5 Pahlawan Nasional yang Piawai Berdebat, Bung Karno hingga Tan Malaka
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ini daftar pahlawan Indonesia yang dikenal sebagai ahli debat. Meski debat bukan budaya Indonesia namun perlahan namun pasti budaya debat mulai mendapat tempat di alam demokrasi termasuk di Indonesia yang dalam Pilpres 2024 kali ini juga menggunakan debat sebagai salah satu instrumen untuk menilai kualitas calon pemimpin (baik Capres maupun Cawapres)
Meski debat bukan budaya asli Indonesia, namun bukan berarti tradisi debat tidak memiliki akar di tanah air.Sejumlah pahlawan Nasional seperti Bung Karno, Bung Hatta maupun Tan Malaka selama ini dikenal sebagai tokoh tokoh ahli debat yang mumpuni. Untuk membahas akar debat dari para pahlawan Nasional, artikel kali ini akan membahas daftar pahlawan Nasional yang dikenal sebagai ahli debat, simak ya!
Sudah menjadi rahasia umum, selain sebagai orator ulung, Bung Karno juga dikenal sebagai seorang ahli debat. Salah satu cerita tentang kepiawaian debat proklamator RI itu dikisahkan saat dirinya berdebat dengan Tan Malaka di masa pra kemerdekaan.
Kisah perdebatan Presiden Soekarno dan Tan Malaka di Bayah, Banten terungkap usai 20 tahun Tan Malaka dibuang dan diasingkan. Ia kembali ke Indonesia pada 1942.
Presiden Soekarno atau Bung Karno memiliki kekaguman tersendiri terhadap pemikiran politik Tan Malaka. Hal itu membuat Bung Karno selalu merasa penasaran untuk bertemu sosok Tan Malaka. Pada Juni 1943, Bung Karno bertemu Tan Malaka di wilayah Bayah, Banten Selatan untuk pertama kalinya.
Dalam pertemuannya dengan Tan Malaka menjadi kesempatan Bung Karno untuk menanyakan sejumlah pemikiran Tan Malaka tentang Indonesia merdeka, terutama isi dari buku "Aksi Massa" karya Tan. Dalam diskusi dengan Bung Karno, semua pertanyaan dijawab Tan dengan lugas.
Sejurus kemudian kedua pahlawan Nasional itu kemudian berdebat dialogis menyelami pemikiran masing-masing dan konsep keduanya mengenai kemderdekaan Indonesia masa depan.
Salah satu cerita kepiawaian Bung Hatta dan juga Bung Karno dalam berdebat terjadi saat keduanya dan sejumlah tokoh nasional lain membahas tentang tanah Papua dalam rapat BPUPKI tanggal 10-11 Juli 1945.
Dalam perdebatan soal Papua di BPUPKI, dua tokoh yakni Kahar Muzzakar dan Muh Yamin menyetujui masuknya tanah Papua dalam pangkuan NKRI. Namun dalam pandangan Hatta dirinya tidak setuju ide dua koleganya itu.
Bagi Hatta, jika faktor kesamaan etnis yang dijadikan alasan menarik Papua ke dalam NKRI, dirinya lebih setuju apabila Borneo utara (sekarang Brunei) yang masuk ke dalam wilayah RI dan bukannya Papua.
Bagi Hatta, orang Papua masuk dalam rumpun Melanisia dan berbeda dengan orang Melayu. Bagi Hatta dirinya lebih memilih menyerahkan persoalan masa depan Papua kepada masyarakat Papua sendiri atau biar diurus oleh Jepang saja. Gagasan Hatta itu pun kemudian ditentang oleh Bung Karno hingga memicu perdebatan sengit.
Soal kemampuan berdebat Sutan Sjahrir bisa ditelusuri dalam sejumlah perundingan antara Indonesia dengan Belanda pasca kemderkaan. Pasca proklamasi kemerdekaan, Sutan Sjahrir dikenal sebagai ujung tombak perjuangan diplomasi Indonesia. Dirinya mendapat julukan tersebut karena kontribusinya yang sangat besar terhadap keberhasilan perjuangan diplomasi Indonesia di dunia Internasional.
Meski debat bukan budaya asli Indonesia, namun bukan berarti tradisi debat tidak memiliki akar di tanah air.Sejumlah pahlawan Nasional seperti Bung Karno, Bung Hatta maupun Tan Malaka selama ini dikenal sebagai tokoh tokoh ahli debat yang mumpuni. Untuk membahas akar debat dari para pahlawan Nasional, artikel kali ini akan membahas daftar pahlawan Nasional yang dikenal sebagai ahli debat, simak ya!
5 Pahlawan Indonesia yang Dikenal Ahli Debat
1. Bung Karno
Sudah menjadi rahasia umum, selain sebagai orator ulung, Bung Karno juga dikenal sebagai seorang ahli debat. Salah satu cerita tentang kepiawaian debat proklamator RI itu dikisahkan saat dirinya berdebat dengan Tan Malaka di masa pra kemerdekaan.
Kisah perdebatan Presiden Soekarno dan Tan Malaka di Bayah, Banten terungkap usai 20 tahun Tan Malaka dibuang dan diasingkan. Ia kembali ke Indonesia pada 1942.
Presiden Soekarno atau Bung Karno memiliki kekaguman tersendiri terhadap pemikiran politik Tan Malaka. Hal itu membuat Bung Karno selalu merasa penasaran untuk bertemu sosok Tan Malaka. Pada Juni 1943, Bung Karno bertemu Tan Malaka di wilayah Bayah, Banten Selatan untuk pertama kalinya.
Dalam pertemuannya dengan Tan Malaka menjadi kesempatan Bung Karno untuk menanyakan sejumlah pemikiran Tan Malaka tentang Indonesia merdeka, terutama isi dari buku "Aksi Massa" karya Tan. Dalam diskusi dengan Bung Karno, semua pertanyaan dijawab Tan dengan lugas.
Sejurus kemudian kedua pahlawan Nasional itu kemudian berdebat dialogis menyelami pemikiran masing-masing dan konsep keduanya mengenai kemderdekaan Indonesia masa depan.
2. Bung Hatta
Salah satu cerita kepiawaian Bung Hatta dan juga Bung Karno dalam berdebat terjadi saat keduanya dan sejumlah tokoh nasional lain membahas tentang tanah Papua dalam rapat BPUPKI tanggal 10-11 Juli 1945.
Dalam perdebatan soal Papua di BPUPKI, dua tokoh yakni Kahar Muzzakar dan Muh Yamin menyetujui masuknya tanah Papua dalam pangkuan NKRI. Namun dalam pandangan Hatta dirinya tidak setuju ide dua koleganya itu.
Bagi Hatta, jika faktor kesamaan etnis yang dijadikan alasan menarik Papua ke dalam NKRI, dirinya lebih setuju apabila Borneo utara (sekarang Brunei) yang masuk ke dalam wilayah RI dan bukannya Papua.
Bagi Hatta, orang Papua masuk dalam rumpun Melanisia dan berbeda dengan orang Melayu. Bagi Hatta dirinya lebih memilih menyerahkan persoalan masa depan Papua kepada masyarakat Papua sendiri atau biar diurus oleh Jepang saja. Gagasan Hatta itu pun kemudian ditentang oleh Bung Karno hingga memicu perdebatan sengit.
3. Sutan Sjahrir
Soal kemampuan berdebat Sutan Sjahrir bisa ditelusuri dalam sejumlah perundingan antara Indonesia dengan Belanda pasca kemderkaan. Pasca proklamasi kemerdekaan, Sutan Sjahrir dikenal sebagai ujung tombak perjuangan diplomasi Indonesia. Dirinya mendapat julukan tersebut karena kontribusinya yang sangat besar terhadap keberhasilan perjuangan diplomasi Indonesia di dunia Internasional.