Dinilai Membosankan, Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kampus Perlu Diubah

Selasa, 21 November 2023 - 17:03 WIB
loading...
Dinilai Membosankan,...
Ketua ADOBSI Rohmadi dan Dewan Pakar ADOBSI Prof Endry Boeriswati. Foto/ADOBSI.
A A A
JAKARTA - Pembelajaran mata kuliah Bahasa Indonesia saat ini dinilai membosankan. Metode pembelajarannya pun perlu diubah sehingga metode perkuliahannya tak sebatas ceramah saja dan juga bukan sekadar mengasah kemampuan menulis mahasiswa semata.

Ketua Asosiasi Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia (ADOBSI) Rohmadi mengatakan, berdasarkan penelitian yang dilakukan pihaknya salah satu temuan menarik adalah pembelajaran bahasa Indonesia yang saat ini masuk pada Mata Kuliah Wajib Kurikulum (MKWK) hanya sebatas ceramah.

"Misalnya mahasiswanya ada 100, dosen ceramah di depan namun di belakang (mahasiswa) menggambar atau WA tanpa diperhatikan. Itu yang harus kita ubah," katanya pada diskusi secara daring, dalam keterangan resmi, Selasa (21/11/2023).

Hal ini pula yang dikeluhkan peserta seminar ADOBSI di Solo. Dari 128 perwakilan dari 34 provinsi rata-rata menyatakan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia di perguruan tinggi membosankan karean dari dulu sampai saat ini itu-itu saja yaitu mengajarkan tata tulis dalam menulis skripsi seperti membuat kutipan, citasi, daftar pustaka yang mana saat ini hal seperti sudah bisa dikerjakan oleh AI misalnya Mendeley.

Baca juga: 10 Contoh Soal Teks Fiksi untuk Siswa Kelas 6 SD, Membangun Imajinasi

Di samping itu, tambahnya, banyak kampus yang tidak memiliki dosen tetap pengampu mata kuliah MKWK sehingga seolah-olah mata kuliah MKWK adalah tamu di rumah sendiri.

Dia mengatakan, agar pembelajaran bahasa Indonesia di perkuliahan tidak lagi menjenuhkan dan membosankan pihaknya pun akan berkoordinasi dengan koordinator MKWK di masing-masing kampus untuk dilakukan pembenahan.

Menurutnya, yang pertama yang harus dilatih adalah para dosen bahasa Indonesia untuk berubah mindsetnya bahwa tipe mahasiswa saat ini berbeda. Dosen, jelasnya, harus bisa menyampaikan materi berbasis kebutuhan era generasi Z dan era digital.

Kemudian teknik pembelajarannya juga harus berbasis projek atau berbasis masalah sehingga metode pembelajarannya dikemas dengan baik, bukan sekedar ceramah melainkan mahasiswa pun bisa berinteraksi dengan dosen.

Baca juga: 7 Contoh Teks Sejarah Pribadi Singkat Beserta Strukturnya

Kemudian dosen-dosen harus memiliki kompetensi sebagai entertain yakni bagaimana membuka ruang komunikasi yang baik atau memiliki strategi menyampaikan yang efektif sehingga pembelajaran bahasa Indonesia pun bisa disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa.

"Itu peran ADOBSI yang akan kita perkuat dan berkoordinasi dengan kampus untuk mencoba melakukan pembenahan secara bertahap," imbuhnya.

Dia menjelaskan, ADOBSI akan segera melakukan pilot project dengan mengundang para dosen MKWK sebagai langkah awal menguatkan kompetensi dosen sehingga dengan metode pembelajaran yang baik dan menyenangkan maka dosen bahasa Indonesia itu pun akan disenangi oleh para mahasiswanya.

Dewan Pakar ADOBSI Prof Endry Boeriswati menambahkan, saat ini mata kuliah bahasa Indonesia di perguruan tinggi mempunyai bobot 2 Satuan Kredit Semester (SKS) yang dinilainya sudah cukup baik. Akan tetapi dia mengatakan, model dan konten pembelajarannya harus disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa saat ini.

Ketua Program Studi Doktor Linguistik Terapan Universitas Negeri Jakarta ini menambahkan, mahasiswa pun perlu diperkuat kemampuan dalam penyampaian atau presentasi dari tugas akhir yang dibuatnya. Apalagi saat ini pemerintah membuka kebijakan bahwa tugas akhir tidak hanya skripsi melainkan bisa proyek, prototipe, maupun sejenisnya.

Sementara Dewan Pertimbangan ADOBSI Prof Fathiaty Murtadho menambahkan, pihaknya tak hanya mengembangkan konten pembelajaran bahasa Indonesia melainkan juga pada perubahan pola pikir para dosen.

Hal ini penting, ujarnya, sebab pihaknya melihat saat ini pembelajaran bahasa Indonesia kurang mengikuti perkembangan fungsi-fungsi pembelajaran bahasa sehingga pendekatan pembelajaran Bahasa Indonesia perlu diubah.

"Kita tidak hanya membelajarkan Bahasa Indonesia sebagai pembelajaran yang hanya kepentingannya untuk menulis tetapi juga untuk kepentingan-kepentingan sosial lainnya," pungkas Guru Besar UNJ ini.
(nnz)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1879 seconds (0.1#10.140)