Kampus Harus Bangun Ekosistem untuk Jaga Kesehatan Mental Mahasiswa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Plt Dirjen Diktiristek Kemendikbudristek Prof Nizam menilai ekosistem untuk mendukung kesehatan mental mahasiswa perlu dibangun. Hal ini perlu dibangun untuk mencegah depresi hingga kasus bunuh diri yang meningkat di generasi muda.
Nizam mengatakan, sejak diberi amanah menjadi dirjen oleh Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim, dia telah mendorong adanya konsep Kampus Sehat di semua perguruan tinggi. Istilah Kampus Sehat, ujarnya, itu holistik tidak hanya sehat fisik melainkan juga kesehatan psikologis.
Guru Besar UGM ini menuturkan, Kampus Sehat mencakup kesehatan fisik seperti dorongan rajin olahraga, kawasan kampus bebas rokok, dan juga membangun keseimbangan antara aktivitas akademik dan kebugaran mahasiswa.
Baca juga: 3 Perbedaan Profesi Psikolog dan Psikiater, dari Pendidikan hingga Wewenang
Selain itu konsep Kampus Sehat juga meliputi sehat secara intelektual. Nizam menuturkan, para mahasiswa sebagai intelektual muda bisa berinteraksi dengan dosen secara kritis, analitis, bernas yang dikemas dalam diskusi yang baik dan santun.
"Kemudian ada sehat emosional atau sehat psikologis. Kesehatan mental ini sangat esensial dan perlu kita bangun. Ini menjadi tugas bersama baik dari masyarakat kampus dan juga masyarakat luas," ujarnya, pada diskusi Jaga Kesehatan Mental Wujudkan Generasi Tangguh, dalam keterangan resmi, Kamis (2/11/2023).
Diskusi yang diselenggarakan secara luring dan daring inidiselenggarakan PKJN RSJMM bersama Cempaka Study Club dan didukung oleh Meeting.ai.
Mantan dekan fakultas teknik UGM menjelaskan, kesehatan mental dan psikologis itu sendiri dapat ditopang dengan kesehatan fisik, kesehatan intelektual, dan sehat lainnya yang terangkum dalam konsep Kampus Sehat tersebut.
Baca juga: TPN Ganjar Pranowo Bakal Buka Layanan 24 Jam untuk Tangani Kesehatan Mental
Dia menjelaskan, kesehatan jiwa bukan hanya urusan seorang psikolog untuk memberikan bimbingan dan konseling melainkan kebutuhan kita semua dan seluruh civitas akademika di perguruan tinggi.
"Itu menjadi bagian dari pembelajaran secara bersama-sama, menjadi sikap dan perilaku kita, saling peduli, asah asih asuh," ungkap Nizam.
Suasana saling peduli itu, tegasnya, harus dibangun sehingga tidak ada mahasiswa yang mahasiswa yang depresi bahkan bunuh diri. Bahkan tidak hanya mahasiswa, namun sikap saling peduli juga harus diberikan agar dosen pun terjaga kesehatan psikologisnya.
Mengenai regulasi, ujarnya, salah satunya sudah ada PPKS Anti Kekerasan Seksual yang tugasnya juga untuk mencegah praktik bullying dan bentuk kekerasan lain agar kesehatan mental di kampus terjaga.
"Ini perlu kesadaran bersama. Menjadi tugas bersama. Bukan hanya tugas rektor, tugas satgas tapi yang lebih penting lagi adalah masyarakat kampus itu sendiri sadar untuk lebih saling peduli," tegasnya.
Sementara Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr Marzoeki Mahdi (PKJN RSJMM) Nova Riyanti Yusuf menerangkan, merujuk pada data beban kesehatan mental di Indonesia pada 2019 dan 2020, problema kesehatan mental tertinggi adalah migran, depresi, kecemasan, dan skizofrenia.
Sementara data WHO Asia Tenggara, jelasnya, angka kematian karena bunuh diri di semua usia di Indonesia sebanyak 6.544 orang dan di dunia diprediksi mencapai 7.658 kasus.
Terkait dengan upaya pencegahan bunuh diri, ujar Nova, deteksi awal perlu diperkuat. Pihaknya sendiri, ujar Nova, telah mengembangkan standar pelayanan kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan di semua provinsi.
"PKJN RSJMM juga memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat, termasuk juga layanan kepada kaum muda," tambah Nova.
Nova menerangkan, PKJN RSJMM juga akan membuat roadmap tentang pencegahan bunuh diri sekaligus memetakan dan mendata ilang kasus bunuh diri di wilayah pengampuan PKJN RSJMM.
"Kami juga mengaktifkan D'Patens 24 sebagai tempat konseling 24 jam baik melalui telepon dan juga melalui WhatsApp," pungkas Nova.
Nizam mengatakan, sejak diberi amanah menjadi dirjen oleh Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim, dia telah mendorong adanya konsep Kampus Sehat di semua perguruan tinggi. Istilah Kampus Sehat, ujarnya, itu holistik tidak hanya sehat fisik melainkan juga kesehatan psikologis.
Guru Besar UGM ini menuturkan, Kampus Sehat mencakup kesehatan fisik seperti dorongan rajin olahraga, kawasan kampus bebas rokok, dan juga membangun keseimbangan antara aktivitas akademik dan kebugaran mahasiswa.
Baca juga: 3 Perbedaan Profesi Psikolog dan Psikiater, dari Pendidikan hingga Wewenang
Selain itu konsep Kampus Sehat juga meliputi sehat secara intelektual. Nizam menuturkan, para mahasiswa sebagai intelektual muda bisa berinteraksi dengan dosen secara kritis, analitis, bernas yang dikemas dalam diskusi yang baik dan santun.
"Kemudian ada sehat emosional atau sehat psikologis. Kesehatan mental ini sangat esensial dan perlu kita bangun. Ini menjadi tugas bersama baik dari masyarakat kampus dan juga masyarakat luas," ujarnya, pada diskusi Jaga Kesehatan Mental Wujudkan Generasi Tangguh, dalam keterangan resmi, Kamis (2/11/2023).
Diskusi yang diselenggarakan secara luring dan daring inidiselenggarakan PKJN RSJMM bersama Cempaka Study Club dan didukung oleh Meeting.ai.
Mantan dekan fakultas teknik UGM menjelaskan, kesehatan mental dan psikologis itu sendiri dapat ditopang dengan kesehatan fisik, kesehatan intelektual, dan sehat lainnya yang terangkum dalam konsep Kampus Sehat tersebut.
Baca juga: TPN Ganjar Pranowo Bakal Buka Layanan 24 Jam untuk Tangani Kesehatan Mental
Dia menjelaskan, kesehatan jiwa bukan hanya urusan seorang psikolog untuk memberikan bimbingan dan konseling melainkan kebutuhan kita semua dan seluruh civitas akademika di perguruan tinggi.
"Itu menjadi bagian dari pembelajaran secara bersama-sama, menjadi sikap dan perilaku kita, saling peduli, asah asih asuh," ungkap Nizam.
Suasana saling peduli itu, tegasnya, harus dibangun sehingga tidak ada mahasiswa yang mahasiswa yang depresi bahkan bunuh diri. Bahkan tidak hanya mahasiswa, namun sikap saling peduli juga harus diberikan agar dosen pun terjaga kesehatan psikologisnya.
Mengenai regulasi, ujarnya, salah satunya sudah ada PPKS Anti Kekerasan Seksual yang tugasnya juga untuk mencegah praktik bullying dan bentuk kekerasan lain agar kesehatan mental di kampus terjaga.
"Ini perlu kesadaran bersama. Menjadi tugas bersama. Bukan hanya tugas rektor, tugas satgas tapi yang lebih penting lagi adalah masyarakat kampus itu sendiri sadar untuk lebih saling peduli," tegasnya.
Sementara Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr Marzoeki Mahdi (PKJN RSJMM) Nova Riyanti Yusuf menerangkan, merujuk pada data beban kesehatan mental di Indonesia pada 2019 dan 2020, problema kesehatan mental tertinggi adalah migran, depresi, kecemasan, dan skizofrenia.
Sementara data WHO Asia Tenggara, jelasnya, angka kematian karena bunuh diri di semua usia di Indonesia sebanyak 6.544 orang dan di dunia diprediksi mencapai 7.658 kasus.
Terkait dengan upaya pencegahan bunuh diri, ujar Nova, deteksi awal perlu diperkuat. Pihaknya sendiri, ujar Nova, telah mengembangkan standar pelayanan kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan di semua provinsi.
"PKJN RSJMM juga memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat, termasuk juga layanan kepada kaum muda," tambah Nova.
Nova menerangkan, PKJN RSJMM juga akan membuat roadmap tentang pencegahan bunuh diri sekaligus memetakan dan mendata ilang kasus bunuh diri di wilayah pengampuan PKJN RSJMM.
"Kami juga mengaktifkan D'Patens 24 sebagai tempat konseling 24 jam baik melalui telepon dan juga melalui WhatsApp," pungkas Nova.
(nnz)