Momen Penuh Haru Anak Penjual Gula Jawa Dikukuhkan sebagai Guru Besar UGM

Jum'at, 02 Februari 2024 - 10:16 WIB
loading...
Momen Penuh Haru Anak...
Pengukuhan Guru Besar UGM Prof. Ir. Sarjiya. Foto/UGM.
A A A
JAKARTA - Momen penuh keharuan tercipta pada pengukuhan profesor di UGM, Kamis (2/1/2024). Prof. Ir. Sarjiya dikukuhkan sebagai guru besar dari Fakultas Teknik UGM.

Prof Sarjiya merupakan Dosen Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM).

Fokus pada Energi Keberlanjutan


Dia dikukuhkan sebagai profesor setelah menyampaikan pidato mengenai Integrsi Variable Renewable Energy dalam Perencanaan dan Operasi Sistem Tenaga Listrik Menuju Transisi Energi Berkelanjutan.

Baca juga: Petisi Bulaksumur Guru-guru Besar UGM Beri Peringatan untuk Jokowi

Menurutnya, menuju transisi energi yang berkelanjutan di Indonesia diperlukan dalam rangka pemanfataan secara optimal seluruh potensi energi baik terbarukan maupun non terbarukan.

Dengan karakterisitik intermitensinya, integrase potensi variable renewable energy ke dalam grid untuk memenuhi kebutuhan energi nasional menghadapi banyak tantangan.

Oleh kerena itu diperlukan inovasi dalam perencanaan dan operasi sistem tenaga untuk memastikan layanan energi listrik yang handal, aman, berkualitas dapat diberikan kepada konsumen dengan biaya penyediaan yang ekonomis.

Lahir dari Keluarga Sederhana di Kulonprogo


Sarjiya, lahir di Lendah, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) 51 tahun silam. Berasal dari keluarga sederhana tak membuat ayah ibunya buta akan pendidikan.

Ayahnya, Pudjiyono, hanyalah seorang buruh tobong labor atau pengrajin gamping dan ibunya, Sumirah hanya pedagang gula jawa keliling namun ingin Sarjiya studi setinggi-tingginya.

Baca juga: UGM Jadi Kampus Pencetak Guru Besar Terbanyak di 2023, Fakultas Teknik Tertinggi

“Bapak dan Ibu waktu itu berani membuat keputusan untuk mengizinkan dan membiayai saya melanjutkan sekolah,” katanya, dikutip dari laman UGM, Jumat (2/2/2024).

Kedua Orang Tua Buta Huruf


Ia bercerita, kedua orang tuanya tidak memiliki kemampuan baca dan tulis karena tidak pernah merasakan duduk di bangku sekolah. Meski begitu, keduanya tetap gigih menyekolahkan dirinya meski keputusan itu harus mengorbankan pendidikan adik perempuannya.

“Secara khusus saya mohon maaf kepada adikku, Suparsih, yang waktu itu terpaksa tidak bisa melanjutkan ke bangku SMA, meskipun dengan nilai ujian SMP yang sangat baik, karena kondisi ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan untuk membiayai sekolah kita berdua secara bersamaan," ungkapnya.

"Semoga pengorbanan kakak-kakak dan adikku mendapatkan imbalan kebaikan yang lebih banyak dari Tuhan Yang Maha Esa,” kata anak keempat dari lima bersaudara ini.

Usai menyampaikan pidato, Sarjiya langsung mendatangi sang ibunda sambil bersujud. Ia memeluk ibundanya dengan erat. Selanjutnya ia menyalami empat saudari perempuannya.

Sayang, sang Ayah tidak hadir di momen pengukuhan dirinya karena sudah berpulang. “Maturnuwun Bu,” kata Sarjiya terbata-bata.

Riwayat Pendidikan


Sarjiya menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Pengkol, Kulon Progo tahun 1987, lalu menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Brosot tahun 1990.

Selanjutnya, Sarjiya bersekolah di SMAN 1 Teladan Kota Yogyakarta tahun 1993 dan di tahun yang sama melanjutkan kuliah di S1 Teknik Elektro UGM.

Lalu pendidikan S2 dilanjutkan di Magister Teknik Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, lulus tahun 20021. Pendidikan doktor diselesaikan di prodi Electrical Enggineering, Chulalongkorn University, Thailand.
(nnz)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1563 seconds (0.1#10.140)