Kisah Guru Galih, Peraih Beasiswa LPDP ke Kampus Top Dunia di Inggris

Selasa, 28 November 2023 - 12:53 WIB
loading...
Kisah Guru Galih, Peraih Beasiswa LPDP ke Kampus Top Dunia di Inggris
Galih Sulistyaningra adalah guru SD yang sukses tembus beasiswa LPDP ke UCL Inggris. Foto.LPDP.
A A A
JAKARTA - Galih Sulistyaningra adalah guru SD yang sukses tembus beasiswa LPDP ke UCL Inggris. Galih tumbuh dan besar di keluarga pendidik yang awalnya enggan untuk menjadi seorang guru.

Galih saat ini mengajar di SD Petojo Utara, Jakarta Pusat. Dia alumnus sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas negeri Jakarta. Selepas sarjana, ia mendaftar beasiswa LPDP dan diterima di University College of London (UCL) bidang Education Planning, Economics, and International Development pada 2019 lalu.

UCL sendiri adalah salah satu kampus top dunia di Inggris. Berdasarkan QS World University Ranking 2023, UCL berada di urutan nomor sembilan dari kampus terbaik dunia. Kebetulan pula Galih menjadi perempuan asal Indonesia pertama di jurusan yang dipilihnya.

Setahun tamat mengenyam ilmu, Galih pulang ke Indonesia dan kini menjadi guru di SD Petojo Utara, Jakarta Pusat. Bukan tanpa alasan dan tujuan yang membuat Galih memutuskan melanjutkan studi di Inggris. Melihat timpangnya kualitas pendidikan, literasi, dan pedagogi kritis telah menjadi pergumulan yang mendorongnya untuk ingin menimba ilmu kembali.

Baca juga: Kisah Arip Muttaqien, Alumni Generasi Pertama Beasiswa LPDP Kini Berkarier di Sekretariat ASEAN

“Saya disadarkan kalau ternyata kita itu selama belajar di sekolah ada satu gaya belajar yang seharusnya tidak dilakukan. Mungkin ini jadi salah satu dosa besar para pendidik di zaman dulu gitu ya,” ujarnya, dikutip dari laman LPDP, Selasa (28/11/2023).

Lingkungan Keluarga Guru Namun Awalnya Enggan Menjadi Guru


Mulai orang tua, tante, paman, dan semua keluarga Galih berprofesi sebagai guru maka tak heran keluarga besarnya pun menginginkan dia untuk menjadi guru.

Namun awalnya Galih tak tertarik untuk menjadi pahlawan tanpa tanda jasa itu karena ingin memilih jalan berbeda dari profesi yang diemban keluarganya yang lain.

Namun jalan hidupnya justru terus mendekat ke dunia pendidikan. Hingga akhirnya Galih memulai debut pekerjaannya sebagai pendidik saat bergabung di lembaga pendidikan yang menekuni bidang STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics).

Saat itu Galih bergabung ketika sedang menunggu jadwal wisuda di UNJ. Di sana Galih menangani anak-anak yang mahir berbahasa Inggris dengan kurikulum berstandar Amerika Serikat. Mereka berlatar dari ekonomi kelas menengah atas. Dari pengalamannya mengajar di sejumlah sekolah-sekolah elit taraf internasional Jakarta inilah yang justru memunculkan keresahannya atas timpangnya kualitas pendidikan anak-anak lain yang tak mendapat akses setara.

Galih kemudian berkomitmen mendalami perencanaan dan kebijakan terkait pendidikan yang menurutnya dapat bermuara tidak hanya pada perkembangan anak didik, tetapi juga laju pertumbuhan ekonomi negara. Keinginannya untuk mengambil studi S-2 pun mekar di sini.

Keinginannya untuk melanjutkan pendidikan S-2 ke luar negeri bahkan sempat disebut sebagai mimpi yang ketinggian. “Sarjana pendidikan ya ngajar di sekolah. Jadi guru PNS!” begitulah Galih menirukan tanggapan keluarganya sendiri. Galih mafhum dengan anggapan tersebut dan justru membuktikan bahwa menjadi guru SD sekalipun dibutuhkan bekal pengetahuan yang banyak sekali.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1911 seconds (0.1#10.140)