3 Alasan Mantan Rektor UGM Pratikno Ditolak Masuk Kampus oleh Mahasiswa Fisipol
loading...
A
A
A
JAKARTA - Prof. Dr. Pratikno , M.Soc.Sc. Pratikno adalah Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) periode 2012-2014. Setelahnya, ia lebih dikenal sebagai Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) di pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Baru-baru ini, Pratikno menjadi sorotan usai munculnya spanduk yang berisi tulisan menolak dirinya masuk kampus UGM. Momen pemasangan spanduk 'Pratikno dilarang masuk' itu bertepatan dengan kegiatan siniar atau podcast yang mengundang beberapa narasumber di kampus tersebut.
Baca juga: Profil Prof Pratikno, Mantan Rektor UGM yang Ditolak Masuk Kampus oleh Mahasiswa Fisipol
"Pratikno dilarang masuk," demikian tulisan yang terpampang pada spanduk tersebut. Menariknya lagi, spanduk itu juga menyertakan huruf 'P' yang dicoret di dalam lingkaran.
Lalu, apa sebenarnya alasan para mahasiswa Fisipol UGM yang memasang spanduk penolakan Pratikno masuk kampusnya?
Pratikno menjabat sebagai Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) sejak Oktober 2014. Masih bertahan sampai sekarang, ia menjadi salah satu orang terlama yang duduk di pemerintahan Presiden Jokowi.
Baca juga: Pratikno Ungkap Reaksi Jokowi Diisukan Cawe-cawe di Kepengurusan Baru PDIP
Pada salah satu alasan pemasangan spanduk penolakan kedatangan Pratikno, sejumlah mahasiswa itu menolak kehadiran mantan Rektor UGM itu karena dinilai menjadi orang kepercayaan presiden Joko Widodo (Jokowi). Sejalan dengan hal tersebut, mereka menganggap sosoknya juga terlibat pembegalan konstitusi yang belakangan banyak digaungkan.
Melihat sudut pandang mahasiswa, spanduk tersebut menjadi sebuah sarana kebebasan berekspresi dalam sebuah negara demokrasi. Maka dari itu, tujuan terbentangnya spanduk ‘Pratikno Dilarang Masuk’ itu menjadi bagian ekspresi mahasiswa UGM.
Meski yang bersangkutan tidak hadir, mahasiswa melalui spanduk itu menyiratkan pesan. Singkatnya, mereka tidak ingin orang-orang yang dirasa merusak konstitusi masuk ke kampus yang memperjuangkan tegaknya konstitusi (UGM).
Baca juga: UGM Wisuda 1.797 Lulusan, 4 Mahasiswa Raih IPK Tertinggi
Selain spanduk penolakan Pratikno, mahasiswa juga memasang beberapa tulisan berbeda. Di antaranya menyinggung politik dinasti dan darurat demokrasi.
Aksi pemasangan spanduk penolakan kedatangan Pratikno di kampus UGM juga diduga masih bertalian dengan gelombang demonstrasi di sejumlah kota akibat langkah Baleg DPR yang sempat ingin merevisi UU Pilkada dengan mengabaikan putusan MK.
Jadi, sebelumnya revisi UU Pilkada yang hendak mengabaikan putusan MK itu diduga bisa memberi ruang bagi putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep untuk ikut Pilgub pada Pilkada 2024. Nah, sekali lagi karena Pratikno adalah orang dekat Jokowi dan sering disebut terlibat dalam manuvernya, maka muncul spanduk-spanduk demikian.
Itulah beberapa alasan mahasiswa UGM membentangkan spanduk penolakan kedatangan mantan Rektor Pratikno di kampusnya.
Baru-baru ini, Pratikno menjadi sorotan usai munculnya spanduk yang berisi tulisan menolak dirinya masuk kampus UGM. Momen pemasangan spanduk 'Pratikno dilarang masuk' itu bertepatan dengan kegiatan siniar atau podcast yang mengundang beberapa narasumber di kampus tersebut.
Baca juga: Profil Prof Pratikno, Mantan Rektor UGM yang Ditolak Masuk Kampus oleh Mahasiswa Fisipol
"Pratikno dilarang masuk," demikian tulisan yang terpampang pada spanduk tersebut. Menariknya lagi, spanduk itu juga menyertakan huruf 'P' yang dicoret di dalam lingkaran.
Lalu, apa sebenarnya alasan para mahasiswa Fisipol UGM yang memasang spanduk penolakan Pratikno masuk kampusnya?
Alasan Mantan Rektor UGM Pratikno Ditolak Masuk Kampus oleh Mahasiswa
1. Dinilai ikut terlibat pembegalan konstitusi
Pratikno menjabat sebagai Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) sejak Oktober 2014. Masih bertahan sampai sekarang, ia menjadi salah satu orang terlama yang duduk di pemerintahan Presiden Jokowi.
Baca juga: Pratikno Ungkap Reaksi Jokowi Diisukan Cawe-cawe di Kepengurusan Baru PDIP
Pada salah satu alasan pemasangan spanduk penolakan kedatangan Pratikno, sejumlah mahasiswa itu menolak kehadiran mantan Rektor UGM itu karena dinilai menjadi orang kepercayaan presiden Joko Widodo (Jokowi). Sejalan dengan hal tersebut, mereka menganggap sosoknya juga terlibat pembegalan konstitusi yang belakangan banyak digaungkan.
2. Bentuk ekspresi mahasiswa UGM dalam menyuarakan keresahannya
Melihat sudut pandang mahasiswa, spanduk tersebut menjadi sebuah sarana kebebasan berekspresi dalam sebuah negara demokrasi. Maka dari itu, tujuan terbentangnya spanduk ‘Pratikno Dilarang Masuk’ itu menjadi bagian ekspresi mahasiswa UGM.
Meski yang bersangkutan tidak hadir, mahasiswa melalui spanduk itu menyiratkan pesan. Singkatnya, mereka tidak ingin orang-orang yang dirasa merusak konstitusi masuk ke kampus yang memperjuangkan tegaknya konstitusi (UGM).
Baca juga: UGM Wisuda 1.797 Lulusan, 4 Mahasiswa Raih IPK Tertinggi
Selain spanduk penolakan Pratikno, mahasiswa juga memasang beberapa tulisan berbeda. Di antaranya menyinggung politik dinasti dan darurat demokrasi.
3. Bertalian dengan aksi demonstrasi kawal putusan MK
Aksi pemasangan spanduk penolakan kedatangan Pratikno di kampus UGM juga diduga masih bertalian dengan gelombang demonstrasi di sejumlah kota akibat langkah Baleg DPR yang sempat ingin merevisi UU Pilkada dengan mengabaikan putusan MK.
Jadi, sebelumnya revisi UU Pilkada yang hendak mengabaikan putusan MK itu diduga bisa memberi ruang bagi putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep untuk ikut Pilgub pada Pilkada 2024. Nah, sekali lagi karena Pratikno adalah orang dekat Jokowi dan sering disebut terlibat dalam manuvernya, maka muncul spanduk-spanduk demikian.
Itulah beberapa alasan mahasiswa UGM membentangkan spanduk penolakan kedatangan mantan Rektor Pratikno di kampusnya.
(nnz)