lengkap mengenai pendidikan , penelitian, dan pengabdian masyarakat di FKUI.
Dengan berkolaborasi bersama Indonesia Medical Education and Research Institute (IMERI), FKUI menggelar diskusi panel secara daring bertajuk Ide dan Kolaborasi UI dalam Membangun Kemandirian Ketahanan Kesehatan Indonesia (Alkes, Obat-obatan dan Vaksin). (Baca juga: Kampung Net di Gresik, Sediakan 250 Spot Internet Gratis untuk Sekolah Daring )
Para panelis dan pembicara pada peringatan satu abad Gedung FKUI adalah Menristek/Kepala BRIN Prof.Bambang P.S. Brodjonegoro; Menteri Kesehatan Periode 2014-2019/Guru Besar FKUI Prof. Dr. dr. Nila Djuwita Moeloek; Wakil Direktur Riset dan Inovasi IMERI FKUI Prof.Budi Wiweko; Gakeslab Indonesia Drs.Sugihadi, dan moderator Dekan FKUI Prof.Ari Fahrial Syam.
Gedung FKUI kampus Salemba didirikan pada 5 Juli 1920 dan telah satu abad digunakan untuk pendidikan dokter. Gedung dengan desain khas kolonial ini menjadi saksi atas berbagai peristiwa sejarah dan kelahiran tokoh-tokoh penting dalam memperjuangkan kemerdekaan RI.
Menteri Bambang P.S Brodjonegoro mengapresiasi kerja keras FKUI terutama di bidang alat kesehatan dan terapi. Ia menyampaikan dalam pidatonya. Semakin banyak perguruan tinggi yang terlibat menjadi produsen invensi dan inovasi dengan menyesuaikan fakultas yang dimiliki. “Seperti contohnya UI yang memiliki Fakultas Farmasi, praktis telah terlibat berkontribusi pada pengembangan farmasi negeri. Untuk kemajuan dan kemandirian bangsa, maka dibutuhkan kolaborasi lintas ilmu agar dapat memenuhi industri alkes dan obat-obatan di Indonesia,” katanya, Jumat (31/7/2020). (Baca juga: Mendikbud Diminta Cermati 3 Poin Krusial Keberatan Ormas Soal POP )
Dia menyebutkan, fokus riset kesehatan pada Program Riset dan Inovasi Nasional 2020-2024 yaitu Teknologi produksi sediaan obat (berbasis bahan baku alam) dan bahan baku obat dalam negeri untuk penguatan industri farmasi nasional; Alat dan instrumentasi kesehatan produksi dalam negeri; Pengobatan presisi/akurat berbasi genom dan sel punca untuk mengatasi masalah perubahan demografi. “Mahasiswa maupun lulusan FKUI diharapkan menjadi startup di bidang biotek/kesehatan/alat kesehatan guna mempercepat ekosistem kemandirian kesehatan dalam negeri,” tukasnya.
Sementara itu, Budi Wiweko memaparkan topik teknologi digital dan big data dalam penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran. Setelah 100 tahun gedung FKUI berdiri, aspek teknologi untuk inovasi di bidang kesehatan telah dimanfaatkan. Menurutnya, dunia kesehatan dan kedokteran sangat erat kaitannya dengan teknologi. Berbagai platform teknologi dapat menjembatani kedokteran presisi dean pelayanan kesehatan.
Kecerdasan buatan bagi klinisi akan meningkatkan kecepatan dan akurasi interpretasi gambar, bagi fasyankes dapat memperbaiki alur kerja dan mengurangi kemungkinan kesalahan, bagi pasien terutama untuk mengolah data kesehatan dirinya yang sangat bermanfaat bagi aspek promotif dan preventif.
“Teknologi seperti Artificial Intelligence (AI) ataupun big data tidak akan menggantikan dokter, tapi akan mendukung dokter dalam mengolah data kesehatan dan menghasilkan layanan kesehatan yang lebih baik. Penggunaan kecerdasan buatan dalam memetakan potensi genetik biodiversitas Indonesia sebagai obat. IMERI FKUI bersama IPB telah bersama-sama memetakan 4.800 tanaman di Bank Potensi Genetik Tanaman Indonesia sudah dimapping potensi genetiknya untuk ketahanan dan kemandirian bangsa,” katanya.
Dia merekomendasikan, dalam menyiapkan teknologi untuk peningkatan layanan kesehatan, diperlukan dua hal pendukung, yaitu regulasi dan infrastruktur. “Pada regulasi dibutuhkan otoritas data kesehatan Indonesia yang mengatur lalu lintas data kesehatan, sedangkan pada Infrastruktur dibutuhkan platform teknologi (telemedicine) yang disahkan dan digunakan pemerintah,” tambahnya.
Dengan berkolaborasi bersama Indonesia Medical Education and Research Institute (IMERI), FKUI menggelar diskusi panel secara daring bertajuk Ide dan Kolaborasi UI dalam Membangun Kemandirian Ketahanan Kesehatan Indonesia (Alkes, Obat-obatan dan Vaksin). (Baca juga: Kampung Net di Gresik, Sediakan 250 Spot Internet Gratis untuk Sekolah Daring )
Para panelis dan pembicara pada peringatan satu abad Gedung FKUI adalah Menristek/Kepala BRIN Prof.Bambang P.S. Brodjonegoro; Menteri Kesehatan Periode 2014-2019/Guru Besar FKUI Prof. Dr. dr. Nila Djuwita Moeloek; Wakil Direktur Riset dan Inovasi IMERI FKUI Prof.Budi Wiweko; Gakeslab Indonesia Drs.Sugihadi, dan moderator Dekan FKUI Prof.Ari Fahrial Syam.
Gedung FKUI kampus Salemba didirikan pada 5 Juli 1920 dan telah satu abad digunakan untuk pendidikan dokter. Gedung dengan desain khas kolonial ini menjadi saksi atas berbagai peristiwa sejarah dan kelahiran tokoh-tokoh penting dalam memperjuangkan kemerdekaan RI.
Menteri Bambang P.S Brodjonegoro mengapresiasi kerja keras FKUI terutama di bidang alat kesehatan dan terapi. Ia menyampaikan dalam pidatonya. Semakin banyak perguruan tinggi yang terlibat menjadi produsen invensi dan inovasi dengan menyesuaikan fakultas yang dimiliki. “Seperti contohnya UI yang memiliki Fakultas Farmasi, praktis telah terlibat berkontribusi pada pengembangan farmasi negeri. Untuk kemajuan dan kemandirian bangsa, maka dibutuhkan kolaborasi lintas ilmu agar dapat memenuhi industri alkes dan obat-obatan di Indonesia,” katanya, Jumat (31/7/2020). (Baca juga: Mendikbud Diminta Cermati 3 Poin Krusial Keberatan Ormas Soal POP )
Dia menyebutkan, fokus riset kesehatan pada Program Riset dan Inovasi Nasional 2020-2024 yaitu Teknologi produksi sediaan obat (berbasis bahan baku alam) dan bahan baku obat dalam negeri untuk penguatan industri farmasi nasional; Alat dan instrumentasi kesehatan produksi dalam negeri; Pengobatan presisi/akurat berbasi genom dan sel punca untuk mengatasi masalah perubahan demografi. “Mahasiswa maupun lulusan FKUI diharapkan menjadi startup di bidang biotek/kesehatan/alat kesehatan guna mempercepat ekosistem kemandirian kesehatan dalam negeri,” tukasnya.
Sementara itu, Budi Wiweko memaparkan topik teknologi digital dan big data dalam penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran. Setelah 100 tahun gedung FKUI berdiri, aspek teknologi untuk inovasi di bidang kesehatan telah dimanfaatkan. Menurutnya, dunia kesehatan dan kedokteran sangat erat kaitannya dengan teknologi. Berbagai platform teknologi dapat menjembatani kedokteran presisi dean pelayanan kesehatan.
Kecerdasan buatan bagi klinisi akan meningkatkan kecepatan dan akurasi interpretasi gambar, bagi fasyankes dapat memperbaiki alur kerja dan mengurangi kemungkinan kesalahan, bagi pasien terutama untuk mengolah data kesehatan dirinya yang sangat bermanfaat bagi aspek promotif dan preventif.
“Teknologi seperti Artificial Intelligence (AI) ataupun big data tidak akan menggantikan dokter, tapi akan mendukung dokter dalam mengolah data kesehatan dan menghasilkan layanan kesehatan yang lebih baik. Penggunaan kecerdasan buatan dalam memetakan potensi genetik biodiversitas Indonesia sebagai obat. IMERI FKUI bersama IPB telah bersama-sama memetakan 4.800 tanaman di Bank Potensi Genetik Tanaman Indonesia sudah dimapping potensi genetiknya untuk ketahanan dan kemandirian bangsa,” katanya.
Dia merekomendasikan, dalam menyiapkan teknologi untuk peningkatan layanan kesehatan, diperlukan dua hal pendukung, yaitu regulasi dan infrastruktur. “Pada regulasi dibutuhkan otoritas data kesehatan Indonesia yang mengatur lalu lintas data kesehatan, sedangkan pada Infrastruktur dibutuhkan platform teknologi (telemedicine) yang disahkan dan digunakan pemerintah,” tambahnya.