UNY Buka Jurusan Langka Pengobatan Tradisional Indonesia, Ini Mata Kuliahnya

Jum'at, 01 Maret 2024 - 11:14 WIB
loading...
UNY Buka Jurusan Langka Pengobatan Tradisional Indonesia, Ini Mata Kuliahnya
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) saat ini membuka jurusan baru yang langka yakni prodi D4 Pengobatan Tradisional Indonesia (PTI). Foto/Ist
A A A
YOGYAKARTA - Ini jurusan baru dan langka UNY prodi D4 Pengobatan Tradisional Indonesia. Dunia pendidikan tinggi Indonesia terus melahirkan inovasi dengan hadirnya jurusan baru.

Adalah Fakultas Vokasi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang membuka program studi D4 Pengobatan Tradisional Indonesia (PTI). Prodi ini ternyata cukup langka di tanah air. Untuk info lengkapnya, artikel kali ini akan mengupasnya secara tuntas, simak ya!

Mengenal Jurusan Langka UNY Prodi D4 Pengobatan Tradisional Indonesia

Dikutip dari laman resmi UNY, Pengobatan Tradisional Indonesia (PTI) merupakan prodi yang sangat menarik perhatian masyarakat. "Pengobatan tradisional memiliki tempat yang istimewa dalam budaya dan tradisi bangsa Indonesia," demikian pernyataan resmi yang dilansir dari uny.ac.id, Jumat, 1 Maret 2024.

Lulusan prodi PTI diharapkan memiliki kompetensi dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi tenaga kesehatan dan pengusaha terampil dalam bidang pengobatan tradisional Indonesia.

PTI Fokus 4 Hal dengan Mata Kuliah Dasar Pengobatan Tradional


Prodi PTI UNY akan memfokuskan dalam masase terapi, terapi latihan, budidaya tanaman dan pengolahan ramuan herbal dan juga kewirausahaan.

Nantinya, mahasiswa di Prodi PTI UNU akan mempelajari beberapa hal. Untuk mata kuliah utama di antaranya Dasar-dasar Pengobatan Tradisional, Botani Herbal, Terapi Masase Bayi dan Anak Usia Dini serta Akupuntur.

Untuk mata kuliah Dasar-dasar Pengobatan Tradisional, akan membahas tentang metode-metode pengobatan alternatif yang dilakukan dengan menggunakan metode-metode tradisional. Seperti akupunktur, pijat, herbal dan terapi energi

Topik yang dibahas meliputi prinsip dan konsep dasar, jenis-jenis pengobatan, penggunaannya untuk mengatasi penyakit dan kondisi medis, keamanan, efektivitas dan etika.



Mata kuliah ini penting bagi mahasiswa yang tertarik dalam bidang pengobatan alternatif dan dapat membantu pasien dalam memilih pengobatan yang tepat.

Mata kuliah lain yang tidak kalah menarik adalah Botani Herbal. Termasuk cabang ilmu botani yang mempelajari tanaman obat atau tumbuhan herbal dan aplikasinya dalam pengobatan dan kesehatan manusia.

Botani herbal mencakup studi tentang sifat kimia dan biologi dari tanaman obat, serta penggunaan tradisional dan modern dari tanaman obat untuk pengobatan penyakit.

Tak ketinggalan akupuntur. Menjadi salah satu mata kuliah yang mempelajari tentang teknik pengobatan tradisional Tiongkok yang menggunakan jarum untuk menstimulasi titik-titik tertentu pada tubuh manusia.

Di sini, mahasiswa akan mempelajari tentang dasar-dasar teori akupuntur, prinsip-prinsip diagnosis, teknik aplikasi jarum dan penggunaan metode terapi tambahan seperti moxibustion dan pijat akupunktur.

Karena akan bersinggungan langsung dengan masyarakat, mahasiswa juga akan mempelajari mengenai etika dan praktik klinis dalam praktik akupuntur.

Mata kuliah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang pengobatan alternatif dan metode-metode tradisional dalam dunia medis.

Mata kuliah yang tidak kalah menarik adalah terapi Masase Bayi. Masase Bayi merupakan masase yang dilakukan pada jaringan lunak secara manual. Dengan melakukan memegang, menggerakkan dan atau memberikan penekanan pada tubuh untuk memberi pengaruh positif terhadap perkembangan bayi.

Stimulasi masase/pijat merupakan kombinasi bentuk stimulasi multimodal, yaitu raba (taktil) dan gerak (kinestetik) yang dilakukan oleh orangtua, tenaga kesehatan atau anggota keluarga lainnya.

Bisa Dipilih di Jalur SNBP, SNBT dan Mandiri


Calon mahasiswa yang tertarik prodi ini dapat mendaftar melalui jalur SNBP, SNBT maupun Seleksi Mandiri. UNY hanya akan membuka prodi baru ini untuk satu kelas saja, atau 40 mahasiswa.
(wyn)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4172 seconds (0.1#10.140)