Pentingnya Jurnalistik sebagai Metode Suarakan Kasus Konservasi Satwa Liar

Rabu, 03 Juli 2024 - 18:16 WIB
loading...
Pentingnya Jurnalistik...
Pusdikomling Unpad melakukan roadshow Wildlife Journalism Competition 2024 di Universitas Pattimura Ambon, Maluku, Senin (24/6/2024). Foto/Ist.
A A A
JAKARTA - Pusat Studi Komunikasi Lingkungan Universitas Padjadjaran (Pusdikomling Unpad) mengingatkan semua pihak terutama mahasiswa untuk peduli dan memperhatikan konservasi satwa liar guna menjaga ekosistem lingkungan tetap berkelanjutan. Minimnya informasi mengakibatkan banyak terjadi penangkapan hingga diperjualbelikan secara bebas satwa liar.

Peneliti Pusdikomling Unpad Herlina Agustin mengungkapkan pentingnya jurnalistik sebagai metode untuk menyuarakan kasus konservasi satwa liar. Oleh karena itu, Pusdikomling Unpad melakukan roadshow Wildlife Journalism Competition 2024 di berbagai kota di Indonesia.

Salah satunya di Ambon, Maluku, yang berlangsung di Universitas Pattimura, pada Senin 24 Juni 2024. Acara ini menghadirkan sejumlah pakar dan diikuti mahasiswa secara antusias.

Berkolaborasi dengan Garda Animalia, Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) dan didukung Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID), Pusdikomling Unpad ingin mengajak semua pihak mengangkat isu konservasi satwa liar di Indonesia melalui kompetisi jurnalistik bertemakan “Interaksi Negatif Manusia-Satwa Liar dari Sudut Pandang Jurnalisme Lingkungan”.



Kepala Staf Kodam XV/Pattimura Brigjen Nefra Firdaus yang menjadi salah satu pembicara mengatakan bahwa TNI turut berperan dalam perlindungan satwa dan tercantum dalam salah satu klausul dari tugas TNI Operasi Militer.

Selain Perang (OMSP), yakni membantu pemerintah dalam PAM Pelayaran dan Penerbangan terhadap pembajakan, perompakan, dan penyelundupan.TNI juga sudah melakukan sweeping satwa liar secara berkala lewat kegiatan yang dilaksanakan polisi militer.

Fakta terjadinya penangkapan satwa liar diungkapkan Polhut Muda BKSDA Maluku Kacuk Seto Purwantoro. Menurutnya, kepulauan Maluku merupakan salah satu tempat yang kerap menjadi lokasi transit penyelundupan satwa liar. Pihaknya telah melakukan penanganan terhadap 5.576 ekor satwa liar di Maluku sepanjang 2019 sampai Mei 2024, termasuk di dalamnya burung paruh bengkok.

“Jenis burung paruh bengkok yang paling banyak diburu untuk perdagangan ilegal adalah jenis kakatua koki (Cacatua galerita), kasturi ternate (Lorius garrulus), nuri bayan (Eclectus roratus), nuri maluku (Eos bornea), dan perkici pelangi (Trichoglossus haematodus). Adapun pasaran hewan tersebut tersebar di Makasar, Manado, Surabaya, Jakarta, dan Batam,” ujar Seto dalam keterangan resminya, Selasa (3/7/2024)

Sementara itu, National Technical Advisor for One Health and Emergency Response, FAO Emergency Centre for Transboundary Animal Diseases (FAO ECTAD) Indonesia Andri Jatikusumah mengungkapkan rusaknya konservasi satwa liar dapat menimbulkan penyakit yang berasal dari hewan kepada manusia (zoonosis).
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1648 seconds (0.1#10.140)