5 Faktor Mengapa Prestasi SDM di Indonesia Masih Kurang Optimal dan Bentuk Komitmen Ganjar Pranowo
loading...
A
A
A
JAKARTA - Prestasi Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan elemen krusial dalam pembangunan ekonomi dan sosial suatu negara. Kualitas SDM sangat berperan dalam menentukan produktivitas, inovasi, dan kemajuan sebuah bangsa.
Walaupun Indonesia memiliki potensi besar dengan populasi yang luas dan beragam, kualitas SDM di Indonesia masih sering dianggap belum mencapai standar yang diharapkan.
Secara ringkas, rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor utama:
Akses Pendidikan yang mencakup rendahnya partisipasi di pendidikan dasar dan menengah, serta kualitas pendidikan yang dinilai rendah. Keterbatasan akses ini terjadi karena kurangnya infrastruktur pendidikan, keterbatasan dana pendidikan, dan kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan.
Baca juga: Beri Kuliah Kebangsaan di UM, Ini Pesan yang Disampaikan Ganjar Pranowo
Terobosan dalam meningkatkan akses pendidikan, seperti program SPP Gratis, menjadi langkah awal yang positif, namun masih dibutuhkan upaya lebih besar dan berkelanjutan untuk mengatasi permasalahan ini.
Dengan meningkatkan akses dan kualitas pendidikan, Indonesia dapat membuka peluang lebih besar bagi pembangunan SDM yang berkualitas, berkontribusi pada perkembangan ekonomi dan sosial yang lebih baik.
Rendahnya tingkat kesehatan tercermin dalam tingginya tingkat kematian ibu dan stunting. Ini disebabkan oleh akses terbatas ke layanan kesehatan, kurangnya pasokan air bersih, dan sanitasi yang memadai, serta kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan.
Peningkatan investasi dalam sektor kesehatan, peningkatan akses ke pelayanan kesehatan berkualitas, dan upaya penyuluhan masyarakat akan perawatan kesehatan yang tepat menjadi kunci untuk memperbaiki kualitas kesehatan masyarakat.
Dengan menjaga kesehatan masyarakat, Indonesia dapat memastikan bahwa SDM-nya memiliki dasar kesehatan yang kuat untuk berkembang secara optimal.
Minimnya peluang kerja dengan tingkat pengangguran yang tinggi dan banyak pekerja di sektor informal dengan upah rendah dan tanpa jaminan sosial. Hal ini dipengaruhi oleh investasi yang kurang, produktivitas yang rendah, dan kurangnya keterampilan yang dimiliki oleh pekerja.
Peningkatan investasi dalam berbagai sektor ekonomi, dukungan untuk sektor usaha kecil dan menengah, serta program pelatihan keterampilan yang terstruktur akan membantu menciptakan peluang kerja yang lebih baik dan meningkatkan taraf hidup pekerja di Indonesia.
Baca juga: Impian Ganjar Pranowo untuk Tingkatkan Kualitas SDM Indonesia Lewat Teaching Industry
Dengan adanya lapangan kerja yang lebih baik, SDM Indonesia dapat lebih produktif dan berkontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi negara.
Minimnya keterlibatan industri dalam pendidikan membuat siswa kesulitan mengembangkan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri. Kolaborasi yang lebih erat antara lembaga pendidikan dan sektor industri, termasuk pelatihan langsung di lingkungan kerja, akan membantu siswa memperoleh wawasan praktis yang diperlukan untuk bersaing di dunia kerja yang semakin kompleks.
Dengan keterlibatan yang kuat dari industri, pendidikan akan lebih relevan dengan kebutuhan pasar kerja, sehingga lulusan akan lebih siap dan kompeten dalam memenuhi tuntutan industri modern.
Kurangnya kebijakan yang mendukung pengembangan SDM mengakibatkan kurangnya koordinasi antara lembaga pemerintah yang terlibat dalam pengembangan SDM dan minimnya alokasi anggaran untuk pendidikan dan pelatihan.
Keterbatasan dalam koordinasi dan alokasi anggaran ini dapat menyebabkan program-program pengembangan SDM menjadi terfragmentasi dan tidak terintegrasi dengan baik, mengurangi efektivitasnya dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
Dengan kebijakan yang mendukung yang kuat, koordinasi yang lebih baik antara berbagai entitas pemerintah, dan alokasi anggaran yang memadai, Indonesia memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas SDM dan menghadapi tantangan-tantangan masa depan.
Calon presiden 2024 Ganjar Pranowo memiliki pengalaman dalam menghadapi peningkatan kualitas SDM saat masih menjabat menjadi gubernur Jawa Tengah. Hal tersebut bisa terlihat dari program dan inisiatif yang dieksekusi olehnya.
Baca juga: Ini Gagasan Ganjar untuk Kesejahteraan Rakyat dan Usaha Wujudkan Indonesia Emas 2045
Yang pertama, SPP Gratis. Selama menjabat sebagai gubernur, Ganjar menggratiskan SPP di seluruh sekolah yang dikelola oleh Pemprov Jateng. Upaya ini dimulai pada tahun 2020 dan berhasil secara signifikan mengurangi tingkat putus sekolah di Jateng. Pada tahun ajaran 2018/2019, terdapat 2.408 siswa yang putus sekolah di jenjang SMA dan setara di Jateng. Namun, pada tahun ajaran 2019/2020, angka tersebut turun menjadi 1.501, dan pada tahun ajaran 2020/2021, hanya ada 172 siswa yang putus sekolah.
Yang kedua, SMKN Jateng. Ganjar mendirikan SMKN Jateng sebagai sekolah vokasi yang menyediakan pendidikan berasrama untuk pelajar dari keluarga miskin. Sejak tahun 2014, tiga SMKN Jateng beroperasi di Kota Semarang, Kabupaten Pati, dan Kabupaten Purbalingga. SMKN Jateng menawarkan asrama dan pendidikan gratis, dan hingga saat ini, telah menghasilkan 1.837 lulusan. Sebagian besar dari mereka, yakni 80 persen, berhasil terserap ke dunia kerja, sedangkan sisanya melanjutkan pendidikan atau memperoleh beasiswa.
Yang ketiga, Sekolah di Wilayah Blank Spot. Pemerintah Provinsi Jateng, di bawah kepemimpinan Ganjar, mendirikan sekolah di wilayah yang belum terjangkau oleh layanan komunikasi seluler. Hal ini mencakup pendirian SMAN Tawangmangu di Kabupaten Karanganyar, SMKN Lumbir di Kabupaten Banyumas, dan SMKN Pangentan di Kabupaten Banjarnegara.
Yang keempat, Sekolah Virtual. Pada tahun 2020, saat Indonesia mengalami pandemi Covid-19, Pemprov Jateng, di bawah kepemimpinan Ganjar, meluncurkan sekolah virtual di SMAN 1 Kemusu (Boyolali) dan SMAN 3 Brebes. Setiap sekolah menampung satu rombongan belajar (rombel) dengan 36 siswa dalam setiap tahun ajaran baru. Pada Mei 2023, peserta didik dari angkatan pertama sekolah virtual ini berhasil menyelesaikan pendidikan mereka.
Inisiatif-inisiatif ini yang telah diterapkan oleh Ganjar Pranowo telah berhasil meningkatkan akses pendidikan, kualitas SDM, dan peluang bagi masyarakat kurang mampu di Jateng.
Walaupun Indonesia memiliki potensi besar dengan populasi yang luas dan beragam, kualitas SDM di Indonesia masih sering dianggap belum mencapai standar yang diharapkan.
Secara ringkas, rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor utama:
1. Akses Pendidikan
Akses Pendidikan yang mencakup rendahnya partisipasi di pendidikan dasar dan menengah, serta kualitas pendidikan yang dinilai rendah. Keterbatasan akses ini terjadi karena kurangnya infrastruktur pendidikan, keterbatasan dana pendidikan, dan kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan.
Baca juga: Beri Kuliah Kebangsaan di UM, Ini Pesan yang Disampaikan Ganjar Pranowo
Terobosan dalam meningkatkan akses pendidikan, seperti program SPP Gratis, menjadi langkah awal yang positif, namun masih dibutuhkan upaya lebih besar dan berkelanjutan untuk mengatasi permasalahan ini.
Dengan meningkatkan akses dan kualitas pendidikan, Indonesia dapat membuka peluang lebih besar bagi pembangunan SDM yang berkualitas, berkontribusi pada perkembangan ekonomi dan sosial yang lebih baik.
2. Rendahnya Tingkat Kesehatan
Rendahnya tingkat kesehatan tercermin dalam tingginya tingkat kematian ibu dan stunting. Ini disebabkan oleh akses terbatas ke layanan kesehatan, kurangnya pasokan air bersih, dan sanitasi yang memadai, serta kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan.
Peningkatan investasi dalam sektor kesehatan, peningkatan akses ke pelayanan kesehatan berkualitas, dan upaya penyuluhan masyarakat akan perawatan kesehatan yang tepat menjadi kunci untuk memperbaiki kualitas kesehatan masyarakat.
Dengan menjaga kesehatan masyarakat, Indonesia dapat memastikan bahwa SDM-nya memiliki dasar kesehatan yang kuat untuk berkembang secara optimal.
3. Minimnya Peluang Kerja
Minimnya peluang kerja dengan tingkat pengangguran yang tinggi dan banyak pekerja di sektor informal dengan upah rendah dan tanpa jaminan sosial. Hal ini dipengaruhi oleh investasi yang kurang, produktivitas yang rendah, dan kurangnya keterampilan yang dimiliki oleh pekerja.
Peningkatan investasi dalam berbagai sektor ekonomi, dukungan untuk sektor usaha kecil dan menengah, serta program pelatihan keterampilan yang terstruktur akan membantu menciptakan peluang kerja yang lebih baik dan meningkatkan taraf hidup pekerja di Indonesia.
Baca juga: Impian Ganjar Pranowo untuk Tingkatkan Kualitas SDM Indonesia Lewat Teaching Industry
Dengan adanya lapangan kerja yang lebih baik, SDM Indonesia dapat lebih produktif dan berkontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi negara.
4. Minimnya Keterlibatan Industri dalam Pendidikan
Minimnya keterlibatan industri dalam pendidikan membuat siswa kesulitan mengembangkan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri. Kolaborasi yang lebih erat antara lembaga pendidikan dan sektor industri, termasuk pelatihan langsung di lingkungan kerja, akan membantu siswa memperoleh wawasan praktis yang diperlukan untuk bersaing di dunia kerja yang semakin kompleks.
Dengan keterlibatan yang kuat dari industri, pendidikan akan lebih relevan dengan kebutuhan pasar kerja, sehingga lulusan akan lebih siap dan kompeten dalam memenuhi tuntutan industri modern.
5. Kurangnya Kebijakan yang Mendukung Pengembangan SDM
Kurangnya kebijakan yang mendukung pengembangan SDM mengakibatkan kurangnya koordinasi antara lembaga pemerintah yang terlibat dalam pengembangan SDM dan minimnya alokasi anggaran untuk pendidikan dan pelatihan.
Keterbatasan dalam koordinasi dan alokasi anggaran ini dapat menyebabkan program-program pengembangan SDM menjadi terfragmentasi dan tidak terintegrasi dengan baik, mengurangi efektivitasnya dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
Dengan kebijakan yang mendukung yang kuat, koordinasi yang lebih baik antara berbagai entitas pemerintah, dan alokasi anggaran yang memadai, Indonesia memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas SDM dan menghadapi tantangan-tantangan masa depan.
Kontribusi Ganjar Pranowo dalam Meningkatkan SDM
Calon presiden 2024 Ganjar Pranowo memiliki pengalaman dalam menghadapi peningkatan kualitas SDM saat masih menjabat menjadi gubernur Jawa Tengah. Hal tersebut bisa terlihat dari program dan inisiatif yang dieksekusi olehnya.
Baca juga: Ini Gagasan Ganjar untuk Kesejahteraan Rakyat dan Usaha Wujudkan Indonesia Emas 2045
Yang pertama, SPP Gratis. Selama menjabat sebagai gubernur, Ganjar menggratiskan SPP di seluruh sekolah yang dikelola oleh Pemprov Jateng. Upaya ini dimulai pada tahun 2020 dan berhasil secara signifikan mengurangi tingkat putus sekolah di Jateng. Pada tahun ajaran 2018/2019, terdapat 2.408 siswa yang putus sekolah di jenjang SMA dan setara di Jateng. Namun, pada tahun ajaran 2019/2020, angka tersebut turun menjadi 1.501, dan pada tahun ajaran 2020/2021, hanya ada 172 siswa yang putus sekolah.
Yang kedua, SMKN Jateng. Ganjar mendirikan SMKN Jateng sebagai sekolah vokasi yang menyediakan pendidikan berasrama untuk pelajar dari keluarga miskin. Sejak tahun 2014, tiga SMKN Jateng beroperasi di Kota Semarang, Kabupaten Pati, dan Kabupaten Purbalingga. SMKN Jateng menawarkan asrama dan pendidikan gratis, dan hingga saat ini, telah menghasilkan 1.837 lulusan. Sebagian besar dari mereka, yakni 80 persen, berhasil terserap ke dunia kerja, sedangkan sisanya melanjutkan pendidikan atau memperoleh beasiswa.
Yang ketiga, Sekolah di Wilayah Blank Spot. Pemerintah Provinsi Jateng, di bawah kepemimpinan Ganjar, mendirikan sekolah di wilayah yang belum terjangkau oleh layanan komunikasi seluler. Hal ini mencakup pendirian SMAN Tawangmangu di Kabupaten Karanganyar, SMKN Lumbir di Kabupaten Banyumas, dan SMKN Pangentan di Kabupaten Banjarnegara.
Yang keempat, Sekolah Virtual. Pada tahun 2020, saat Indonesia mengalami pandemi Covid-19, Pemprov Jateng, di bawah kepemimpinan Ganjar, meluncurkan sekolah virtual di SMAN 1 Kemusu (Boyolali) dan SMAN 3 Brebes. Setiap sekolah menampung satu rombongan belajar (rombel) dengan 36 siswa dalam setiap tahun ajaran baru. Pada Mei 2023, peserta didik dari angkatan pertama sekolah virtual ini berhasil menyelesaikan pendidikan mereka.
Inisiatif-inisiatif ini yang telah diterapkan oleh Ganjar Pranowo telah berhasil meningkatkan akses pendidikan, kualitas SDM, dan peluang bagi masyarakat kurang mampu di Jateng.
(nnz)