FSRD IKJ Gelar Seminar Internasional Bahas Seni dan Desain di Era Teknologi

Selasa, 20 Agustus 2024 - 15:48 WIB
loading...
FSRD IKJ Gelar Seminar...
Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Anindyo Widito. Foto/IKJ.
A A A
JAKARTA - FSRD IKJ kembali menggelar Seminar Internasional bertajuk IC-DAD II 2024 (International Conference Dialogue on Art and Design). Seminar ini mengambil tema Arts and Designs in New Media.

Acara ini menghadirkan para pembicara dari berbagai negara, termasuk Indonesia, Singapura, Belanda, dan Malaysia, untuk membahas perkembangan seni dan desain dalam era media baru.

Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Anindyo Widito menekankan, pesatnya perkembangan teknologi telah membawa perubahan besar dalam dunia seni dan desain. Menurutnya, seni dan desain kini tidak lagi hanya dipandang sebagai karya, tetapi juga sebagai bagian integral dari kehidupan manusia.

Baca juga: Seminar Nasional FSRD IKJ Angkat Kolaborasi Seni Rupa dan Kearifan Lokal

“Perubahan dalam seni, desain, pendidikan, sejarah, dan sosial budaya merupakan respon terhadap kemajuan teknologi yang membuka peluang baru yang positif,” ujarnya, melalui siaran pers, Selasa (20/8/2024).

Seminar ini dilatarbelakangi pemikiran bagaimana perkembangan teknologi melahirkan pula perkembangan seni dan desain yang mengkaji eksplorasi perubahan yang sejalan dengan perkembangan teknologi, keterlibatan material yang terkait dengan adanya keterikatan, keberlanjutan dalam humanisme dan kehidupan dari manusia itu sendiri.

Pada sisi lain, pemikiran ini akan melahirkan refleksi pada dimensi teknologi, sosial, politik, budaya, etika dan estetika dari sistem yang sifatnya hibrid dan multi dimensi. Selain itu, penting adanya pendekatan pada keterlibatan terhadap warisan tradisi melalui jalinan kolaborasi, aplikasi dan keahlian dalam aspek teknologi.

Anindyo juga menegaskan bahwa para seniman kini semakin memanfaatkan teknologi digital sebagai alat untuk mengekspresikan diri dan menciptakan bentuk-bentuk baru dalam seni dan desain. Hal ini mendorong pendekatan inovatif dalam menciptakan karya-karya yang mampu mendefinisikan ulang makna menjadi seniman di abad ke-21.

Baca juga: 54 Tahun IKJ dan Tantangan Sekolah Seni di Tengah Perkembangan Teknologi

Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid dalam pidato pembukanya, menekankan bahwa masa depan seni dan desain di era digital akan dibentuk oleh interaksi kompleks antara teknologi, etika, dan lingkungan. Ia menggarisbawahi pentingnya pendekatan kritis dalam menghadapi perkembangan ini, serta eksplorasi cara-cara baru dalam penggunaan teknologi untuk meningkatkan kreativitas, bukan sebaliknya.

Prof. Keat Ong, salah satu pembicara, menyoroti perlunya inovasi dalam seni dan desain yang berakar pada warisan tradisi. Ia mengungkapkan pentingnya menengok kembali warisan budaya kita dan menginterpretasikannya dengan metode riset yang baru. Menurutnya, tiga aspek utama yang harus diperhatikan dalam konteks ini adalah masyarakat, tempat, dan produk.

Seni tradisional memperlihatkan bagaimana untuk dipresentasikan dalam sebuah desain masa kini. Muhammad Rivai Riza mendiskusikan A24 sebagai studio distribusi film independen yang didirikan tahun 2012 yang produksi pertamanya Moonlight (2016) memenangkan Oscar untuk Film Terbaik dan selanjutnya menjadi jaminan mutu akan karya karya film yang berkarakter sekaligus mendorong tumbuhnya ide ide baru, menabrak konvensi, menantang penonton.

Studio ini melahirkan para sutradara independen dengan visi personal. Mella Jaarsma, Netherlands melalui eksperimennya memaparkan bagaimana visual artist terhubung dengan audience dan situasi dari masyarakat dari daerah yang pernah ia singgahi di Indonesia.

Ia mengumpulkan foto-foto dan berbagai material mulai dari kulit Binatang, kulit kayu, serat, kayu, besi, fiber glass sampai rotan. Bahan-bahan ini diolah dan divisualkan menjadi karya-karya, antara lain pakaian, seni instalasi sampai karya foto seni.

Eksperimen seninya ini menjawab sejauh mana penafsiran dari “Seni dan desain dalam media baru atau media baru dalam seni dan desain?” dapat diterjemahkan kali ini dalam eksperimen seninya.

Prof. Ts. Dr. Ruslan Abdul Rahim menyampaikan proyeknya yang berjudul "Makyung in Metaverse" yang diselenggarakan di platform Spatial.io. Proyek ini bertujuan memperkenalkan potensi penerapan teknologi media baru seperti Virtual Reality (VR) dalam menciptakan ruang metaverse yang interaktif, terutama bagi individu yang belum pernah mengenal Makyung sebelumnya.
(nnz)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1914 seconds (0.1#10.140)