Milad ke-68, Yayasan Attaqwa Gelar Seminar Peran Pemuka Agama dalam Menghadapi Tantangan Era Modern

Kamis, 11 Juli 2024 - 10:39 WIB
loading...
Milad ke-68, Yayasan...
Dalam rangka Milad Yayasan Attaqwa yang ke-68, sebuah seminar bertema Peran Pemuka Agama dalam Menghadapi Tantangan dan Kerukunan Umat Beragama di Era Modern. Foto/Istimewa.
A A A
JAKARTA - Dalam rangka Milad Yayasan Attaqwa yang ke-68, sebuah seminar bertema "Peran Pemuka Agama dalam Menghadapi Tantangan dan Kerukunan Umat Beragama di Era Modern; Menggali Inspirasi dari Peristiwa Hijrah". Seminar digelar pada Rabu, (10/7/2024).

Acara ini terselenggara berkat kerja sama dengan Majelis Hukama Muslimin (MHM), sebuah lembaga internasional yang berdedikasi untuk mempromosikan perdamaian dan kehidupan damai antar umat beragama.

Baca juga: Grand Syekh Al Azhar Hadiri Forum Lintas Agama, Gus Yahya: Selamat Datang di Negeri Ahlussunnah wal Jamaah

Hadir sebagai pembicara utama Prof. Dr. Abbas Shouman, Sekretaris Jenderal Dewan Ulama Senior Al Azhar dan Dr. KH. Muchlis M. Hanafi, Direktur Majlis Hukama Muslimin Cabang Indonesia.

Seminar diikuti sekitar 400 peserta, yang terdiri dari guru-guru pondok pesantren Attaqwa Putra-Putri, kepala-kepala madrasah, tokoh organisasi keagamaan, pimpinan majlis taklim dan pemerhati pendidikan.

Baca juga: Wapres Ma'ruf Amin Terima Kunjungan Grand Syekh Al Azhar

Acara ini juga menjadi momentum penting dalam mempererat hubungan antara pendidik di Indonesia dengan tokoh-tokoh pendidikan dari luar negeri, khususnya dari Al Azhar Mesir.

Dalam sambutannya, Pimpinan Umum Yayasan Attaqwa, Dr. KH. Irfan Mas’ud menyampaikan penghormatannya atas kehadiran tokoh dan ulama senior seperti Prof. Dr. Abbas Shouman dan rombongan dalam rangka mendampingi kunjungan Grand Syaikh Al Azhar, Prof. Dr. Ahmed Al Tayyeb, ke Indonesia 8-11 Juli 2024.

Dalam kunjungan Grand Syaikh Al Azhar yang ketiga kalinya saat ini, para ulama senior Al Azhar ini berbagi pemikiran dan pengalaman tentang pentingnya menjaga kerukunan umat beragama dalam konteks dan tantangan zaman modern.

Baca juga: Wapres dan Grand Sheikh Al-Azhar Sepakat Tunjukkan ke Dunia Islam Bukan Agama Kekerasan

Prof. Dr. Abbas Shouman, sebagai nara sumber utama, menganggap Indonesia adalah negara yang patut menjadi inspirasi dan contoh model dalam hal kerukunan hidup antar umat beragama. Meski sebagai negara berpenduduk mayoritas muslim, namun dapat hidup berdampingan dengan damai dan harmonis bersama para pemeluk agama lain dengan satu tujuan untuk membangun bangsa.

Prof. Abbas yang baru-baru ini diamanahkan Grand Syaikh Al-Azhar sebagai Ketua Pimpinan Pusat Organisasi Internasional Alumni Al Azhar (OIAA) mengaku sangat terkesan dalam kunjungannya. Sebelumnya dalam sebuah acara, dirinya disambut oleh para tokoh lintas agama yang eksis di Indonesia.

"Koeksistensi semacam ini juga dapat kita tarik akarnya setelah hijrah Nabi Muhammad saw. ke kota Madinah. Beliau mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar, mendamaikan suku Aus dan Khazraj, serta mengikat pemeluk agama lain seperti Yahudi Madinah dalam sebuah perjanjian (mu'ahadah) yang disebut Piagam Madinah. Tanpa memaksa pemeluk agama lain untuk masuk Islam, semua dapat hidup damai dan harmonis menjadi sebuah masyarakat dan negara madani,“ katanya, dalam keterangan resmi, Kamis (11/7/2024).

Prof. Abbas Shouman juga mengomentari tentang banyaknya pelajar Indonesia yang menimba ilmu di Al Azhar. Ini tentu amanat dan tanggung jawab yang tidak ringan bagi Al Azhar. Karena para pelajar asing ini, seperti ditegaskan Grand Syaikh Prof. Dr. Ahmad Al Tayyeb, adalah titipan dari orang tuanya yang harus dijaga dan diayomi sehingga nanti kembali ke negerinya untuk berkonstribusi membangun umat dan bangsa.

"Pelajar asing di Al Azhar selalu menjadi prioritas utama perhatian Grand Syaikh. Dan pelajar-pelajar Indonesia adalah duta-duta terbaik bangsa dalam hal akhlak dan kesungguhan menurut ilmu," pujinya.

Sedangkan Dr. Muchlis M. Hanafi, Direktur Majelis Hukama Muslimin (MHM) Cabang Indonesia, menambahkan penjelasan tentang peran MHM dalam mempromosikan dialog antaragama dan toleransi.

Momentum seruan hidup berdampingan dan damai antar umat beragama ini ditandai dengan dideklarasikannya Piagam Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian dan Hidup Berdampingan antara Grand Syaikh Al Azhar dan Paus Fransiskus pada tahun 2019 di Abu Dhabi Uni Emirat Arab.

"MHM hadir untuk menyebarkan nilai-nilai dialog, toleransi, dan koeksistensi agar umat manusia dapat hidup berdampingan secara rukun dan damai," ungkapnya.

Seminar ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam memperkuat semangat kerukunan umat beragama di Indonesia, sejalan dengan misi Yayasan Attaqwa dalam menjaga persatuan dan perdamaian serta mendidik masyarakat dan generasi muda yang berakhlak mulia sekaligus berpikiran luas untuk menghadapi tantangan zaman.
(nnz)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4352 seconds (0.1#10.140)