Minat Baca Siswa Tinggi tapi Literasi Rendah, Kemendikbudristek Ungkap Masalahnya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mencatat satu dari dua peserta didik jenjang SD sampai SMA belum mencapai kompetensi minimum literasi berdasarkan hasil Asesmen Nasional (AN) tahun 2021.
Pasalnya, 51% anak-anak Indonesia belum bisa dikatakan secara literal dan numeral membaca. Yang berarti, anak-anak tersebut belum bisa memahami teks tersirat dan tersurat atau belum mampu memahami bacaan.
Lantas di mana letak masalahnya? Untuk menjawab tantangan itu, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek Aminudin Aziz mengatakan pihaknya lantas melakukan beberapa inisiatif demi meningkatkan literasi siswa. Salah satunya dengan melakukan riset untuk mencari solusi persoalan tersebut.
"Hasil temuan kami, minat baca anak-anak kita sangat tinggi. Yang jadi persoalan itu buku yang menarik sesuai minat anak untuk dibaca. Itu yang tidak ada," ujarnya dalam acara Penyerahan Buku Bacaan Bermutu Kolaborasi Kemendikbudristek-Tanoto Foundation di SDN 018 Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Senin (27/11/2023).
Berdasarkan data itu, Kemendikbudristek lalu membuat diskusi dengan lintas unit. Aminudin melanjutkan pihaknya akhirnya sampai pada kesimpulan harus melakukan sesuatu.
"Sesuatu itu apa? Kita harus berani melakukan revolusi menyusun buku bacaan baru yang disusun berdasarkan perspektif keperluan dan ketertarikan anak. Bukan buku yang akan harus dijejalkan oleh orang tua kepada anak yang menurut orang tua buku ini bagus untuk dibaca, tapi kata anak-anak ‘bagi kami enggak menarik’," tuturnya.
Namun sayangnya, lanjut Aminudin, pihaknya terbentur anggaran. Jumlah anggaran yang dimiliki Kemendikbudristek belum bisa menjangkau kepada seluruh sekolah yang yang sangat memerlukan buku bacaan bermutu.
"Jadi walaupun hitungannya sudah ratusan miliar. Tetap saja, karena sekolah kita banyak itu ya dari Sabang sampai Merauke ini banyak sekali sekolah itu. Nah kami baru bisa tahun lalu itu mencetak sekitar 15,4 juta yang kemudian dibagikan ke sekitar ke sekitar 20.000 PAUD dan Sekolah Dasar," jelasnya.
Aminudin menuturkan untuk tahun 2024, Kemendikbudristek menargetkan mencetak sekitar 21 juta eksemplar buku bacaan bermutu untuk sekitar 30.000 ribu sekolah.
"Nah, tahun depan kami juga akan mencetak buku dengan kualitas yang sama, judul-judulnya relatif sama, ada penambahan bahkan gitu, dengan jumlah yang lebih besar, Insya Allah. Ini apa? Bentuk komitmen pemerintah untuk menyediakan buku bacaan bermutu itu," paparnya.
Upaya lainnya yang dilakukan Kemendikbudristek adalah mengajak berbagai pihak untuk gotong royong meningkatkan literasi. Mulai dari akademisi, penggiat literasi, kepala sekolah, guru, hingga filantropi.
Salah satunya adalah Tanoto Foundation, organisasi filantropi independen di bidang pendidikan yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada tahun 1981. Melalui program PINTAR, Tanoto Foundation berupaya meningkatkan kualitas guru dan kepala sekolah melalui inovasi-inovasi pembelajaran, serta dukungan terhadap program prioritas pemerintah di bidang pendidikan.
"Program di Kutai Kartanegara, Paser, dan Kutai Barat ini merupakan program koloborasi pemerintah dengan pusat, Kemendibukristek dengan Tanoto Foundation. Untuk memperluas jaringan pemanfaatan buku bacaan bermutu yang selama ini baru bisa kita siapkan di sekolah-sekolah daerah 3T," terangya.
"Kami berharap tentu saja ini bisa menjadi salah satu model kolaborasi, gotong royong antara pemerintah dengan mitra pembangunan," sambungnya.
Di tempat yang sama, Direktur Pendidikan Dasar Tanoto Foundation Margaretha Ari Widowati mengatakan mengatakan bahwa masa depan pendidikan Indonesia adalah tanggung jawab bersama. Karena itu, Tanoto Foundation sangat senang bisa berkolaborasi dengan Kemendikbudristek.
“Sesuai dengan mandat dari pendiri kami, Bapak Sukanto Tanoto dan Ibu Tinah Bingei Tanoto, Tanoto Foundation berkomitmen penuh mendukung pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan termasuk literasi di dalamnya,” ujar Ari.
Melalui kerja sama ini, Tanoto Foundation bersama Kemendikbudristek menyebarkan 156 judul buku dengan total 76.752 buku di 12 kabupaten yaitu, Asahan, Karo, Kendal, Tegal, Kutai Barat, Kutai Kartanegara, Paser, Tebo, Batanghari, Muaro Jambi, Siak, dan Kampar.
"Kami dengan cepat merespons Kemendikbudristek berpartisipasi, bergotong royong untuk menghadirkan buku bacaan bermutu. Tidak hanya pemerintah pusat, kami juga mendukung pemda untuk pendidikan berkualitas lewat pelatihan para guru. Semoga upaya bersama ini terus menciptakan dampak positif dalam meningkatkan kemampuan literasi anak-anak Indonesia,” jelas Ari.
Selain dihadiri Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek Aminudin Aziz dan Direktur Program Pendidikan Dasar Tanoto Foundation, acara ini juga dihadiri Direktur Sekolah Dasar Kemendikbudristek Muhammad Hasbi, serta Bupati Kukar yang diwakili oleh Kabid Sekolah Dasar Disdikbud Akhmad Nur Khalis.
Secara simbolis, mereka menyerahkan buku kepada tiga kepala sekolah yaitu Kepala Sekolah SDN 018 Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara, Kepala Sekolah SDN 024 Paser Balengkong Kabupaten Paser, dan Kepala Sekolah SDN 015 Barong Tongkok Kabuparten Kutai Barat sebagai tanda dimulainya penyaluran buku bacaan berkualitas.
Selain itu, dalam kesempatan ini diberikan pelatihan untuk guru mempelajari tentang pemanfaatan buku untuk menumbuhkan minat baca siswa serta penggunaannya dalam pembelajaran. Pelatihan diikuti oleh 9 kepala sekolah dan 19 guru dari sekolah-sekolah di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Pasalnya, 51% anak-anak Indonesia belum bisa dikatakan secara literal dan numeral membaca. Yang berarti, anak-anak tersebut belum bisa memahami teks tersirat dan tersurat atau belum mampu memahami bacaan.
Baca Juga
Lantas di mana letak masalahnya? Untuk menjawab tantangan itu, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek Aminudin Aziz mengatakan pihaknya lantas melakukan beberapa inisiatif demi meningkatkan literasi siswa. Salah satunya dengan melakukan riset untuk mencari solusi persoalan tersebut.
"Hasil temuan kami, minat baca anak-anak kita sangat tinggi. Yang jadi persoalan itu buku yang menarik sesuai minat anak untuk dibaca. Itu yang tidak ada," ujarnya dalam acara Penyerahan Buku Bacaan Bermutu Kolaborasi Kemendikbudristek-Tanoto Foundation di SDN 018 Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Senin (27/11/2023).
Berdasarkan data itu, Kemendikbudristek lalu membuat diskusi dengan lintas unit. Aminudin melanjutkan pihaknya akhirnya sampai pada kesimpulan harus melakukan sesuatu.
"Sesuatu itu apa? Kita harus berani melakukan revolusi menyusun buku bacaan baru yang disusun berdasarkan perspektif keperluan dan ketertarikan anak. Bukan buku yang akan harus dijejalkan oleh orang tua kepada anak yang menurut orang tua buku ini bagus untuk dibaca, tapi kata anak-anak ‘bagi kami enggak menarik’," tuturnya.
Namun sayangnya, lanjut Aminudin, pihaknya terbentur anggaran. Jumlah anggaran yang dimiliki Kemendikbudristek belum bisa menjangkau kepada seluruh sekolah yang yang sangat memerlukan buku bacaan bermutu.
"Jadi walaupun hitungannya sudah ratusan miliar. Tetap saja, karena sekolah kita banyak itu ya dari Sabang sampai Merauke ini banyak sekali sekolah itu. Nah kami baru bisa tahun lalu itu mencetak sekitar 15,4 juta yang kemudian dibagikan ke sekitar ke sekitar 20.000 PAUD dan Sekolah Dasar," jelasnya.
Aminudin menuturkan untuk tahun 2024, Kemendikbudristek menargetkan mencetak sekitar 21 juta eksemplar buku bacaan bermutu untuk sekitar 30.000 ribu sekolah.
"Nah, tahun depan kami juga akan mencetak buku dengan kualitas yang sama, judul-judulnya relatif sama, ada penambahan bahkan gitu, dengan jumlah yang lebih besar, Insya Allah. Ini apa? Bentuk komitmen pemerintah untuk menyediakan buku bacaan bermutu itu," paparnya.
Upaya lainnya yang dilakukan Kemendikbudristek adalah mengajak berbagai pihak untuk gotong royong meningkatkan literasi. Mulai dari akademisi, penggiat literasi, kepala sekolah, guru, hingga filantropi.
Salah satunya adalah Tanoto Foundation, organisasi filantropi independen di bidang pendidikan yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada tahun 1981. Melalui program PINTAR, Tanoto Foundation berupaya meningkatkan kualitas guru dan kepala sekolah melalui inovasi-inovasi pembelajaran, serta dukungan terhadap program prioritas pemerintah di bidang pendidikan.
"Program di Kutai Kartanegara, Paser, dan Kutai Barat ini merupakan program koloborasi pemerintah dengan pusat, Kemendibukristek dengan Tanoto Foundation. Untuk memperluas jaringan pemanfaatan buku bacaan bermutu yang selama ini baru bisa kita siapkan di sekolah-sekolah daerah 3T," terangya.
"Kami berharap tentu saja ini bisa menjadi salah satu model kolaborasi, gotong royong antara pemerintah dengan mitra pembangunan," sambungnya.
Di tempat yang sama, Direktur Pendidikan Dasar Tanoto Foundation Margaretha Ari Widowati mengatakan mengatakan bahwa masa depan pendidikan Indonesia adalah tanggung jawab bersama. Karena itu, Tanoto Foundation sangat senang bisa berkolaborasi dengan Kemendikbudristek.
“Sesuai dengan mandat dari pendiri kami, Bapak Sukanto Tanoto dan Ibu Tinah Bingei Tanoto, Tanoto Foundation berkomitmen penuh mendukung pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan termasuk literasi di dalamnya,” ujar Ari.
Melalui kerja sama ini, Tanoto Foundation bersama Kemendikbudristek menyebarkan 156 judul buku dengan total 76.752 buku di 12 kabupaten yaitu, Asahan, Karo, Kendal, Tegal, Kutai Barat, Kutai Kartanegara, Paser, Tebo, Batanghari, Muaro Jambi, Siak, dan Kampar.
"Kami dengan cepat merespons Kemendikbudristek berpartisipasi, bergotong royong untuk menghadirkan buku bacaan bermutu. Tidak hanya pemerintah pusat, kami juga mendukung pemda untuk pendidikan berkualitas lewat pelatihan para guru. Semoga upaya bersama ini terus menciptakan dampak positif dalam meningkatkan kemampuan literasi anak-anak Indonesia,” jelas Ari.
Selain dihadiri Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek Aminudin Aziz dan Direktur Program Pendidikan Dasar Tanoto Foundation, acara ini juga dihadiri Direktur Sekolah Dasar Kemendikbudristek Muhammad Hasbi, serta Bupati Kukar yang diwakili oleh Kabid Sekolah Dasar Disdikbud Akhmad Nur Khalis.
Secara simbolis, mereka menyerahkan buku kepada tiga kepala sekolah yaitu Kepala Sekolah SDN 018 Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara, Kepala Sekolah SDN 024 Paser Balengkong Kabupaten Paser, dan Kepala Sekolah SDN 015 Barong Tongkok Kabuparten Kutai Barat sebagai tanda dimulainya penyaluran buku bacaan berkualitas.
Selain itu, dalam kesempatan ini diberikan pelatihan untuk guru mempelajari tentang pemanfaatan buku untuk menumbuhkan minat baca siswa serta penggunaannya dalam pembelajaran. Pelatihan diikuti oleh 9 kepala sekolah dan 19 guru dari sekolah-sekolah di Kabupaten Kutai Kartanegara.
(kri)