Mahasiswa Ubaya Juara II National Accounting Paper Competition 2020
loading...
A
A
A
SURABAYA - Mahasiswa Program Studi Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Surabaya (FBE Ubaya) mengukir prestasi di tingkat nasional. Tim yang terdiri dari Daniel Wiranata Dayan dan Chikita Priscila berhasil meraih Juara II National Accounting Paper Competition 2020 dengan judul “Fenomena Crypto Asset: Bagaimana Akuntansi Keuangan dan Perpajakan Merespon? (Penekanan Pada Standar Di Indonesia)”.
Pada kompetisi yang digelar secara daring oleh UM pada 22-23 Agustus 2020, Daniel Wiranata Dayan dan Chikita Priscila berhasil mengalahkan 70 tim yang berasal dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) se-Indonesia.
Chikita Priscila menjelaskan, bahwa bentuk kompetisi tidak hanya sekedar pembuatan dan pengumpulan paper, namun dilanjutkan dengan adanya presentasi serta tanya jawab oleh juri secara daring. (Baca juga: Rektor IPB Harap Kampus Merdeka Bisa Diperluas ke Instansi Lain )
“Perasaannya bersyukur dan tentunya bangga bisa meraih juara di kompetisi ini. Kita nggak nyangka bisa lolos di setiap babak penyisihan hingga final. Pada babak penyisihan pertama, masing-masing tim diharuskan membuat abstrak kemudian dipilih sepuluh tim terbaik yang nantinya berkesempatan untuk mengumpulkan dan mempresentasikan keseluruhan isi paper,” ungkap mahasiswi semester tujuh ini.
Chikita sapaan akrab mahasiswi asli Surabaya ini mengaku jika ada dua tahap yang harus dilalui untuk lolos ke babak final. Pada tahap pertama, tim Akuntansi Ubaya wajib mempresentasikan hasil paper yang telah dibuat. Selanjutnya, juri memberikan mosi (topik) dan beberapa pertanyaan yang harus dijawab dengan durasi waktu yang telah ditentukan. (Baca juga: 15 Perguruan Tinggi Masuk Klaster 1, Ini Harapan Kemendikbud )
“Ada sepuluh mosi yang sudah disiapkan oleh juri. Tahap mosi ini sifatnya impromptu dan pertanyaan harus dijawab dengan durasi waktu tiga menit. Akhirnya, kami mendapatkan mosi atau topik terkait manajemen lingkungan,” jelasnya.
Mahasiswi yang gemar mendengarkan musik ini menyampaikan bahwa persiapan kompetisi dilakukan kurang lebih selama satu bulan. Isi paper yang dibuat Chikita dan Daniel membahas mengenai alat pembayaran digital di era milenial atau sering disebut dengan cryptocurrency. Fenomena ini di Indonesia belum menjadi alat pembayaran yang sah atau diterima secara umum. Namun, beberapa negara seperti Jepang dan US sudah menerapkan bahkan telah menciptakan mata uang secara digital.
“Di Indonesia seperti ini belum resmi, maka belum ada standar akuntansi atau pajak yang mengatur. Jadi kami mencoba mengkaji bagaimana karakteristik Crypto Asset dan PSAK (Standar Akuntansi Keuangan). Apakah lebih cocok setara kas atau instrumen keuangan? Crypto Asset ini sifatnya mendunia contohnya seperti Bitcoin,” papar Chikita.
Berbeda dengan kompetisi sebelumnya, kali ini Chikita mengungkapkan adanya pengalaman menarik dan tantangan yang dirasakan ketika berkompetisi di tengah pandemi. Mahasiswi berusia 21 tahun ini menyebutkan ada keuntungan dan pelajaran yang bisa dipetik dengan mengikuti kompetisi daring. Salah satunya adalah lebih menghemat waktu dan menyimpan tenaga.
“Ini pengalaman pertama mengikuti kompetisi secara daring, sejauh ini cukup menyenangkan tetapi juga ada tantangannya. Kompetisi daring ini asyik karena tidak perlu datang ke lokasi untuk menunggu giliran atau pengumuman pemenang yang cukup lama. Kalau online waktunya lebih efisien, jadi tidak terlalu lama menunggu dan kita bisa melakukan aktivitas yang lain,” ucap Chikita.
Chikita menambahkan bahwa dirinya sempat menggunakan telepon dan laptop secara bersamaan ketika kompetisi berlangsung. Tantangan yang dihadapinya yaitu kesulitan untuk bertemu dan harus mengikuti kompetisi secara terpisah dengan Daniel.
“Jadi waktu latihan kompetisi juga dilakukan secara daring dan menggunakan telepon dalam membahas materi. Begitu pula saat kompetisi berlangsung, saya menelepon Daniel dan layar monitor berhadapan dengan juri. Disini tantangannya, kita harus kompak dan berbagi tugas,” ujar alumnus SMA Kristen Petra 5 Surabaya.
Melalui paper ini, Chikita berharap semoga pendidikan di Indonesia bisa memasukkan fenomena Crypto Asset ke mata kuliah khususnya bidang studi Akuntansi. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi dan membantu generasi milenial agar tidak kalah bersaing di dunia kerja yang serba digital serta semakin maju.
"Semoga melalui kompetisi ini, saya dapat memotivasi teman atau adik tingkat yang lain untuk ikut berpartisipasi dalam kompetisi secara daring di bidang akuntansi dan membawa nama baik Ubaya,” pungkas Chikita.
Pada kompetisi yang digelar secara daring oleh UM pada 22-23 Agustus 2020, Daniel Wiranata Dayan dan Chikita Priscila berhasil mengalahkan 70 tim yang berasal dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) se-Indonesia.
Chikita Priscila menjelaskan, bahwa bentuk kompetisi tidak hanya sekedar pembuatan dan pengumpulan paper, namun dilanjutkan dengan adanya presentasi serta tanya jawab oleh juri secara daring. (Baca juga: Rektor IPB Harap Kampus Merdeka Bisa Diperluas ke Instansi Lain )
“Perasaannya bersyukur dan tentunya bangga bisa meraih juara di kompetisi ini. Kita nggak nyangka bisa lolos di setiap babak penyisihan hingga final. Pada babak penyisihan pertama, masing-masing tim diharuskan membuat abstrak kemudian dipilih sepuluh tim terbaik yang nantinya berkesempatan untuk mengumpulkan dan mempresentasikan keseluruhan isi paper,” ungkap mahasiswi semester tujuh ini.
Chikita sapaan akrab mahasiswi asli Surabaya ini mengaku jika ada dua tahap yang harus dilalui untuk lolos ke babak final. Pada tahap pertama, tim Akuntansi Ubaya wajib mempresentasikan hasil paper yang telah dibuat. Selanjutnya, juri memberikan mosi (topik) dan beberapa pertanyaan yang harus dijawab dengan durasi waktu yang telah ditentukan. (Baca juga: 15 Perguruan Tinggi Masuk Klaster 1, Ini Harapan Kemendikbud )
“Ada sepuluh mosi yang sudah disiapkan oleh juri. Tahap mosi ini sifatnya impromptu dan pertanyaan harus dijawab dengan durasi waktu tiga menit. Akhirnya, kami mendapatkan mosi atau topik terkait manajemen lingkungan,” jelasnya.
Mahasiswi yang gemar mendengarkan musik ini menyampaikan bahwa persiapan kompetisi dilakukan kurang lebih selama satu bulan. Isi paper yang dibuat Chikita dan Daniel membahas mengenai alat pembayaran digital di era milenial atau sering disebut dengan cryptocurrency. Fenomena ini di Indonesia belum menjadi alat pembayaran yang sah atau diterima secara umum. Namun, beberapa negara seperti Jepang dan US sudah menerapkan bahkan telah menciptakan mata uang secara digital.
“Di Indonesia seperti ini belum resmi, maka belum ada standar akuntansi atau pajak yang mengatur. Jadi kami mencoba mengkaji bagaimana karakteristik Crypto Asset dan PSAK (Standar Akuntansi Keuangan). Apakah lebih cocok setara kas atau instrumen keuangan? Crypto Asset ini sifatnya mendunia contohnya seperti Bitcoin,” papar Chikita.
Berbeda dengan kompetisi sebelumnya, kali ini Chikita mengungkapkan adanya pengalaman menarik dan tantangan yang dirasakan ketika berkompetisi di tengah pandemi. Mahasiswi berusia 21 tahun ini menyebutkan ada keuntungan dan pelajaran yang bisa dipetik dengan mengikuti kompetisi daring. Salah satunya adalah lebih menghemat waktu dan menyimpan tenaga.
“Ini pengalaman pertama mengikuti kompetisi secara daring, sejauh ini cukup menyenangkan tetapi juga ada tantangannya. Kompetisi daring ini asyik karena tidak perlu datang ke lokasi untuk menunggu giliran atau pengumuman pemenang yang cukup lama. Kalau online waktunya lebih efisien, jadi tidak terlalu lama menunggu dan kita bisa melakukan aktivitas yang lain,” ucap Chikita.
Chikita menambahkan bahwa dirinya sempat menggunakan telepon dan laptop secara bersamaan ketika kompetisi berlangsung. Tantangan yang dihadapinya yaitu kesulitan untuk bertemu dan harus mengikuti kompetisi secara terpisah dengan Daniel.
“Jadi waktu latihan kompetisi juga dilakukan secara daring dan menggunakan telepon dalam membahas materi. Begitu pula saat kompetisi berlangsung, saya menelepon Daniel dan layar monitor berhadapan dengan juri. Disini tantangannya, kita harus kompak dan berbagi tugas,” ujar alumnus SMA Kristen Petra 5 Surabaya.
Melalui paper ini, Chikita berharap semoga pendidikan di Indonesia bisa memasukkan fenomena Crypto Asset ke mata kuliah khususnya bidang studi Akuntansi. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi dan membantu generasi milenial agar tidak kalah bersaing di dunia kerja yang serba digital serta semakin maju.
"Semoga melalui kompetisi ini, saya dapat memotivasi teman atau adik tingkat yang lain untuk ikut berpartisipasi dalam kompetisi secara daring di bidang akuntansi dan membawa nama baik Ubaya,” pungkas Chikita.
(mpw)