Cerita Zizi, Wisudawan Termuda ITB Berusia 19 Tahun dari Jurusan Teknik Mesin
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wisuda Pertama ITB 2023 menobatkan Zivanka Nafisa Wongkaren sebagai wisudawan termuda berusia 19 tahun 1 bulan. Zivanka atau akrab dipanggil Zizi adalah lulusan program studi Internasional Teknik Mesin .
Zizi merupakan lulusan program kelas akselerasi sebelum memasuki bangku perguruan tinggi. Maka tidak heran jika sebayanya menamatkan sekolah dasar (SD) 7 tahun namun Zizi hanya selama 5 tahun saja selanjutnya SMP dan SMA berhasil Zizi tuntaskan dalam kurun waktu 2 tahun.
Baca juga: Perjalanan Sheila, Lulusan Teknik Industri Undip Mahasiswa Berprestasi Peraih IPK 3,73
Selain karena memiliki kecerdasan akademik yang tinggi dan berhasil masuk akselarasi, Zizi juga mempunyai minat terhadap kerajinan origami dan menyusun mainan lego. Tak ayal Zizi pun semakin terdorong untuk membuat inovasi dan kreasi.
Seiring dengan berjalannya waktu, Zizi mengaku ingin semakin menyelami dunia robotika dan mekatronika. Hal inilah yang melatarbelakangi dirinya yang mendaftar ke jurusan Teknik Mesin di Institut Teknologi Bandung (ITB) yang biasanya tak disenangi kaum hawa. Zizi ingin berkreasi membuat robot sesuai dengan imajinasinya.
“Berbekal ilmu tersebut, aku membayangkan akan bisa membuat barang apapun yang ada di benakku. Tentunya pada usia 14 tahun, prospek pekerjaan bukanlah pertimbangan utama bagi aku. Namun, akhirnya aku menjatuhkan pilihan untuk menekuni Teknik Mesin karena bidang ini memberikan wawasan bermanfaat tentang sistem mekanika,” ujarnya, dikutip dari laman ITB, Rabu (29/11/2023).
Berkolaborasi dengan Laboratorium Dinamika Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB dengan Pusat Riset Mekatronika Cerdas LIPI Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dia membuat tugas akhir suatu riset tentang implementasi Deep Reinforcement Learning (DRL) dalam parkir lurus mundur yang diajukan untuk kendaraan otonom.
Zizi sangat antusiasi dengan risetnya karena bisa belajar banyak hal mengenai kecerdasan buatan dan reinforcement learning dalam berbagai teknis. Dia juga mengapresiasi para dosen yang telah menjadikan mahasiswa sebagai kolega yang berpengetahuan dan profesional saat tugas akhir.
Baca juga: Marchelin Tulang Punggung Keluarga dari Papua Persembahkan Kelulusannya untuk Mendiang Orang Tua
“Tugas utama aku melakukan kajian riset-riset terdahulu tentang DRL lalu mencoba memodifikasi dan mengimplementasikannya. Metode itu diterapkan ke dalam lingkungan virtual yang dipakai untuk simulasi parkir dengan ketentuan khusus,” ujarnya.
Meski demikian, Zizi juga kerap merasa tidak percaya diri sekaligus juga kagum dengan kepandaian rekan-rekan sekelasnya atau yang disebut impostor syndrome. Selain itu, Zizi pun mengaku terkejut dengan sistem dan dinamika perkuliahan di kampus yang dipimpin Prof Reini Wirahadikusumah ini yang dinilainya cukup berat.
Tetapi beranjak semester 5 Zizi mulai terbiasa dengan beban kuliah dan dapat membagi waktunya dengan baik. Zizi juga bisa belajar untuk fokus membandingkan diri sendiri dengan dirinya di masa lalu alih-alih dengan orang lain.
“Aku orang yang cukup kompetitif. Pikiran yang aku tanamkan adalah, jika temanku bisa, aku juga harus bisa. Aku mau mencurahkan tenaga dan pikiran untuk menjadi peneliti. Saat menerima materi, aku mengenyahkan pikiran jika mata kuliah yang dipelajari susah. Aku ubah mindset-nya jika teori di mata kuliah itu bisa diimplementasikan saat aku membuat robot. Aku jadi lebih fokus mengasah skill, bukan semata mencari nilai,” tegasnya.
Catatan gemilang di bidang akademik tak menyurutkan Zizi untuk mencari pengalaman di luar kelas. Ia pernah mengikuti Unit Robotika ITB, Society of Renewable Energy ITB, Unit Hoki ITB, dan Himpunan Mahasiswa Mesin ITB.
Untuk selanjutnya, Zizi ingin meneruskan pendidikan ke jenjang magister atau S2 sembari melamar pekerjaan. Zizi pun menekankan dia sangat serius untuk menjadi peneliti. “Aku sudah terlanjur jatuh cinta dengan belajar dan riset. Sepertinya aku sudah ketagihan dan tidak bisa hidup tanpa dua hal itu,” katanya sambil bergurau.
Pesan Zizi, kembangkan bakat serta kreativitas, tak hanya dalam prestasi akademik namun dalam bidang lainnya juga. “Jadilah mahasiswa yang kreatif dalam memilih keahlian dan jangan takut untuk membedakan diri dengan yang lain,” pungkasnya.
Zizi merupakan lulusan program kelas akselerasi sebelum memasuki bangku perguruan tinggi. Maka tidak heran jika sebayanya menamatkan sekolah dasar (SD) 7 tahun namun Zizi hanya selama 5 tahun saja selanjutnya SMP dan SMA berhasil Zizi tuntaskan dalam kurun waktu 2 tahun.
Baca juga: Perjalanan Sheila, Lulusan Teknik Industri Undip Mahasiswa Berprestasi Peraih IPK 3,73
Selain karena memiliki kecerdasan akademik yang tinggi dan berhasil masuk akselarasi, Zizi juga mempunyai minat terhadap kerajinan origami dan menyusun mainan lego. Tak ayal Zizi pun semakin terdorong untuk membuat inovasi dan kreasi.
Punya Passion Tinggi dengan Mekanika dan Robotika
Seiring dengan berjalannya waktu, Zizi mengaku ingin semakin menyelami dunia robotika dan mekatronika. Hal inilah yang melatarbelakangi dirinya yang mendaftar ke jurusan Teknik Mesin di Institut Teknologi Bandung (ITB) yang biasanya tak disenangi kaum hawa. Zizi ingin berkreasi membuat robot sesuai dengan imajinasinya.
“Berbekal ilmu tersebut, aku membayangkan akan bisa membuat barang apapun yang ada di benakku. Tentunya pada usia 14 tahun, prospek pekerjaan bukanlah pertimbangan utama bagi aku. Namun, akhirnya aku menjatuhkan pilihan untuk menekuni Teknik Mesin karena bidang ini memberikan wawasan bermanfaat tentang sistem mekanika,” ujarnya, dikutip dari laman ITB, Rabu (29/11/2023).
Riset Kolaborasi dengan BRIN
Berkolaborasi dengan Laboratorium Dinamika Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB dengan Pusat Riset Mekatronika Cerdas LIPI Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dia membuat tugas akhir suatu riset tentang implementasi Deep Reinforcement Learning (DRL) dalam parkir lurus mundur yang diajukan untuk kendaraan otonom.
Zizi sangat antusiasi dengan risetnya karena bisa belajar banyak hal mengenai kecerdasan buatan dan reinforcement learning dalam berbagai teknis. Dia juga mengapresiasi para dosen yang telah menjadikan mahasiswa sebagai kolega yang berpengetahuan dan profesional saat tugas akhir.
Baca juga: Marchelin Tulang Punggung Keluarga dari Papua Persembahkan Kelulusannya untuk Mendiang Orang Tua
“Tugas utama aku melakukan kajian riset-riset terdahulu tentang DRL lalu mencoba memodifikasi dan mengimplementasikannya. Metode itu diterapkan ke dalam lingkungan virtual yang dipakai untuk simulasi parkir dengan ketentuan khusus,” ujarnya.
Sempat mengalami Impostor Syndrome
Meski demikian, Zizi juga kerap merasa tidak percaya diri sekaligus juga kagum dengan kepandaian rekan-rekan sekelasnya atau yang disebut impostor syndrome. Selain itu, Zizi pun mengaku terkejut dengan sistem dan dinamika perkuliahan di kampus yang dipimpin Prof Reini Wirahadikusumah ini yang dinilainya cukup berat.
Tetapi beranjak semester 5 Zizi mulai terbiasa dengan beban kuliah dan dapat membagi waktunya dengan baik. Zizi juga bisa belajar untuk fokus membandingkan diri sendiri dengan dirinya di masa lalu alih-alih dengan orang lain.
“Aku orang yang cukup kompetitif. Pikiran yang aku tanamkan adalah, jika temanku bisa, aku juga harus bisa. Aku mau mencurahkan tenaga dan pikiran untuk menjadi peneliti. Saat menerima materi, aku mengenyahkan pikiran jika mata kuliah yang dipelajari susah. Aku ubah mindset-nya jika teori di mata kuliah itu bisa diimplementasikan saat aku membuat robot. Aku jadi lebih fokus mengasah skill, bukan semata mencari nilai,” tegasnya.
Catatan gemilang di bidang akademik tak menyurutkan Zizi untuk mencari pengalaman di luar kelas. Ia pernah mengikuti Unit Robotika ITB, Society of Renewable Energy ITB, Unit Hoki ITB, dan Himpunan Mahasiswa Mesin ITB.
Mau Lanjut S2 dan Jatuh Cinta dengan Riset
Untuk selanjutnya, Zizi ingin meneruskan pendidikan ke jenjang magister atau S2 sembari melamar pekerjaan. Zizi pun menekankan dia sangat serius untuk menjadi peneliti. “Aku sudah terlanjur jatuh cinta dengan belajar dan riset. Sepertinya aku sudah ketagihan dan tidak bisa hidup tanpa dua hal itu,” katanya sambil bergurau.
Pesan Zizi, kembangkan bakat serta kreativitas, tak hanya dalam prestasi akademik namun dalam bidang lainnya juga. “Jadilah mahasiswa yang kreatif dalam memilih keahlian dan jangan takut untuk membedakan diri dengan yang lain,” pungkasnya.
(nnz)