Cerita Inspiratif Laura, Atlet Disabilitas Berprestasi Dunia yang Raih Gelar Sarjana di UGM
loading...
A
A
A
YOGYAKARTA - Wajah Laura Aurelia Dinda Sekar Devanti (24) berseri-seri. Laura sukses menyelesaikan studi sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Laura yang juga berprofesi sebagai atlet renang Surakarta ini telah resmi menyandang gelar sarjana psikologi usai mengikuti kegiatan wisuda program sarjana, Rabu (28/8), di Grha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Dalam prosesi wisudanya Laura tidak hanya merayakan gelar akademik, tetapi juga perjalanan panjang yang penuh dengan kerja keras, disiplin, dan dedikasi.
“Perasaannya lebih ke lega sih. Senang juga karena hasil kerja keras selama tujuh tahun ini sudah ada hasil utuhnya,” tutur Laura seperti dikutip dari laman UGM, Jumat (30/8).
Selama menjadi mahasiswa UGM, Laura sudah menorehkan sederet prestasi di kancah internasional dengan meraih 2 medali emas dari World Para Swimming Championship di Berlin pada 2018.
Sebelumnya pernah mendapat dua medali emas di ASEAN Para Games di Malaysia 2017 dan mendapat medali di Peparnas Papua tahun 2021. Tahun 2024 ini, ia membawa 3 medali emas di kejuaraan olahraga Tuna Daksa dan Netra di Provinsi DKI untuk kategori 50 meter gaya kupu-kupu, 50 meter gaya punggung dan 50 meter gaya bebas.
Sebagai atlet, prestasi Laura dalam olahraga renang tentulah mengesankan. Ketertarikannya terhadap renang telah muncul sejak ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
Uniknya, sejak kecil Laura merasa tertarik dengan sisi kompetitif di olahraga renang. “Aku mulai suka renang mungkin sejak SD kelas 4. Tapi, bukan renangnya sendiri yang aku enjoy waktu itu, melainkan sisi kompetitifnya. Awalnya renang karena asma, tapi lama-lama aku jadi suka kompetisinya,” jelasnya.
Momen yang paling berkesan menurutnya selama berkarier menjadi atlet adalah pada saat kompetisi pertamanya, dimana ia berhasil mendapatkan medali yang terbuat dari plastik.
Meski begitu, medali plastik itu telah menjadi motivasi terbesarnya untuk terus berkompetisi hingga sekarang. “Waktu pertama kali aku menang tuh dapet medali plastik aja, lomba antar kota. Terus diumumkan di sekolah, rasanya aku dapet motivasi yang besar untuk pengen ikut lomba renang lagi,” ujar Laura.
Sebagai anak tunggal, kedua orang tuanya sangat mendukung apa yang Laura inginkan, di bidang olahraga maupun akademik. Ayah Laura juga masih tetap menginginkan Laura untuk mengejar akademiknya. Meski tak mudah, Laura mampu menemukan solusi terbaik untuk dapat menyeimbangkan keduanya.
Dengan ketekunan dan pengelolaan waktu, ia berhasil menjalani masa kuliahnya tanpa mengorbankan karirnya sebagai atlet. “Aku tipenya suka menjadwal. Jadi, kalau ada tugas, aku lebih suka kerja di kampus dulu. Setelah itu kan latihan renang, terus malamnya tinggal melanjutkan apa yang perlu aku kerjakan,” paparnya.
Selama perjalanan akademiknya, Laura tentu menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah bagaimana menyeimbangkan antara tuntutan akademik dan latihan renang yang intens.
“Tantangan terbesarnya adalah ketika kita mau benar-benar fokus di satu hal, mau tidak mau harus ada hal yang dikorbankan. Aku harus cuti setengah semester waktu pelatnas, jadi IP-ku nggak terlalu bagus,” katanya.
Meski baru saja merayakan kelulusannya, Laura juga sudah bersiap untuk menghadapi tantangan berikutnya. Ia masih aktif mempersiapkan diri untuk Peparnas yang akan datang di Solo, pada Oktober mendatang. “Peparnas ini setara dengan PON, lombanya juga di daerah deket-deket kampung halamanku (Surakarta), di Karanganyar,” jelasnya.
Setelah lulus, Laura juga menyampaikan bahwa ia tidak berniat untuk berhenti. Ia memiliki rencana yang jelas untuk masa depannya, termasuk melanjutkan karir di dunia renang serta mengejar profesi di bidang psikologi. “Renang pasti lanjut, karena itu passion-ku. Tapi, aku juga ingin mengejar profesi psikolog,” ujarnya.
Lihat Juga: Pendidikan Basuki Hadimuljono, Ketua Umum PP Kagama 2024 yang Dijuluki Bapak Pembangunan
Laura yang juga berprofesi sebagai atlet renang Surakarta ini telah resmi menyandang gelar sarjana psikologi usai mengikuti kegiatan wisuda program sarjana, Rabu (28/8), di Grha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Dalam prosesi wisudanya Laura tidak hanya merayakan gelar akademik, tetapi juga perjalanan panjang yang penuh dengan kerja keras, disiplin, dan dedikasi.
“Perasaannya lebih ke lega sih. Senang juga karena hasil kerja keras selama tujuh tahun ini sudah ada hasil utuhnya,” tutur Laura seperti dikutip dari laman UGM, Jumat (30/8).
Selama menjadi mahasiswa UGM, Laura sudah menorehkan sederet prestasi di kancah internasional dengan meraih 2 medali emas dari World Para Swimming Championship di Berlin pada 2018.
Sebelumnya pernah mendapat dua medali emas di ASEAN Para Games di Malaysia 2017 dan mendapat medali di Peparnas Papua tahun 2021. Tahun 2024 ini, ia membawa 3 medali emas di kejuaraan olahraga Tuna Daksa dan Netra di Provinsi DKI untuk kategori 50 meter gaya kupu-kupu, 50 meter gaya punggung dan 50 meter gaya bebas.
Tertarik Renang Sejak SD
Sebagai atlet, prestasi Laura dalam olahraga renang tentulah mengesankan. Ketertarikannya terhadap renang telah muncul sejak ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
Uniknya, sejak kecil Laura merasa tertarik dengan sisi kompetitif di olahraga renang. “Aku mulai suka renang mungkin sejak SD kelas 4. Tapi, bukan renangnya sendiri yang aku enjoy waktu itu, melainkan sisi kompetitifnya. Awalnya renang karena asma, tapi lama-lama aku jadi suka kompetisinya,” jelasnya.
Momen yang paling berkesan menurutnya selama berkarier menjadi atlet adalah pada saat kompetisi pertamanya, dimana ia berhasil mendapatkan medali yang terbuat dari plastik.
Meski begitu, medali plastik itu telah menjadi motivasi terbesarnya untuk terus berkompetisi hingga sekarang. “Waktu pertama kali aku menang tuh dapet medali plastik aja, lomba antar kota. Terus diumumkan di sekolah, rasanya aku dapet motivasi yang besar untuk pengen ikut lomba renang lagi,” ujar Laura.
Sebagai anak tunggal, kedua orang tuanya sangat mendukung apa yang Laura inginkan, di bidang olahraga maupun akademik. Ayah Laura juga masih tetap menginginkan Laura untuk mengejar akademiknya. Meski tak mudah, Laura mampu menemukan solusi terbaik untuk dapat menyeimbangkan keduanya.
Dengan ketekunan dan pengelolaan waktu, ia berhasil menjalani masa kuliahnya tanpa mengorbankan karirnya sebagai atlet. “Aku tipenya suka menjadwal. Jadi, kalau ada tugas, aku lebih suka kerja di kampus dulu. Setelah itu kan latihan renang, terus malamnya tinggal melanjutkan apa yang perlu aku kerjakan,” paparnya.
Selama perjalanan akademiknya, Laura tentu menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah bagaimana menyeimbangkan antara tuntutan akademik dan latihan renang yang intens.
“Tantangan terbesarnya adalah ketika kita mau benar-benar fokus di satu hal, mau tidak mau harus ada hal yang dikorbankan. Aku harus cuti setengah semester waktu pelatnas, jadi IP-ku nggak terlalu bagus,” katanya.
Meski baru saja merayakan kelulusannya, Laura juga sudah bersiap untuk menghadapi tantangan berikutnya. Ia masih aktif mempersiapkan diri untuk Peparnas yang akan datang di Solo, pada Oktober mendatang. “Peparnas ini setara dengan PON, lombanya juga di daerah deket-deket kampung halamanku (Surakarta), di Karanganyar,” jelasnya.
Setelah lulus, Laura juga menyampaikan bahwa ia tidak berniat untuk berhenti. Ia memiliki rencana yang jelas untuk masa depannya, termasuk melanjutkan karir di dunia renang serta mengejar profesi di bidang psikologi. “Renang pasti lanjut, karena itu passion-ku. Tapi, aku juga ingin mengejar profesi psikolog,” ujarnya.
Lihat Juga: Pendidikan Basuki Hadimuljono, Ketua Umum PP Kagama 2024 yang Dijuluki Bapak Pembangunan
(wyn)