Sempat Gagal Kuliah, Anak Tukang Pijat Ini Berhasil Diterima di UM dengan KIP-K
loading...
A
A
A
Semangat untuk kuliah juga ditunjukkan dengan nilai IPKnya pada semester 2 mencapai 3,5. Menurut Mitha, bantuan KIP Kuliah yang diterimanya dituntut untuk berprestasi atau setidaknya memiliki nilai-nilai yang baik.
“KIP Kuliah kan menuntut penerimanya untuk memiliki nilai diatas standar minimal, karena itu, agar tetap dapat KIP Kuliah, saya bertekad nilai akhir setiap mata kuliah setidaknya B, jangan sampai C, “ungkapnya.
Mitha juga tertarik ikut program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), salah satunya program pertukaran mahasiswa. Mitha merencanakan untuk mengajukan permohonan agar bisa menjadi peserta program pertukaran mahasiswa.
“Saya ingin mencoba kampus di Universitas Sumatera Utara (USU) karena ada teman dekat saya yang kuliah di sana, “ujarnya.
Ibu Mitha, Siti Arofah, merasa bersyukur dan berbahagia sekali ada anaknya yang bisa sampai ke perguruan tinggi. Sebab di antara saudara dan keluarga besarnya, hanya Mitha yang menikmati bangku perguruan tinggi.
“Mitha memang yang paling ingin sekali kuliah sejak dulu, saya juga mendukungnya walaupun agak ragu dan pesimis karena kondisi ekonomi yang tidak mendukung, saya pernah bertanya pada Mitha “apa nanti ngga minder punya teman yang mampu’,tapi Mitha memang punya semangat yang tinggi dan selalu berpikir positif," jelas Arofah.
Namun, Arofah beruntung, keluarganya yang ikut Program Keluarga Harapan (PKH) membuat Mitha bisa mendapatkan bantuan PIP sejak di SD dan selanjutnya memperoleh KIP Kuliah.
“KIP Kuliah kan menuntut penerimanya untuk memiliki nilai diatas standar minimal, karena itu, agar tetap dapat KIP Kuliah, saya bertekad nilai akhir setiap mata kuliah setidaknya B, jangan sampai C, “ungkapnya.
Mitha juga tertarik ikut program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), salah satunya program pertukaran mahasiswa. Mitha merencanakan untuk mengajukan permohonan agar bisa menjadi peserta program pertukaran mahasiswa.
“Saya ingin mencoba kampus di Universitas Sumatera Utara (USU) karena ada teman dekat saya yang kuliah di sana, “ujarnya.
Ibu Mitha, Siti Arofah, merasa bersyukur dan berbahagia sekali ada anaknya yang bisa sampai ke perguruan tinggi. Sebab di antara saudara dan keluarga besarnya, hanya Mitha yang menikmati bangku perguruan tinggi.
“Mitha memang yang paling ingin sekali kuliah sejak dulu, saya juga mendukungnya walaupun agak ragu dan pesimis karena kondisi ekonomi yang tidak mendukung, saya pernah bertanya pada Mitha “apa nanti ngga minder punya teman yang mampu’,tapi Mitha memang punya semangat yang tinggi dan selalu berpikir positif," jelas Arofah.
Namun, Arofah beruntung, keluarganya yang ikut Program Keluarga Harapan (PKH) membuat Mitha bisa mendapatkan bantuan PIP sejak di SD dan selanjutnya memperoleh KIP Kuliah.
(nnz)