Gelar Rakornas, Perpusnas Komitmen Tingkatkan Budaya Baca dan Literasi di Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Rakornas Perpusnas 2024 dihadiri 920 orang dari berbagai stakeholder. Ada tiga isu yang dibahas seperti penguatan budaya baca dan literasi, pengarusutamaan naskah nusantara, dan standardisasi dan pembinaan tenaga perpustakaan.
Plt Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas RI) Prof E. Aminudin Aziz mengatakan, dalam rencana strategis Perpusnas untuk meningkatkan literasi dan meningkatkan kegemaran membaca. Namun, Aminudin menyatakan hal itu merupakan sebuah kesalahan.
Ia beralasan dua visi itu terbalik. Seharusnya yang dibangun pertama kali adalah kegemaran membaca yang akan menuju kepada literasi tinggi. “Faktanya menunjukkan masih rendahnya minat membaca,” ucapnya, melalui siaran pers, Selasa (14/5/2024).
Baca juga: UNESCO Tetapkan Naskah Tambo Tuanku Imam Bonjol sebagai Memory of The World
Perpustakaan, lanjut Aminudin, adalah tempat di mana akan bisa mengembangkan kreatifitas baru sehingga tercipta ilmu baru. Sebab, di perpustakaan bisa mengonfirmasi kegalauan berpikir, karena di perpustakaan tersedia data dan rujukan yang paling otoritatif untuk mengkonfirmasi kegalauan.
Melalui Rakornas ini, Aminudin ingin melakukan sosialisasi tentang kebijakan Perpusnas. Karena memegang peranan penting yang menjadi ujung dari renstra 2019-2024. Kemudian menjadi awal 2025-2029. “Ini penting karena mana yang menjadi ujung dan mana awal,” ucapnya.
Dia mengatakan, pada 2020 melakukan survei kecil-kecilan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kegemaran membaca masyarakat. Namun, ia mengetahui fakta yang terjadi di lapangan.
Baca juga: Bangun Budaya Baca, Perpusnas akan Ciptakan 10 Ribu Perpustakaan Desa
Sesungguhnya masyarakat ingin sekali membaca, namun tidak terpenuhi oleh ketersediaan buku sesuai minat dan keinginan masyarakat. “Ini kesalahan beberapa pihak. yakni dosa dari penulis buku yang tidak melakukan survei apa yang harus dibaca masyarakat,” ujarnya.
“Kedua, dosa dari penerbit karena menerbitkan buku yang tidak disukai. Ketiga, dosa dari perpustakaan karena mengambil buku yang tak disukai,” tuturnya.
Untuk mengubah hal itu dibutuhkan kebijakan yang akan memberikan fasilitas, peluang yang sangat besar kepada calon pembaca menyediakan buku yang dimintai sesuai pangsa pasar.
“Minat membaca buku berbeda. Tidak bisa dipaksakan untuk hanya satu buku,” ucap Aminudin.
Kemudian, sambungnya, buku tidak menarik karena berawal dari cara buku disajikan. seperti tata letak, ilustrasi maupun bahasa. Maka ini adalah sebuah pekerjaan besar.
Ketua Panitia Rakornas Bidang Perpustakaan Joko Santoso menambahkan, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional atau RPJMN tahun 2020-2024 akan memasuki tahap akhir di tahun ini, dan Indonesia akan bersiap untuk melaksanakan RPJMN yang akan datang periode 2025-2029.
“Salah satu agenda pembangunan dalam RPJMN 2020-2024 adalah revolusi mental dan pembangunan kebudayaan. Agenda ini dilaksanakan secara terpadu melalui salah satu program prioritas nasional, yaitu penguatan budaya literasi, inovasi, dan kreativitas untuk mewujudkan masyarakat berpengetahuan dan berkarakter,” bebernya.
Salah satu indikator keberhasilan program ini adalah pencapaian sasaran strategis Perpustakaan Nasional, yakni nilai Tingkat Gemar Membaca (TGM) Tahun 2023 sebesar 66.77 dan Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) Tahun 2023 sebesar 14.58. Angka-angka ini masih dalam posisi sedang.
Sementara itu, target nilai TGM tahun 2024 sebesar 71.30 dan nilai IPLM tahun 2024 sebesar 15.00 dan ini hanya berhasil kita capai dengan kerja keras dan kerja kolaboratif.
Dalam Rancangan RPJMN 2025-2029 terdapat salah satu agenda pembangunan yaitu ketahanan sosial budaya dan ekologi. Di mana salah satu program pembangunannya adalah penguatan karakter bangsa dan pemajuan kebudayaan, dengan kegiatan pembangunan.
“Di antaranya pelindungan dan pelestarian warisan budaya dan pengembangan budaya literasi untuk mendukung kreativitas dan inovasi,” tandas Joko.
Plt Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas RI) Prof E. Aminudin Aziz mengatakan, dalam rencana strategis Perpusnas untuk meningkatkan literasi dan meningkatkan kegemaran membaca. Namun, Aminudin menyatakan hal itu merupakan sebuah kesalahan.
Ia beralasan dua visi itu terbalik. Seharusnya yang dibangun pertama kali adalah kegemaran membaca yang akan menuju kepada literasi tinggi. “Faktanya menunjukkan masih rendahnya minat membaca,” ucapnya, melalui siaran pers, Selasa (14/5/2024).
Baca juga: UNESCO Tetapkan Naskah Tambo Tuanku Imam Bonjol sebagai Memory of The World
Perpustakaan, lanjut Aminudin, adalah tempat di mana akan bisa mengembangkan kreatifitas baru sehingga tercipta ilmu baru. Sebab, di perpustakaan bisa mengonfirmasi kegalauan berpikir, karena di perpustakaan tersedia data dan rujukan yang paling otoritatif untuk mengkonfirmasi kegalauan.
Melalui Rakornas ini, Aminudin ingin melakukan sosialisasi tentang kebijakan Perpusnas. Karena memegang peranan penting yang menjadi ujung dari renstra 2019-2024. Kemudian menjadi awal 2025-2029. “Ini penting karena mana yang menjadi ujung dan mana awal,” ucapnya.
Dia mengatakan, pada 2020 melakukan survei kecil-kecilan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kegemaran membaca masyarakat. Namun, ia mengetahui fakta yang terjadi di lapangan.
Baca juga: Bangun Budaya Baca, Perpusnas akan Ciptakan 10 Ribu Perpustakaan Desa
Sesungguhnya masyarakat ingin sekali membaca, namun tidak terpenuhi oleh ketersediaan buku sesuai minat dan keinginan masyarakat. “Ini kesalahan beberapa pihak. yakni dosa dari penulis buku yang tidak melakukan survei apa yang harus dibaca masyarakat,” ujarnya.
“Kedua, dosa dari penerbit karena menerbitkan buku yang tidak disukai. Ketiga, dosa dari perpustakaan karena mengambil buku yang tak disukai,” tuturnya.
Untuk mengubah hal itu dibutuhkan kebijakan yang akan memberikan fasilitas, peluang yang sangat besar kepada calon pembaca menyediakan buku yang dimintai sesuai pangsa pasar.
“Minat membaca buku berbeda. Tidak bisa dipaksakan untuk hanya satu buku,” ucap Aminudin.
Kemudian, sambungnya, buku tidak menarik karena berawal dari cara buku disajikan. seperti tata letak, ilustrasi maupun bahasa. Maka ini adalah sebuah pekerjaan besar.
Ketua Panitia Rakornas Bidang Perpustakaan Joko Santoso menambahkan, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional atau RPJMN tahun 2020-2024 akan memasuki tahap akhir di tahun ini, dan Indonesia akan bersiap untuk melaksanakan RPJMN yang akan datang periode 2025-2029.
“Salah satu agenda pembangunan dalam RPJMN 2020-2024 adalah revolusi mental dan pembangunan kebudayaan. Agenda ini dilaksanakan secara terpadu melalui salah satu program prioritas nasional, yaitu penguatan budaya literasi, inovasi, dan kreativitas untuk mewujudkan masyarakat berpengetahuan dan berkarakter,” bebernya.
Salah satu indikator keberhasilan program ini adalah pencapaian sasaran strategis Perpustakaan Nasional, yakni nilai Tingkat Gemar Membaca (TGM) Tahun 2023 sebesar 66.77 dan Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) Tahun 2023 sebesar 14.58. Angka-angka ini masih dalam posisi sedang.
Sementara itu, target nilai TGM tahun 2024 sebesar 71.30 dan nilai IPLM tahun 2024 sebesar 15.00 dan ini hanya berhasil kita capai dengan kerja keras dan kerja kolaboratif.
Dalam Rancangan RPJMN 2025-2029 terdapat salah satu agenda pembangunan yaitu ketahanan sosial budaya dan ekologi. Di mana salah satu program pembangunannya adalah penguatan karakter bangsa dan pemajuan kebudayaan, dengan kegiatan pembangunan.
“Di antaranya pelindungan dan pelestarian warisan budaya dan pengembangan budaya literasi untuk mendukung kreativitas dan inovasi,” tandas Joko.
(nnz)