UTA 45 Jakarta Kukuhkan Profesor Farmasi Klinis, Diana Laila Jadi Guru Besar Termuda
loading...
A
A
A
JAKARTA - Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta (UTA’45 Jakarta) mengukuhkan seorang Guru Besar baru bidang Farmasi Klinis yaitu Prof Diana Laila Ramatillah. Orasinya berjudul Peran Farmasis dalam Penelitian Farmasi Klinis dengan Topik Infeksi Pada Pasien dengan Komorbid Penyakit Degeneratif di Era Pandemi Covid-19.
Prof Diana Laila Ramatillah dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Farmasi klinis pada Fakultas Farmasi UTA’45 Jakarta dalam Upacara Pengukuhan dan Orasi Ilmiah Jabatan Guru Besar pada Kamis (21/9/2023). Dia ditetapkan sebagai Guru Besar melalui SK Mendikbudristek RI No. 29021/M/07/2023 tanggal 12 Juni 2023.
Prof Diana menjadi profesor termuda dan menjadi Guru Besar pertama di era kepemimpinan Ketua Dewan Pembina Yayasan Perguruan Tinggi 17 Agustus 1945 Jakarta Dr. Rudyono Darsono.
Perwakilan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah III Jakarta Taufan Setyo mengatakan capaian Prof Diana adalah sebuah prestasi yang membanggakan untuk diri dan institusi. “Hari ini merupakan momen yang penting untuk dirayakan kita semua bagi pencapaian kemajuan dunia akademik,” katanya, melalui siaran pers, Jumat (22/9/2023).
Baca juga: Riwayat Pendidikan Wapres Ma'ruf Amin dan Wury, Kuliah Jurusan Apa?
Dia berharap, capaian profesor ini dapat menginspirasi dan mendorong generasi muda untuk mengembangkan potensi dalam pembangunan bangsa, memiliki peran dan tanggung jawab dalam pembangunan bangsa, dan juga sebagai agent of change dalam dunia pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
“Kontribusinya akan selalu dinanti untuk membangun bangsa yang lebih kuat, cerdas dan berdaya saing. Semoga keberhasilan dan prestasi menjadi motivasi bagi civitas akademik. Semoga tetap bisa menyalakan api semangat dalam kontribusi kemajuan bangsa,” tuturnya.
Dalam pengukuhan ini Prof Diana Laila Ramatillah memberikan Orasi ilmiah berjudul “Peran Farmasis dalam Penelitian Farmasi Klinis dengan Topik Infeksi Pada Pasien dengan Komorbid Penyakit Degeneratif di Era Pandemi Covid-19”.
Seperti dibuktikan bahwa 26% pasien Covid-19 di Jakarta meninggal karena memiliki comorbidities penyakit degenerative. Hubungan yang signifikan ditemukan antara durasi pengobatan dan penyakit penyerta.
Oleh karena itu, perhatian dan waktu yang besar harus diberikan kepada pasien Covid 19 dengan penyakit penyerta untuk menghindari hasil yang tidak diinginkan lebih lanjut, Beberapa jenis komorbid penyakit degenerative di antaranya adalah gagal ginjal, hypertensi, diabetes millitus, dan hypercholesterolemia.
Baca juga: Dorong Dosen Muda, ITB Targetkan 1.000 Publikasi Bereputasi Tinggi
Pada penelitian ini, hampir semua regimen terapi untuk pasien menggunakan kombinasi dengan klorokuin namun yang memiliki survival analysis (ketahanan hidup) yang paling baik adalah kombinasi Favipiravir dan Klorokuin dengan 100 pasiennya sembuh.
Prof Diana menyampaikan bahwa Farmasi atau apoteker yang dulu hanya fokus pada pembuatan obat, sekarang merupakan bagian dari tim kesehatan yang membantu dan meningkatkan quality of life pasien melalui penggunaan obat yang tepat.
Peran Prof Diana dalam aktivitas pendidikan di kampus dirasakan oleh mahasiswa Fakultas Farmasi yang saat ini merupakan alumni apoteker UTA 45 Jakarta, seperti yang diceritakan Valensia tentang kontribusi Prof Diana pada dirinya.
Prof Diana, ujarnya, menjadi penyemangat untuk memotivasinya kembali melanjutkan pendidikan. Dengan motivasi, dia pun dapat mengikuti kompetisi, mendapatkan juara, dan beasiswa dan bisa menjadi bagian dari mahasiswa berprestasi. Selanjutnya mendapatkan kesempatan dalam program pertukaran pelajar Farmasi college.
Valensia menyampaikan bahwa dirinya mendapatkan suasana belajar yang diciptakan dengan sangat nyaman sehingga dirinya dapat bertahan melanjutkan pendidikan.
Rektor UTA’45 Jakarta J Rajes Khana dalam sambutannya menjelaskan, semoga capaian ini dapat memberikan sumbangsih dan kontribusi pada UTA’45 Jakarta dan juga untuk bangsa ini.
Sementara Rudyono Darsono mengharapkan dalam pengukuhan ini, Diana dapat menjadi bagian dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, generasi muda, dan meningkatkan kualitas Pendidikan di Indonesia.
Ketua Yayasan perguruan Tinggi 17 Agustus 1945 Jakarta mengharapkan Bambang Sulistomo Prof Diana dapat terus mengabdi pada almamater UTA’45 Jakarta melalui Tridharma Perguruan Tinggi.
Prof Diana Laila Ramatillah dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Farmasi klinis pada Fakultas Farmasi UTA’45 Jakarta dalam Upacara Pengukuhan dan Orasi Ilmiah Jabatan Guru Besar pada Kamis (21/9/2023). Dia ditetapkan sebagai Guru Besar melalui SK Mendikbudristek RI No. 29021/M/07/2023 tanggal 12 Juni 2023.
Prof Diana menjadi profesor termuda dan menjadi Guru Besar pertama di era kepemimpinan Ketua Dewan Pembina Yayasan Perguruan Tinggi 17 Agustus 1945 Jakarta Dr. Rudyono Darsono.
Perwakilan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah III Jakarta Taufan Setyo mengatakan capaian Prof Diana adalah sebuah prestasi yang membanggakan untuk diri dan institusi. “Hari ini merupakan momen yang penting untuk dirayakan kita semua bagi pencapaian kemajuan dunia akademik,” katanya, melalui siaran pers, Jumat (22/9/2023).
Baca juga: Riwayat Pendidikan Wapres Ma'ruf Amin dan Wury, Kuliah Jurusan Apa?
Dia berharap, capaian profesor ini dapat menginspirasi dan mendorong generasi muda untuk mengembangkan potensi dalam pembangunan bangsa, memiliki peran dan tanggung jawab dalam pembangunan bangsa, dan juga sebagai agent of change dalam dunia pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
“Kontribusinya akan selalu dinanti untuk membangun bangsa yang lebih kuat, cerdas dan berdaya saing. Semoga keberhasilan dan prestasi menjadi motivasi bagi civitas akademik. Semoga tetap bisa menyalakan api semangat dalam kontribusi kemajuan bangsa,” tuturnya.
Dalam pengukuhan ini Prof Diana Laila Ramatillah memberikan Orasi ilmiah berjudul “Peran Farmasis dalam Penelitian Farmasi Klinis dengan Topik Infeksi Pada Pasien dengan Komorbid Penyakit Degeneratif di Era Pandemi Covid-19”.
Seperti dibuktikan bahwa 26% pasien Covid-19 di Jakarta meninggal karena memiliki comorbidities penyakit degenerative. Hubungan yang signifikan ditemukan antara durasi pengobatan dan penyakit penyerta.
Oleh karena itu, perhatian dan waktu yang besar harus diberikan kepada pasien Covid 19 dengan penyakit penyerta untuk menghindari hasil yang tidak diinginkan lebih lanjut, Beberapa jenis komorbid penyakit degenerative di antaranya adalah gagal ginjal, hypertensi, diabetes millitus, dan hypercholesterolemia.
Baca juga: Dorong Dosen Muda, ITB Targetkan 1.000 Publikasi Bereputasi Tinggi
Pada penelitian ini, hampir semua regimen terapi untuk pasien menggunakan kombinasi dengan klorokuin namun yang memiliki survival analysis (ketahanan hidup) yang paling baik adalah kombinasi Favipiravir dan Klorokuin dengan 100 pasiennya sembuh.
Prof Diana menyampaikan bahwa Farmasi atau apoteker yang dulu hanya fokus pada pembuatan obat, sekarang merupakan bagian dari tim kesehatan yang membantu dan meningkatkan quality of life pasien melalui penggunaan obat yang tepat.
Peran Prof Diana dalam aktivitas pendidikan di kampus dirasakan oleh mahasiswa Fakultas Farmasi yang saat ini merupakan alumni apoteker UTA 45 Jakarta, seperti yang diceritakan Valensia tentang kontribusi Prof Diana pada dirinya.
Prof Diana, ujarnya, menjadi penyemangat untuk memotivasinya kembali melanjutkan pendidikan. Dengan motivasi, dia pun dapat mengikuti kompetisi, mendapatkan juara, dan beasiswa dan bisa menjadi bagian dari mahasiswa berprestasi. Selanjutnya mendapatkan kesempatan dalam program pertukaran pelajar Farmasi college.
Valensia menyampaikan bahwa dirinya mendapatkan suasana belajar yang diciptakan dengan sangat nyaman sehingga dirinya dapat bertahan melanjutkan pendidikan.
Rektor UTA’45 Jakarta J Rajes Khana dalam sambutannya menjelaskan, semoga capaian ini dapat memberikan sumbangsih dan kontribusi pada UTA’45 Jakarta dan juga untuk bangsa ini.
Sementara Rudyono Darsono mengharapkan dalam pengukuhan ini, Diana dapat menjadi bagian dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, generasi muda, dan meningkatkan kualitas Pendidikan di Indonesia.
Ketua Yayasan perguruan Tinggi 17 Agustus 1945 Jakarta mengharapkan Bambang Sulistomo Prof Diana dapat terus mengabdi pada almamater UTA’45 Jakarta melalui Tridharma Perguruan Tinggi.
(nnz)