Profil dan Kekayaan Rektor ITB Reini Wirahadikusumah di Tengah Protes Beasiswa UKT Kerja Paruh Waktu
loading...
A
A
A
BANDUNG - Reini Wirahadikusumah merupakan Rektor Institut Teknik Bandung (ITB) yang menjabat sejak tahun 2020 lalu. ITB tengah menuai kontroversi setelah mewajibkan mahasiswa calon dan penerima beasiswa keringanan uang kuliah tunggal atau UKT untuk bekerja paruh waktu di lingkungan kampus.
Polemik kewajiban kerja paruh waktu itu berawal dari beredarnya tangkapan layar dari surat elektronik di sosial media pada 24 September 2024. Isi surat itu adalah pengumuman dari Direktorat Pendidikan ITB kepada mahasiswa penerima dan calon penerima pengurangan UKT.
Baca juga: Mengenal Beasiswa UKT Kerja Paruh Waktu di ITB yang Tuai Protes
Menyebarnya informasi ini membuat pihak rektorat ITB mengonfirmasi jika isi surat tersebut kurang lengkap hingga menimbulkan salah persepsi. Saat ini kerja paruh waktu tersebut tidak lagi diwajibkan dan hanya menjadi pilihan saja.
Program kerja paruh waktu di kampus ITB ini dinilai sebagai bagian dari sistem integrasi yang tengah dibangun ITB yaitu Financial Aids System.
Sistem itu bertujuan untuk menyatukan berbagai sumber daya dan program bantuan keuangan yang ada di ITB seperti beasiswa dan keringanan UKT, hibah, program kerja paruh waktu, kemitraan, bantuan keuangan lainnya, yang selama ini terpisah-pisah.
Baca juga: Beasiswa UKT ITB, Begini Persyaratan Pengajuannya
Mencuatnya pemberitaan tentang ITB ini membuat sosok Rektor ITB Reini Wirahadikusumah mendapat banyak sorotan. Dirinya telah menggantikan posisi Kadarsah Suryadi di tahun 2020 lalu.
Reini Wirahadikusumah lahir pada 25 Oktober 1968 di Jakarta. Putri dari pasangan Sadikin Wirahadikusumah dan Soemarni Soeria Koesoemah ternyata masih memiliki hubungan darah dengan Umar Wirahadikusumah, Wakil Presiden Indonesia ke-4.
Baca juga: Polemik UKT ITB, Bayar Kuliah Pakai Pinjol hingga Wajibkan Penerima Beasiswa UKT Kerja Paruh Waktu
Dalam riwayat pendidikannya, Reini tercatat telah menyelesaikan pendidikan S1 di ITB tahun 1991, S2 di Purdue University, The State of Indiana, AS pada tahun 1996, dan S3 masih di Purdue University tahun 1999.
Setelah lulus, Reini sudah mulai aktif di dunia akademisi sebagai peneliti manajemen rantai pasok proyek infrastruktur dan manajemen konstruksi.
Dalam hal organisasi, Reini pernah dipercaya sebagai anggota Komite Litbang Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN) dan Sekretaris Bidang Konstruksi dan Perekayasaan pada Pengurus Pusat Persatuan Insinyur Indonesia (PII).
Kemudian tim penilai International Federation of Asian and Western Pacific Contractors Association (IFAWPC) dan Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI).
Baca juga: Mengenal Beasiswa UKT Kerja Paruh Waktu di ITB yang Tuai Protes
Bahkan ia pernah ditunjuk menjadi Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN) serta asisten Permanent Delegation Office of the Republic of indonesia to UNESCO.
Sepanjang kariernya, Reini telah sukses mendapat berbagai penghargaan seperti, Satyalancana Karya Satya X (2008) dan Satyalancana Karya Satya XX (2016) yang diberikan pemerintah.
Dirinya juga sempat mendapat Endeavour Awards, Australia Awards Indonesia, serta Visiting Research at Queensland University of Technology (QUT), Brisbane, Australia tahun 2011.
Puncak kariernya di dunia akademisi didapat setelah diangkat menjadi guru besar sekaligus ketua Kelompok Keahlian Manajemen dan Rekayasa Konstruksi, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB.
Setelah itu, ia dipercaya menjadi Rektor ITB periode 2020-2025. Hal tersebut membuat Reini Wirahadikusumah dikenal sebagai rektor perempuan pertama di ITB.
Sebagai Rektor ITB, Reini Wirahadikusumah termasuk pejabat negara yang wajib melaporkan harta kekayaannya atau LHKPN ke KPK setiap tahun masa periodenya.
Dalam laman LHKPN KPK, kekayaan Reini Wirahadikusumah terakhir per 31 Desember 2022 mencapai Rp15,2 miliar. Kekayaan itu didapat dari harta tanah dan bangunan, alat transportasi, harta bergerak, surat berharga, dan kas.
Lebih rincinya, Reini memiliki harta tanah dan bangunan sebesar Rp6,9 miliar, alat dan transportasi senilai Rp427 juta, harta bergerak lain Rp 69,7 juta, surat berharga Rp 1,89 miliar, serta kas sekitar Rp 6 miliar.
Tercatat juga jika Rektor ITB ini tidak memiliki utang sama sekali. Membuat kekayaan totalnya mencapai Rp15.292.491.590.
Polemik kewajiban kerja paruh waktu itu berawal dari beredarnya tangkapan layar dari surat elektronik di sosial media pada 24 September 2024. Isi surat itu adalah pengumuman dari Direktorat Pendidikan ITB kepada mahasiswa penerima dan calon penerima pengurangan UKT.
Baca juga: Mengenal Beasiswa UKT Kerja Paruh Waktu di ITB yang Tuai Protes
Menyebarnya informasi ini membuat pihak rektorat ITB mengonfirmasi jika isi surat tersebut kurang lengkap hingga menimbulkan salah persepsi. Saat ini kerja paruh waktu tersebut tidak lagi diwajibkan dan hanya menjadi pilihan saja.
Program kerja paruh waktu di kampus ITB ini dinilai sebagai bagian dari sistem integrasi yang tengah dibangun ITB yaitu Financial Aids System.
Sistem itu bertujuan untuk menyatukan berbagai sumber daya dan program bantuan keuangan yang ada di ITB seperti beasiswa dan keringanan UKT, hibah, program kerja paruh waktu, kemitraan, bantuan keuangan lainnya, yang selama ini terpisah-pisah.
Baca juga: Beasiswa UKT ITB, Begini Persyaratan Pengajuannya
Profil Pendidikan Reini Wirahadikusumah
Mencuatnya pemberitaan tentang ITB ini membuat sosok Rektor ITB Reini Wirahadikusumah mendapat banyak sorotan. Dirinya telah menggantikan posisi Kadarsah Suryadi di tahun 2020 lalu.
Reini Wirahadikusumah lahir pada 25 Oktober 1968 di Jakarta. Putri dari pasangan Sadikin Wirahadikusumah dan Soemarni Soeria Koesoemah ternyata masih memiliki hubungan darah dengan Umar Wirahadikusumah, Wakil Presiden Indonesia ke-4.
Baca juga: Polemik UKT ITB, Bayar Kuliah Pakai Pinjol hingga Wajibkan Penerima Beasiswa UKT Kerja Paruh Waktu
Dalam riwayat pendidikannya, Reini tercatat telah menyelesaikan pendidikan S1 di ITB tahun 1991, S2 di Purdue University, The State of Indiana, AS pada tahun 1996, dan S3 masih di Purdue University tahun 1999.
Setelah lulus, Reini sudah mulai aktif di dunia akademisi sebagai peneliti manajemen rantai pasok proyek infrastruktur dan manajemen konstruksi.
Dalam hal organisasi, Reini pernah dipercaya sebagai anggota Komite Litbang Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN) dan Sekretaris Bidang Konstruksi dan Perekayasaan pada Pengurus Pusat Persatuan Insinyur Indonesia (PII).
Kemudian tim penilai International Federation of Asian and Western Pacific Contractors Association (IFAWPC) dan Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI).
Baca juga: Mengenal Beasiswa UKT Kerja Paruh Waktu di ITB yang Tuai Protes
Bahkan ia pernah ditunjuk menjadi Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN) serta asisten Permanent Delegation Office of the Republic of indonesia to UNESCO.
Sepanjang kariernya, Reini telah sukses mendapat berbagai penghargaan seperti, Satyalancana Karya Satya X (2008) dan Satyalancana Karya Satya XX (2016) yang diberikan pemerintah.
Dirinya juga sempat mendapat Endeavour Awards, Australia Awards Indonesia, serta Visiting Research at Queensland University of Technology (QUT), Brisbane, Australia tahun 2011.
Puncak kariernya di dunia akademisi didapat setelah diangkat menjadi guru besar sekaligus ketua Kelompok Keahlian Manajemen dan Rekayasa Konstruksi, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB.
Setelah itu, ia dipercaya menjadi Rektor ITB periode 2020-2025. Hal tersebut membuat Reini Wirahadikusumah dikenal sebagai rektor perempuan pertama di ITB.
Kekayaan Reini Wirahadikusumah
Sebagai Rektor ITB, Reini Wirahadikusumah termasuk pejabat negara yang wajib melaporkan harta kekayaannya atau LHKPN ke KPK setiap tahun masa periodenya.
Dalam laman LHKPN KPK, kekayaan Reini Wirahadikusumah terakhir per 31 Desember 2022 mencapai Rp15,2 miliar. Kekayaan itu didapat dari harta tanah dan bangunan, alat transportasi, harta bergerak, surat berharga, dan kas.
Lebih rincinya, Reini memiliki harta tanah dan bangunan sebesar Rp6,9 miliar, alat dan transportasi senilai Rp427 juta, harta bergerak lain Rp 69,7 juta, surat berharga Rp 1,89 miliar, serta kas sekitar Rp 6 miliar.
Tercatat juga jika Rektor ITB ini tidak memiliki utang sama sekali. Membuat kekayaan totalnya mencapai Rp15.292.491.590.
(nnz)