Urai Limbah Jagung, Mahasiswa Unsoed Manfaatkan Bakteri Pendegradasi Selulosa
loading...
A
A
A
PURWOKERTO - Jagung merupakan salah satu komoditas tanaman pangan di Indonesia yang mempunyai nilai strategis dalam pemenuhan swasembada pangan. Selain itu, jagung juga telah digunkaan untuk beragam kebutuhan lain seperti bahan pakan ternak, bahan baku industri, dan pembuatan bioenergi terbarukan.
Potensi pemanfaatan yang besar membuat jangung menjadi salah satu komoditas yang tetap dibudidayakan dalam skala besar hingga saat ini. Salah satu sentra budidaya jagung di Indonesia ada di Kabupaten Banyumas tepatnya di Kecamatan Sumbang.
Meskipun memiliki potensi dan manfaat yang besar, produksi jagung juga tidak lepas dari permasalahan salah satunya adalah dalam pengolahan limbah. Bagi banyak orang limbah jagung dianggap negatif. Limbah jagung adalah hasil sampingan dari tanaman jagung yang umumnya berupa tongkol, kulit, dan batang jagung. Komponen tersebut menjadi limbah karena umumnya petani khusunya di Kecamatan Sumbang hanya menjual jagung dalam bentuk pipilan.
Limbah ini pada umumnya dibakar oleh para petani. Hal ini dapat menyebabkan permasalahan lingkungan karena tidak dapat terbakar dengan sempurna dan dapat menimbulkan polusi udara yang dapat menggangu kesehatan.
Adapun alternatif lain yang dapat dilakukan untuk mengolah limbah jagung adalah dengan melakukan proses pengomposan. Namun, proses pengomposan limbah jagung memerlukan waktu yang lama karena limbah jagung memiliki kandungan selulosa yang tinggi sehingga sulit terurai.
Permasalahan limbah jagung itulah yang melatarbeakangi tim mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Jawa Tengah untuk melakukan penelitian melalui program PKM-RE yang dikeluarkan dan didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Tim ini diketuai oleh Aprilia Fatmawati (A1D021042) dan beranggotakan Ayu Azkiyah (A1D021027), Ahmad Fathan Mafazi (A1D020178), Akas Yusuf Sugito (A1D020101), serta Zulfa Naila Putri M. (A1D021158).
Adapun solusi yang ditawarkan oleh Tim PKM-RE adalah dengan memanfaatkan bakteri pendegradasi selulosa yang didapatkan dari hasil eksplorasi pada limbah jagung. Bakteri yang didapatkan diharapkan mampu mempercepat proses penguraian dalam pengomposan limbah jagung. Dalam proses penelitian tersebut, Tim PKM-RE dibimbing oleh Ida Widiyawati, S.P., M.Si.
Aprilia Fatmawati mengatakan proses penelitian membutuhkan beberapa tahapan mulai dari mengisolasi bakteri, kemudian melakukan identifikasi terhadap bakteri yang didapatkan hingga pengujian potensi degradasi.
Adapaun luaran yang ditargetkan dalam penelitain ini adalah didapatkannya isolat bakteri yang dapat mendegradasi selulosa dari limbah jagung. “Adanya inovasi ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan limbah jagung dengan memanfaatkan potensi bakteri pendegradasi selulosa sebagai dekomposer limbah organik sehingga limbah organik (jagung) cepat terurai,” harapnya seperti dikutip laman resmi Unsoed.
Merujuk pada data statistik yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas pada tahun 2022, diketahui bahwa Kecamatan Sumbang memiliki luas panen tanaman jagung yakni sebesar 1.721,50 ha dengan produktivitas mencapai 11.689 ton.
Hal tersebut menempatkan Kecamatan Sumbang sebagai peringkat pertama dalam produksi jagung di area Kabupaten Banyumas.
Potensi pemanfaatan yang besar membuat jangung menjadi salah satu komoditas yang tetap dibudidayakan dalam skala besar hingga saat ini. Salah satu sentra budidaya jagung di Indonesia ada di Kabupaten Banyumas tepatnya di Kecamatan Sumbang.
Meskipun memiliki potensi dan manfaat yang besar, produksi jagung juga tidak lepas dari permasalahan salah satunya adalah dalam pengolahan limbah. Bagi banyak orang limbah jagung dianggap negatif. Limbah jagung adalah hasil sampingan dari tanaman jagung yang umumnya berupa tongkol, kulit, dan batang jagung. Komponen tersebut menjadi limbah karena umumnya petani khusunya di Kecamatan Sumbang hanya menjual jagung dalam bentuk pipilan.
Limbah ini pada umumnya dibakar oleh para petani. Hal ini dapat menyebabkan permasalahan lingkungan karena tidak dapat terbakar dengan sempurna dan dapat menimbulkan polusi udara yang dapat menggangu kesehatan.
Adapun alternatif lain yang dapat dilakukan untuk mengolah limbah jagung adalah dengan melakukan proses pengomposan. Namun, proses pengomposan limbah jagung memerlukan waktu yang lama karena limbah jagung memiliki kandungan selulosa yang tinggi sehingga sulit terurai.
Permasalahan limbah jagung itulah yang melatarbeakangi tim mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Jawa Tengah untuk melakukan penelitian melalui program PKM-RE yang dikeluarkan dan didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Tim ini diketuai oleh Aprilia Fatmawati (A1D021042) dan beranggotakan Ayu Azkiyah (A1D021027), Ahmad Fathan Mafazi (A1D020178), Akas Yusuf Sugito (A1D020101), serta Zulfa Naila Putri M. (A1D021158).
Adapun solusi yang ditawarkan oleh Tim PKM-RE adalah dengan memanfaatkan bakteri pendegradasi selulosa yang didapatkan dari hasil eksplorasi pada limbah jagung. Bakteri yang didapatkan diharapkan mampu mempercepat proses penguraian dalam pengomposan limbah jagung. Dalam proses penelitian tersebut, Tim PKM-RE dibimbing oleh Ida Widiyawati, S.P., M.Si.
Aprilia Fatmawati mengatakan proses penelitian membutuhkan beberapa tahapan mulai dari mengisolasi bakteri, kemudian melakukan identifikasi terhadap bakteri yang didapatkan hingga pengujian potensi degradasi.
Adapaun luaran yang ditargetkan dalam penelitain ini adalah didapatkannya isolat bakteri yang dapat mendegradasi selulosa dari limbah jagung. “Adanya inovasi ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan limbah jagung dengan memanfaatkan potensi bakteri pendegradasi selulosa sebagai dekomposer limbah organik sehingga limbah organik (jagung) cepat terurai,” harapnya seperti dikutip laman resmi Unsoed.
Merujuk pada data statistik yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas pada tahun 2022, diketahui bahwa Kecamatan Sumbang memiliki luas panen tanaman jagung yakni sebesar 1.721,50 ha dengan produktivitas mencapai 11.689 ton.
Hal tersebut menempatkan Kecamatan Sumbang sebagai peringkat pertama dalam produksi jagung di area Kabupaten Banyumas.
(wyn)